<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6496619\x26blogName\x3d-::+L+O+V+E+will+S+E+T+you+F+R+E+E::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tinneke.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tinneke.blogspot.com/\x26vt\x3d-6149671454343776068', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Tuesday, February 28, 2006
Menghitung Hari

"Kak, Papa meninggal." Suara Angela, sepupuku yang duduk di bangku kelas enam SD, membuat aku tersentak. Baru sekitar pukul 08.00 WIB. Aku masih di kantor ditemani suara lembut Mandy More menyanyikan Only Hope.

Aku sampai di rumah duka beberapa jam kemudian. Omku terbujur kaku dalam balutan jas hitam. Tante Juni terlihat kurus. Aku menatap sendu Lalong, Angela, Lino, dan Louis. Pelayat keluar masuk. Rumah penuh. Kepalaku juga ikut sesak. "Hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam..."

Aku pusing.

Bersambung...

Saturday, February 25, 2006
Hadiah Kecil

Pagi yang tenang. Lengang. Hanya ada lagu dan irama keyboard.

Aku baru saja membaca e-mail dari seseorang yang spesial. Email balasan yang singkat. Cuma 26 kata plus dua kata di kolom subyek. Hanya dua kalimat.

Bermula dari surat balasanku yang cuma 18 kata dengan "Hello :)" di kotak subyek. Aku cuma menanyakan kabar dan mengucapkan terima kasih pada si pemberi pesan. Sebab, aku selalu membaca setiap pesannya dengan senyum. Aku mengakhiri tulisan dengan doa agar hari-harinya selalu bertenaga.

Dia membalas suratku beberapa menit kemudian. Kali ini aku tidak hanya tersenyum. Bagi dia, kata-kataku adalah kado kecil. Wow. Baru pertama kali aku merasa kata-kataku bisa menjadi hadiah, meski kecil. Benaran.

Mestinya aku menuliskan kata-katanya dalam bahasa yang dia gunakan. Tapi, aku lebih senang menyimpannya untuk diri sendiri.

Pagi ini sungguh cantik. Kata-kataku menjadi kado kecil buat seseorang di luar sana. Dan, kata-kata dia menjadi hadiah istimewa buatku. Dia bilang aku manis :). Gawatnya lagi, aku merasa benar-benar manis (sugar and ant free of course!)

Thursday, February 23, 2006
Only Hope
by Switchfoot

There's a song that's inside of my soul
It's the one that I've tried to write over and over again
I'm awake in the infinite cold
But You sing to me over and over and over again

So I lay my head back down
And I lift my hands
and pray to be only Yours
I pray to be only Yours
I know now You're my only hope

Sing to me the song of the stars
Of Your galaxy dancing and laughing and laughing again
When it feels like my dreams are so far
Sing to me of the plans that You have for me over again

So I lay my head back down
And I lift my hands and pray
To be only Yours
I pray to be only Yours
I know now You're my only hope

I give You my destiny
I'm giving You all of me
I want Your symphony
Singing in all that I am
At the top of my lungs
I'm giving it back

So I lay my head back down
And I lift my hands and pray
To be only Yours
I pray to be only Yours
I pray to be only Yours
I know now You're my only hope

Tuesday, February 21, 2006
Berandai-andai

Tiba-tiba aku ingat temanku. Rasanya sudah lama aku nggak melihat mukanya. Padahal, dia satu ruangan denganku. Aku biasa melihatnya setiap datang dan pulang karena dia duduk di pojok dekat pintu keluar.

Belum lama menanyakan kabarnya pada teman-temanku yang lain, eh, dia nongol. "Panjang umur, gue baru nanyain elo," kataku spontan. Syukurlah ayah dua anak itu sehat-sehat saja.

Beberapa saat kemudian dia datang dengan cokelat di tangan. Enak lagi cokelatnya :). Delicioso. Indah benar pagi ini.

Hmmm... andai orang yang aku ingat bisa datang setiap saat...

"Berhenti berandai-andai Non, ada breaking news tuh!"

Friday, February 17, 2006
Terserah

Dua keponakanku berulang tahun di bulan Februari. Nera berumur empat tahun tepat 7 Februari silam. Sedangkan Wulan genap berusia delapan tahun sepuluh hari berselang. Karena ultah mereka jatuh di hari kerja, aku tidak bisa bertemu mereka yang tinggal di Bogor, Jawa Barat.

Sehari menjelang ulang tahun Nera, aku menelepon dia sekitar pukul 10.00 WIB. Aku tanya kado yang dia inginkan. "Kado cium," kata dia dengan suara rada bindeng.

"Mana pipinya biar Ne cium sekarang," kataku.

"Nggak, cium di rumah Nera dong," kata dia.

"Nera mau apa lagi?"

"Tanggo [biskuit]" kata dia.

"Yahhhhhh, kok tanggo."

"Bengbeng aja deh," kata Nera lagi.

"Ha?"

"Eh, kue ulang tahun aja," Nera berkata cepat.

"Tapi nggak bisa ketemu," ucapku.

"Terserah Ne," kata si mata besar itu.

Lihat deh. Anak kesayanganku--aku sering memanggil tiap keponakanku begitu-- selalu minta yang terlalu sederhana :)

Beberapa jam kemudian, Mamanya Nera sms. "Nera mau makan dan bermain sepuasnya di tempat makan kegemaran mereka. Itu juga dikomporin Wulan." Akhirnya Nera merayakan ultahnya dengan Moses dan Wulan hari Minggu. Mereka sms aku ketika beristirahat setelah kelelahan bermain.

Kemarin wajah Wulan muncul terus terutama setelah Moses menelepon saat aku dalam perjalanan pulang. Moses kecilku ingin memastikan aku ke tempat mereka. Ya, nggaklah. Masuk malam begini terus ke Bogor, yang benar aja.

Di rumah, setelah pegal--beneran pegal--sms untuk urusan tiket Mrs Walce, aku kembali ingat Wulan. Dia ulang tahun. Waktu aku telepon, Wulan belum pulang sekolah. Begitu pulang dia sms. Dengan bersemangat aku mengucapkan selamat ulang tahun dan menyanyikan lagu Happy Birthday".

"Kamu pasti tahu dong kado dari Ne," kataku.

"Yah jangan cium dong Ne," kata dia. He he he, mereka memang selalu mendapat ciuman kalau berbuat baik. Jadi setiap aku meminta mereka menebak hadiah yang akan aku berikan, jawaban yang muncul pasti sama. "Cium kan," kata mereka setengah protes tapi mendekatiku dan memberi pipi mereka itu.

Seperti Nera, Wulan juga berkata "terserah" ketika ditanya tentang kado. Aku juga masih bingung. Mungkin Wulan mau makan-makan lagi dengan dua adiknya. Tapi, dia belum bilang. Atau nanti Mamanya sms memberi bocoran soal hadiah yang Wulan inginkan. Telepon aku matikan setelah selesai bicara dengan Wulan.

Perhatianku kembali ke urusan tiket buat Mrs Walce yang mau ke Bali, Kamis. Setelah mendapat dua tiket, Mrs Walce ke rumahku dan kita cerita-cerita cukup lama. Mungkin kita bakalan tak bertemu dalam waktu yang panjang. Sebab, setelah mendapat visa permanen, sahabatku ini bakal tinggal di Australia mengikuti suaminya. Dia memilih tinggal di Bali sembari menunggu visanya keluar.

Saat kita sedang asyik mengobrol, sms Wulan masuk.

"Ne, Wulan ulang tahunnya kan besok."

O o. Ne lagi kusut :)

Wednesday, February 15, 2006
Pink-Grey

Valentine's Day selalu menyegarkan. Seperti mawar pink dan es krim strawberi.

Kemarin hariku penuh dengan kata-kata manis. Menyenangkan. Aku jadi ingat omongan Victor Hugo. "The supreme happiness of life is the conviction that we are loved."

Aku sempat menyantap kue cokelat hadiah valentine seseorang buat Atoel. (Sapa tuh suit-suit hehehe). Lembut, cokelat, dan manis.

Tapi, di antara yang manis-manis itu, ada pesan yang membuat aku kelu. Seorang teman dekatku mengaku belum mengerti makna kasih yang sebenarnya. "Masih hampa," kata dia. Aku sampai tidak berani membalas langsung sms-nya. Hmmm, mungkin Valentine membuat dia bete. Dia lebih butuh berada dekat dengan suaminya yang berada di benua lain.

Temanku yang lain juga datang dengan kata-kata yang membuatku sedih. Sudah hampir tengah malam. Dia sedang menghadapi masalah yang membuat imannya menipis. "Payah gue," kata dia. Hmmm, aku harus bilang apa, ya...

Pinky dan abu-abu mewarnai Valentineku. Perpaduan warna yang cantik. Menyenangkan lagi diingat di saat-saat bahagia juga hampa atau payah sekali pun.

"Love bears all things, believes all things, hope all things, endures all things, love never ends (1 Cort 13:7). I have Jesus as my valentine, how about you?"

Happy Valentine's Day!

Thursday, February 02, 2006
Ngomong Dong

Seseorang teman meneleponku di kantor sekitar pukul 20.30 WIB. Dia sedang kesal pada seorang pria yang baru dia temui di sebuah pusat kebugaran. Pria Italia itu melontarkan kata-kata yang dianggap tidak pantas. Temanku ini sebal karena cengengesan saja waktu itu.

Temanku mulai menganalisis kondisi dia saat kejadian yang tidak menyenangkan itu. Tapi, rasanya semuanya normal. Dia memakai pakaian untuk olah raga yang standar. Perutnya memang kelihatan sedikit. "Mungkin dia begitu karena pakaian gue."

"Hello, itu tempat kebugaran, kenapa mesti menyalahkan diri sendiri," kataku ikut-ikut gemas.

"Sms dia sekarang, bilang lo ga suka sama sikapnya. Nggak sopan. Bilang sekarang jangan besok, sekarang," kataku.

"Ah, nanti dia malah menang, karena berhasil membuat gue merasa seperti begini," kata temanku.

"Kenapa mesti pikirin dia. Lo yang jadi korban, bukan dia. Gue tahu lo marah karena ga bikin apa-apa waktu dikatain tadi."

"Iya. Kenapa cengengesan aja tadi. Gue nyalahin diri gue, dia begitu karena gue." Huuuu.

Begini ini yang bikin aku gemas. Dia yang jadi korban, tapi malah menyalahkan diri sendiri. Masak dia sempat pikir pantas dikata-katain karena apa yang ada padanya, termasuk memakai baju olah raga di pusat kebugaran. Plis deh. Capek saya.

Menurut aku, kalau dia telanjang sekali pun, nggak ada masalah, jika si pria itu nggak ganjen. Ekstrem banget ya. Aku yakin laki-laki itu nggak mungkin berani berbuat begitu sama ibunya, saudara perempuannya, atau orang-orang dekatnya. (Jika berani, ampun deh) Terus, kenapa dia berani berbuat itu sama orang lain. Padahal, perasaan orang kalau dilecehkan itu sama. Terhina. Mungkin cara sesorang menunjukkan perasaan tidak dihargai itu yang beda.

"Bilangin dia, mungkin dia nggak tahu bahwa perbuatan dia itu bikin lo sakit. Ngomong dong."

Pembicaraan kami selesai setelah temanku meminta aku mengirimkan kata-kata yang pantas buat si pria gendut (beneran ini bukan menghina hehehehe). Karena sudah terlalu malam, aku malah lupa mencari kata-kata yang pas buat laki-laki itu dan pulang kantor seperti tanpa ada janji :)

Tengah malam temanku menelepon lagi. Sudah di atas jam 01.00. Aku belum tidur. Ternyata dia sudah mengirim sms ke pria yang kata temanku itu memakai kalung emas panjang dan gede (bisa buat leher Bonty kali he he). Intinya temanku bilang bahwa dia nggak sopan dan temanku benci padanya. "Kamu sudah dua bulan menghirup udara di sini tapi tega-teganya melecehkan orang sini. Nomormu sudah kuhapus," temanku bercerita. Horeeeee. Musti salto nih :)

"Lega banget setelah bilang ke dia," kata dia bersemangat. "Benar-benar lega," kata dia, tertawa. Hmmmm bagus.

Temanku tak mau berhenti bicara. Selama ini dia memang tidak pernah merepotkan masalah begituan. Orang yang melecehkan dia dianggap angin lalu. Dia memilih mengampuni dan melupakan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Temanku ini juga berbicara dengan temannya yang lain. Dan temannnya ini menegurnya bahwa sikapnya memang kadang-kadang sering bisa disalahartikan. "Iya, mungkin benar juga, aku harus introspeksi," kata dia. Aku tidak merasa ada yang aneh dengan dirinya. Memang aku tahu dia centil. Tapi, centil kan bukan kriminal. Yang melecehkan orang itu yang masuk tindak pidana.

Aku menulis ini dengan meledak-ledak memang. Tapi, saat bicara dengan temanku itu aku tenang kok. Kalem malah he he. Sebenarnya aku menyesal juga. Temanku ini bicara padaku setelah menjadi korban. Padahal, aku punya banyak kesempatan untuk berbagi dengan dia tentang masalah ini. "Gue sering digituin, tapi baru kali ini gue merasa harus berbuat sesuatu," kata dia.

Aku senang banget mendengar setiap kata temanku ini. Dia benar-benar merasakan betapa bicara pada orang yang membuat dia sakit hati itu benar-benar obat. Tidak peduli reaksi orang yang bersangkutan. Sebab, yang penting adalah menyembuhkan perasaan dirinya. Begitu sembuh, dia akan tahu bagaimana menghadapi masalah yang sama dan bisa membantu teman-temannya yang lain.

Dengan ketawa temanku ini bilang bahwa dia sudah melupakan dan memafkan pria itu. Bahkan, dia juga mau tetap berteman dengan pria itu. Apalagi, kemungkinan besar mereka akan bertemu di pusat kebugaran itu. Sikapnya berubah karena pesan singkat balasan dari pria itu. "I'm sorry."

"Kira-kira gue harus bagaimana saat ketemu dia? kata temanku.

Duh... repot nih. "Ya, jadi diri lo sendiri aja," kataku.

Aku masih menunggu cerita baru saat dia bertemu lagi dengan si Italiano itu. Tapi, aku nyaris tahu isi kisahnya. Lebih tepatnya aku sudah melihat hal baru dalam diri temanku ini. Saat bertemu dengan temannya (ya, mungkin mereka akan berteman), aku yakin temanku ini akan bicara sebagai pemenang.

Wednesday, February 01, 2006
Dari Brownies ke Irish Orange Cake

Akhirnya, tampilan ini berubah juga. Sebenarnya sudah cukup lama diutak-atik sama Atoel. Tapi, ya, begitulah, aku kayaknya masih lebih senang dengan tampilan cokelat. Atoel juga (iya kan, ngaku aja). Rasanya seperti berhadapan dengan brownies dengan rasa cokelat kental dan nggak terlalu manis.

Tapi, ada beberapa teman yang protes. Kata mereka nggak enak baca dengan tampilan cokelat. Aku juga telanjur berjanji untuk mengganti warnanya. Dan, akhirnya berubah juga ke warna sekarang. Lebih terang dan segar.

Kata Tozi, temanku, seperti pisang he he he. Tapi, aku kok lebih merasa seperti sedang melihat Irish Orange Cake. Sudah pernah menikmati kelezatan Irish Orange Cake? Keik dengan krim orange melimpah dan butiran kecil cokelat. Belum pernah? Sama he he he.

home

my book
It's my first book!
messages
Name :
Web URL :
Message :


archives
February 2004
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
December 2007
January 2008
February 2008
May 2008
July 2008
August 2008
November 2008
January 2009
February 2009
March 2009
August 2009
October 2009
April 2011
June 2011
July 2011
November 2011
December 2011
April 2012
June 2012
November 2013
December 2014

links
Detik
Desa-Pelangi
Tempo
Kompas
Liputan6
Journey
Christian Women

resources
Tagboard
Blogger
Google
SXC
HTML
Haloscan
Gettyimages

hit counter
Free Web Counter

BlogFam Community