Song of Mary
My soul magnifies the Lord,
And my spirit has rejoiced in God my Savior.
For He has regarded the lowly state of His maidservant; For behold, henceforth all generations will call me blessed.
For He who is mighty has done great things for me, And holy [is] His name.
And His mercy [is] on those who fear Him From generation to generation.
He has shown strength with His arm; He has scattered [the] proud in the imagination of their hearts.
He has put down the mighty from [their] thrones, And exalted [the] lowly.
He has filled [the] hungry with good things, And [the] rich He has sent away empty.
He has helped His servant Israel, In remembrance of [His] mercy,
As He spoke to our fathers, To Abraham and to his seed forever. (Luke 1:46-55)
My soul magnifies the Lord,
And my spirit has rejoiced in God my Savior.
For He has regarded the lowly state of His maidservant; For behold, henceforth all generations will call me blessed.
For He who is mighty has done great things for me, And holy [is] His name.
And His mercy [is] on those who fear Him From generation to generation.
He has shown strength with His arm; He has scattered [the] proud in the imagination of their hearts.
He has put down the mighty from [their] thrones, And exalted [the] lowly.
He has filled [the] hungry with good things, And [the] rich He has sent away empty.
He has helped His servant Israel, In remembrance of [His] mercy,
As He spoke to our fathers, To Abraham and to his seed forever. (Luke 1:46-55)
Kisah Fani dan Fani
Ada beberapa undangan Natal bersama. Mulai dari acara yang digelar di hotel berbintang hingga panti asuhan. Bentuk undangan juga cantik dengan kertas beragam. Dari yang seukuran bungkus CD sampai setipis lembaran uang pecahan Rp 100 ribu. Nama-nama yang tertera dalam undangan juga tak kalah menarik. Dari penyanyi papan atas hingga kelompok vokal yang sudah mengeluarkan album atau baru merintis. Semuanya menggugah minat.
Fani bingung. Dia belum memutuskan untuk hadir dalam salah satu undangan perayaan Natal barengan itu. Harus betul-betul memikirkan waktu dan tempat yang paling oke. Sebenarnya dia ingin sekali memenuhi setiap undangan. Sebab, sekretaris di salah satu perusahaan sekuritas ini tahu persis si pengundang alias panitia ingin sekali acaranya berlangsung meriah dan sukses. Ukurannya jelas: semua undangan hadir, tempat terisi penuh, kalau perlu sesak.
Jadwal kegiatan Fani memang padat merayap menjelang Natal. Cewek berambut sebahu ini tak pernah absen pada acara Natal baik di gereja, sekolah, dan lingkungannya. Dia bahkan sudah menjadi panita Natal sejak masih mengenakan seragam putih merah.
Tahun ini, Fani anggota panitia Natal di dua tempat. Satu di gerejanya dan satu lagi di perkumpulan milis muda-mudi. Sepertinya itu belum cukup bagi Fani. Lulusan sekolah sekretaris ini juga mengiyakan tawaran jadi seksi acara di salah satu acara Natal anak-anak yang berlangsung di sebuah gelanggang remaja di kawasan Jakarta Timur. Padahal, dia tahu persis, semakin mendekati hari H, pertemuan makin intensif, kemungkinan berlangsung pada waktu yang nyaris bersamaan.
Tapi, niat penggemar gado-gado ini untuk terlibat dalam banyak acara agar benar-benar bisa mengisi Natal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya begitu besar. Toh, semua masih berjalan mulus-mulus saja. Kalaupun ada yang kurang, itu cuma berat tubuhnya yang menyusut dua kilogram dalam waktu 20 hari.
Akhirnya, putri pertama dari tiga bersaudara ini sukes memenuhi beberapa undangan Natal bersama. Dia hadir dalam lima undangan Natal bersama. Tapi, tidak satu acara pun yang dia ikuti dari awal hingga akhir. Dia memang sengaja datang sekadar setor muka untuk menyenangkan para pengundang. Setelah menyapa sana-sini, memeluk sana-sini, mencium sana-sini, dan tentu saja pasang senyum paling ciamik saat difoto, Fani bubar jalan.
Acara Natal bersama teman-teman di perkumpulan milisi pemuda dan gerejanya juga berakhir lumayan sukses. Meski, ada beberapa teman yang mendadak tidak datang padahal sudah disediakan jemputan dalam acara Natal perkumpulan pemuda. Dia sempat senewen melihat bangku-bangku kosong. Tapi, akhirnya Fani tersenyum lega melihat rombongan tidak dikenal mengisi kursi-kursi lowong.
Natal tinggal hitungan jari sebelah tangan. Kemarin acara natalan terakhir yang diikuti Fani. Dia menjadi pembawa acara Natal anak-anak. Sejak awal dia tidak sreg pada para pengisi acara. Tapi, dia mengabaikan perasaan itu. Masalah itu akhirnya diselesaikan dengan lebih banyak mengajak semua undangan menyanyikan lagu-lagu di teks yang sudah disediakan. Anak-anak pasti senang menyanyi bersama dan mendapat hadiah dari acara penuh sponsor itu. Semua beres. "Mudah-mudahan aku nggak sakit pas malam Natal," begitu doa yang selalu diucapkan Fani sebelum terlelap.
*****
Fani sedang bermain boneka kertas. Sebentar lagi, boneka ayah, ibu, dan anak yang dibuat ibu guru taman kanak-kanaknya dengan kertas merah, kuning, dan hijau itu bakal rusak. Dua adik laki-lakinya sering mengganggunya dan tak ragu-ragu merusak boneka bermata bulat yang dibentuk dengan spidol hitam itu.
Gadis bermata cokelat ini ingin sekali punya boneka. Dia berdoa agar diberi hadiah boneka pada Natal kali ini. Tahun kemarin, dia mendapat hadiah boneka Tedy Bear yang mengenakan topi Santa Klaus berwarna merah putih dari tante tetangganya. Ketika dadanya ditekan, Tedy akan mengucapkan "Merry Christmas" dan bernyanyi "We wish you a Merry Christmas and Happy New Year."
Bocah berusia lima tahun ini sudah mengumpulkan banyak hadiah dari acara Natal anak-anak yang dia ikut. Ada tas, satu set piring makan, gelas, dan sendok bergambar kelinci merah yang berdiri tepat di bawah mistletoe di depan pintu berwarna merah. Buku gambar, krayon, pensil, penghapus, rautan, sapu tangan, dan topi. Susu, biskuit, roti, kue, dan permen sudah habis. Sedangkan uang dalam amplop langsung disimpan ibunya.
Kemarin sore Fani dan teman-temannya ikut acara Natal anak-anak yang berlangsung di sebuah gelanggang remaja. Fani dan teman-temannya sudah berlatih selama dua minggu penuh untuk menyanyi di acara itu. Mereka sering dimarahi kakak-kakak jika ada yang salah menyanyi atau terlambat datang latihan.
Fani datang bersama ibu dan dua adiknya di acara natalan itu. Dia mengenakan gaun putih panjang tanpa lengan. Rambut pendeknya dihiasi dua jepitan berbentuk pita merah. Ketika waktu sudah dekat, Fani meninggalkan ibunya yang duduk di kursi tamu dan bersama-sama seorang kakak berjalan menuju pinggir panggung. "Kalian nggak usah menyanyi, sudah terlalu banyak yang menyanyi," kata kakak pembawa acara kepada Fani dan teman-temannya di belakang panggung.
Fani dan teman-teman kesal. Mereka bahkan sudah sepakat tidak mau lagi ikut acara Natal dengan kakak-kakak itu. "Pas mau Natal atau Paskah kita dicari-cari," kata Lia, teman main Fani. "Iya, ya, setelah itu, kakak-kakak itu nggak pernah perhatiin kita," ujar Ayes yang dua tahun lebih tua dari Fani. "Awas lo, jangan mau kalau mereka bujuk-bujuk kita supaya ikut mereka lagi," kata Fano ketika mereka masih di belakang panggung.
Mama Fani juga ikut sebal. Tante Nora malah sempat mau menegur kakak-kakak itu. "Coba kalau mereka yang digituin," kata Tante Nora sambil membujuk Fanya yang menangis karena tidak menyanyi. "Iya, Tante bilangin aja. Kakak yang nggak kasih kita nyanyi itu namanya Fani," kata Ayes.
Ada beberapa undangan Natal bersama. Mulai dari acara yang digelar di hotel berbintang hingga panti asuhan. Bentuk undangan juga cantik dengan kertas beragam. Dari yang seukuran bungkus CD sampai setipis lembaran uang pecahan Rp 100 ribu. Nama-nama yang tertera dalam undangan juga tak kalah menarik. Dari penyanyi papan atas hingga kelompok vokal yang sudah mengeluarkan album atau baru merintis. Semuanya menggugah minat. Fani bingung. Dia belum memutuskan untuk hadir dalam salah satu undangan perayaan Natal barengan itu. Harus betul-betul memikirkan waktu dan tempat yang paling oke. Sebenarnya dia ingin sekali memenuhi setiap undangan. Sebab, sekretaris di salah satu perusahaan sekuritas ini tahu persis si pengundang alias panitia ingin sekali acaranya berlangsung meriah dan sukses. Ukurannya jelas: semua undangan hadir, tempat terisi penuh, kalau perlu sesak.
Jadwal kegiatan Fani memang padat merayap menjelang Natal. Cewek berambut sebahu ini tak pernah absen pada acara Natal baik di gereja, sekolah, dan lingkungannya. Dia bahkan sudah menjadi panita Natal sejak masih mengenakan seragam putih merah.
Tahun ini, Fani anggota panitia Natal di dua tempat. Satu di gerejanya dan satu lagi di perkumpulan milis muda-mudi. Sepertinya itu belum cukup bagi Fani. Lulusan sekolah sekretaris ini juga mengiyakan tawaran jadi seksi acara di salah satu acara Natal anak-anak yang berlangsung di sebuah gelanggang remaja di kawasan Jakarta Timur. Padahal, dia tahu persis, semakin mendekati hari H, pertemuan makin intensif, kemungkinan berlangsung pada waktu yang nyaris bersamaan.
Tapi, niat penggemar gado-gado ini untuk terlibat dalam banyak acara agar benar-benar bisa mengisi Natal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya begitu besar. Toh, semua masih berjalan mulus-mulus saja. Kalaupun ada yang kurang, itu cuma berat tubuhnya yang menyusut dua kilogram dalam waktu 20 hari.
Akhirnya, putri pertama dari tiga bersaudara ini sukes memenuhi beberapa undangan Natal bersama. Dia hadir dalam lima undangan Natal bersama. Tapi, tidak satu acara pun yang dia ikuti dari awal hingga akhir. Dia memang sengaja datang sekadar setor muka untuk menyenangkan para pengundang. Setelah menyapa sana-sini, memeluk sana-sini, mencium sana-sini, dan tentu saja pasang senyum paling ciamik saat difoto, Fani bubar jalan.
Acara Natal bersama teman-teman di perkumpulan milisi pemuda dan gerejanya juga berakhir lumayan sukses. Meski, ada beberapa teman yang mendadak tidak datang padahal sudah disediakan jemputan dalam acara Natal perkumpulan pemuda. Dia sempat senewen melihat bangku-bangku kosong. Tapi, akhirnya Fani tersenyum lega melihat rombongan tidak dikenal mengisi kursi-kursi lowong.
Natal tinggal hitungan jari sebelah tangan. Kemarin acara natalan terakhir yang diikuti Fani. Dia menjadi pembawa acara Natal anak-anak. Sejak awal dia tidak sreg pada para pengisi acara. Tapi, dia mengabaikan perasaan itu. Masalah itu akhirnya diselesaikan dengan lebih banyak mengajak semua undangan menyanyikan lagu-lagu di teks yang sudah disediakan. Anak-anak pasti senang menyanyi bersama dan mendapat hadiah dari acara penuh sponsor itu. Semua beres. "Mudah-mudahan aku nggak sakit pas malam Natal," begitu doa yang selalu diucapkan Fani sebelum terlelap.
*****
Fani sedang bermain boneka kertas. Sebentar lagi, boneka ayah, ibu, dan anak yang dibuat ibu guru taman kanak-kanaknya dengan kertas merah, kuning, dan hijau itu bakal rusak. Dua adik laki-lakinya sering mengganggunya dan tak ragu-ragu merusak boneka bermata bulat yang dibentuk dengan spidol hitam itu.
Gadis bermata cokelat ini ingin sekali punya boneka. Dia berdoa agar diberi hadiah boneka pada Natal kali ini. Tahun kemarin, dia mendapat hadiah boneka Tedy Bear yang mengenakan topi Santa Klaus berwarna merah putih dari tante tetangganya. Ketika dadanya ditekan, Tedy akan mengucapkan "Merry Christmas" dan bernyanyi "We wish you a Merry Christmas and Happy New Year."
Bocah berusia lima tahun ini sudah mengumpulkan banyak hadiah dari acara Natal anak-anak yang dia ikut. Ada tas, satu set piring makan, gelas, dan sendok bergambar kelinci merah yang berdiri tepat di bawah mistletoe di depan pintu berwarna merah. Buku gambar, krayon, pensil, penghapus, rautan, sapu tangan, dan topi. Susu, biskuit, roti, kue, dan permen sudah habis. Sedangkan uang dalam amplop langsung disimpan ibunya.
Kemarin sore Fani dan teman-temannya ikut acara Natal anak-anak yang berlangsung di sebuah gelanggang remaja. Fani dan teman-temannya sudah berlatih selama dua minggu penuh untuk menyanyi di acara itu. Mereka sering dimarahi kakak-kakak jika ada yang salah menyanyi atau terlambat datang latihan.
Fani datang bersama ibu dan dua adiknya di acara natalan itu. Dia mengenakan gaun putih panjang tanpa lengan. Rambut pendeknya dihiasi dua jepitan berbentuk pita merah. Ketika waktu sudah dekat, Fani meninggalkan ibunya yang duduk di kursi tamu dan bersama-sama seorang kakak berjalan menuju pinggir panggung. "Kalian nggak usah menyanyi, sudah terlalu banyak yang menyanyi," kata kakak pembawa acara kepada Fani dan teman-temannya di belakang panggung.
Fani dan teman-teman kesal. Mereka bahkan sudah sepakat tidak mau lagi ikut acara Natal dengan kakak-kakak itu. "Pas mau Natal atau Paskah kita dicari-cari," kata Lia, teman main Fani. "Iya, ya, setelah itu, kakak-kakak itu nggak pernah perhatiin kita," ujar Ayes yang dua tahun lebih tua dari Fani. "Awas lo, jangan mau kalau mereka bujuk-bujuk kita supaya ikut mereka lagi," kata Fano ketika mereka masih di belakang panggung.
Mama Fani juga ikut sebal. Tante Nora malah sempat mau menegur kakak-kakak itu. "Coba kalau mereka yang digituin," kata Tante Nora sambil membujuk Fanya yang menangis karena tidak menyanyi. "Iya, Tante bilangin aja. Kakak yang nggak kasih kita nyanyi itu namanya Fani," kata Ayes.
Charity and Solidarity
I don't believe in charity. I believe in solidarity. Charity is so vertical. It goes from the top to the bottom. Solidarity is horizontal. It respects the other person and learns from the other. I have a lot to learn from other people. (Eduardo Galeano)
I don't believe in charity. I believe in solidarity. Charity is so vertical. It goes from the top to the bottom. Solidarity is horizontal. It respects the other person and learns from the other. I have a lot to learn from other people. (Eduardo Galeano)
ZZzzzzzzzzzzzz
Kadang-kadang ingin sekali aku bilang: "Woooy bisa diam nggak!"
Tapi, aku juga sering kok berisik...
Kadang-kadang aku ingin sekali bicara: "Urus dirimu sendiri saja"
Tapi, aku juga sering kok usil sama urusan orang...
Kadang-kadang aku bernafsu bilang: "Jangan!"
Tapi, aku juga sering kok tak mau ditegur...
Kadang-kadang aku gemas mendengar kata-kata makian
Tapi, siapa yang tahu kalau aku memaki dalam hati...
Kadang-kadang ingin sekali aku bilang: "Buruan!"
Tapi, aku sering kok tertekan karena kata yang sama...
Kadang-kadang aku ingin sekali bicara: "Sudahlah!"
Tapi, aku juga sering kok tak sabaran...
Kadang-kadang aku penasaran bilang: "Tunjukkan!"
Tapi, aku juga sering kok berahasia...
Kadang-kadang aku tergelitik mendengar kata-kata kotor
Tapi, siapa yang tahu pikiran jahat dalam kepalaku...
Kadang-kadang ingin sekali aku bilang, "Apa lagi (dengan tanda ! atau?)."
Pada saat itulah aku memutuskan untuk tidur...
Kadang-kadang ingin sekali aku bilang: "Woooy bisa diam nggak!"
Tapi, aku juga sering kok berisik...
Kadang-kadang aku ingin sekali bicara: "Urus dirimu sendiri saja"
Tapi, aku juga sering kok usil sama urusan orang...
Kadang-kadang aku bernafsu bilang: "Jangan!"
Tapi, aku juga sering kok tak mau ditegur...
Kadang-kadang aku gemas mendengar kata-kata makian
Tapi, siapa yang tahu kalau aku memaki dalam hati...
Kadang-kadang ingin sekali aku bilang: "Buruan!"
Tapi, aku sering kok tertekan karena kata yang sama...
Kadang-kadang aku ingin sekali bicara: "Sudahlah!"
Tapi, aku juga sering kok tak sabaran...
Kadang-kadang aku penasaran bilang: "Tunjukkan!"
Tapi, aku juga sering kok berahasia...
Kadang-kadang aku tergelitik mendengar kata-kata kotor
Tapi, siapa yang tahu pikiran jahat dalam kepalaku...
Kadang-kadang ingin sekali aku bilang, "Apa lagi (dengan tanda ! atau?)."
Pada saat itulah aku memutuskan untuk tidur...
For the Second Sunday of Advent
C. F. Blumhardt
It is Advent again. We call this time Advent because it reminds us of what comes from God for the creation of his kingdom on earth. There are many today who sigh to heaven, "Savior, come now!" But they are not sighing for the sake of God`s kingdom. They cry out like this only when they are in trouble and want God to help them. And they don`t know of any help that is more effective than to have a Savior come and put a quick end to their troubles.
When it comes to the things of God, however, we must not be concerned for what is ours, but only for what belongs to Christ. We should do this not merely for our own edification; we must become workers for God. This leads us to God`s vineyard, a place where there is not a great deal of talk, but where everyone is intent on deeds.
C. F. Blumhardt
It is Advent again. We call this time Advent because it reminds us of what comes from God for the creation of his kingdom on earth. There are many today who sigh to heaven, "Savior, come now!" But they are not sighing for the sake of God`s kingdom. They cry out like this only when they are in trouble and want God to help them. And they don`t know of any help that is more effective than to have a Savior come and put a quick end to their troubles.When it comes to the things of God, however, we must not be concerned for what is ours, but only for what belongs to Christ. We should do this not merely for our own edification; we must become workers for God. This leads us to God`s vineyard, a place where there is not a great deal of talk, but where everyone is intent on deeds.
