Terserah
Dua keponakanku berulang tahun di bulan Februari. Nera berumur empat tahun tepat 7 Februari silam. Sedangkan Wulan genap berusia delapan tahun sepuluh hari berselang. Karena ultah mereka jatuh di hari kerja, aku tidak bisa bertemu mereka yang tinggal di Bogor, Jawa Barat.
Sehari menjelang ulang tahun Nera, aku menelepon dia sekitar pukul 10.00 WIB. Aku tanya kado yang dia inginkan. "Kado cium," kata dia dengan suara rada bindeng.
"Mana pipinya biar Ne cium sekarang," kataku.
"Nggak, cium di rumah Nera dong," kata dia.
"Nera mau apa lagi?"
"Tanggo [biskuit]" kata dia.
"Yahhhhhh, kok tanggo."
"Bengbeng aja deh," kata Nera lagi.
"Ha?"
"Eh, kue ulang tahun aja," Nera berkata cepat.
"Tapi nggak bisa ketemu," ucapku.
"Terserah Ne," kata si mata besar itu.
Lihat deh. Anak kesayanganku--aku sering memanggil tiap keponakanku begitu-- selalu minta yang terlalu sederhana :)
Beberapa jam kemudian, Mamanya Nera sms. "Nera mau makan dan bermain sepuasnya di tempat makan kegemaran mereka. Itu juga dikomporin Wulan." Akhirnya Nera merayakan ultahnya dengan Moses dan Wulan hari Minggu. Mereka sms aku ketika beristirahat setelah kelelahan bermain.
Kemarin wajah Wulan muncul terus terutama setelah Moses menelepon saat aku dalam perjalanan pulang. Moses kecilku ingin memastikan aku ke tempat mereka. Ya, nggaklah. Masuk malam begini terus ke Bogor, yang benar aja.
Di rumah, setelah pegal--beneran pegal--sms untuk urusan tiket Mrs Walce, aku kembali ingat Wulan. Dia ulang tahun. Waktu aku telepon, Wulan belum pulang sekolah. Begitu pulang dia sms. Dengan bersemangat aku mengucapkan selamat ulang tahun dan menyanyikan lagu Happy Birthday".
"Kamu pasti tahu dong kado dari Ne," kataku.
"Yah jangan cium dong Ne," kata dia. He he he, mereka memang selalu mendapat ciuman kalau berbuat baik. Jadi setiap aku meminta mereka menebak hadiah yang akan aku berikan, jawaban yang muncul pasti sama. "Cium kan," kata mereka setengah protes tapi mendekatiku dan memberi pipi mereka itu.
Seperti Nera, Wulan juga berkata "terserah" ketika ditanya tentang kado. Aku juga masih bingung. Mungkin Wulan mau makan-makan lagi dengan dua adiknya. Tapi, dia belum bilang. Atau nanti Mamanya sms memberi bocoran soal hadiah yang Wulan inginkan. Telepon aku matikan setelah selesai bicara dengan Wulan.
Perhatianku kembali ke urusan tiket buat Mrs Walce yang mau ke Bali, Kamis. Setelah mendapat dua tiket, Mrs Walce ke rumahku dan kita cerita-cerita cukup lama. Mungkin kita bakalan tak bertemu dalam waktu yang panjang. Sebab, setelah mendapat visa permanen, sahabatku ini bakal tinggal di Australia mengikuti suaminya. Dia memilih tinggal di Bali sembari menunggu visanya keluar.
Saat kita sedang asyik mengobrol, sms Wulan masuk.
"Ne, Wulan ulang tahunnya kan besok."
O o. Ne lagi kusut :)
Dua keponakanku berulang tahun di bulan Februari. Nera berumur empat tahun tepat 7 Februari silam. Sedangkan Wulan genap berusia delapan tahun sepuluh hari berselang. Karena ultah mereka jatuh di hari kerja, aku tidak bisa bertemu mereka yang tinggal di Bogor, Jawa Barat.
Sehari menjelang ulang tahun Nera, aku menelepon dia sekitar pukul 10.00 WIB. Aku tanya kado yang dia inginkan. "Kado cium," kata dia dengan suara rada bindeng.
"Mana pipinya biar Ne cium sekarang," kataku.
"Nggak, cium di rumah Nera dong," kata dia.
"Nera mau apa lagi?"
"Tanggo [biskuit]" kata dia.
"Yahhhhhh, kok tanggo."
"Bengbeng aja deh," kata Nera lagi.
"Ha?"
"Eh, kue ulang tahun aja," Nera berkata cepat.
"Tapi nggak bisa ketemu," ucapku.
"Terserah Ne," kata si mata besar itu.
Lihat deh. Anak kesayanganku--aku sering memanggil tiap keponakanku begitu-- selalu minta yang terlalu sederhana :)
Beberapa jam kemudian, Mamanya Nera sms. "Nera mau makan dan bermain sepuasnya di tempat makan kegemaran mereka. Itu juga dikomporin Wulan." Akhirnya Nera merayakan ultahnya dengan Moses dan Wulan hari Minggu. Mereka sms aku ketika beristirahat setelah kelelahan bermain.
Kemarin wajah Wulan muncul terus terutama setelah Moses menelepon saat aku dalam perjalanan pulang. Moses kecilku ingin memastikan aku ke tempat mereka. Ya, nggaklah. Masuk malam begini terus ke Bogor, yang benar aja.
Di rumah, setelah pegal--beneran pegal--sms untuk urusan tiket Mrs Walce, aku kembali ingat Wulan. Dia ulang tahun. Waktu aku telepon, Wulan belum pulang sekolah. Begitu pulang dia sms. Dengan bersemangat aku mengucapkan selamat ulang tahun dan menyanyikan lagu Happy Birthday".
"Kamu pasti tahu dong kado dari Ne," kataku.
"Yah jangan cium dong Ne," kata dia. He he he, mereka memang selalu mendapat ciuman kalau berbuat baik. Jadi setiap aku meminta mereka menebak hadiah yang akan aku berikan, jawaban yang muncul pasti sama. "Cium kan," kata mereka setengah protes tapi mendekatiku dan memberi pipi mereka itu.
Seperti Nera, Wulan juga berkata "terserah" ketika ditanya tentang kado. Aku juga masih bingung. Mungkin Wulan mau makan-makan lagi dengan dua adiknya. Tapi, dia belum bilang. Atau nanti Mamanya sms memberi bocoran soal hadiah yang Wulan inginkan. Telepon aku matikan setelah selesai bicara dengan Wulan.
Perhatianku kembali ke urusan tiket buat Mrs Walce yang mau ke Bali, Kamis. Setelah mendapat dua tiket, Mrs Walce ke rumahku dan kita cerita-cerita cukup lama. Mungkin kita bakalan tak bertemu dalam waktu yang panjang. Sebab, setelah mendapat visa permanen, sahabatku ini bakal tinggal di Australia mengikuti suaminya. Dia memilih tinggal di Bali sembari menunggu visanya keluar.
Saat kita sedang asyik mengobrol, sms Wulan masuk.
"Ne, Wulan ulang tahunnya kan besok."
O o. Ne lagi kusut :)