<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6496619\x26blogName\x3d-::+L+O+V+E+will+S+E+T+you+F+R+E+E::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tinneke.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tinneke.blogspot.com/\x26vt\x3d-6149671454343776068', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Wednesday, April 27, 2011

Wow Moments 

Ada begitu banyak kesempatan yang membuat aku bilang wow. Tapi, aku cuma mau cerita dua wow moments-ku di sini.

Wow

Mengerti bahwa sahabat tidak harus selalu ada saat sahabatnya sedang dalam masalah dan merasa sangat membutuhkan kehadirannya. “Ini peperanganmu sendiri, kamu yang harus maju mengatasi itu,” kata Lisa sahabatku. Ya, dia benar 2000 persen. Meski saat mendengar kata-kata itu aku hampir tidak percaya. Kok bisa-bisanya? Tapi, wow, itu yang membuat persahabatan kita awet ayu. Karena masing-masing membiarkan sahabatnya menjadi pemenang dalam pertempuran pribadinya.

Wow Wow

Ditantang meminta maaf pada orang yang memusuhiku. Wow.

“Nggak salah kok minta maaf,” kataku tak percaya.

“Buat Yesus tersenyum dengan minta maaf duluan, meski kamu ga salah,’ kata Wenny, mentor rohaniku. Wow.

Setelah tiga bulan, akhirnya saat itu datang juga. Kita duduk berhadapan dan aku bilang dua kata itu.

“Tina ga salah kok,” kata dia.

“Aku tetap minta maaf karena merasa ada yang salah dalam hubungan kita,” kataku. Kita berjabat tangan. Pembicaraan selesai. Sim salah emang salah bim nih. Aku masih merasa nggak ada damai saat itu.

Ternyata, komunikasi dan interaksi kita membaik dan benar-benar pulih setelah dua pekan lewat. Aku menjadi damai, tenang, dan bisa tertawa lepas tanpa khawatir ada yang kesal melihat gembiraku.

Meminta maaf dahulu itu ternyata membuat perubahan besar. Aku sampai heran sendiri, “Kok dia jadi kelewatan baik begini, ya????? Wow wow.

home

my book
It's my first book!
messages
Name :
Web URL :
Message :


archives
February 2004
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
December 2007
January 2008
February 2008
May 2008
July 2008
August 2008
November 2008
January 2009
February 2009
March 2009
August 2009
October 2009
April 2011
June 2011
July 2011
November 2011
December 2011
April 2012
June 2012
November 2013
December 2014

links
Detik
Desa-Pelangi
Tempo
Kompas
Liputan6
Journey
Christian Women

resources
Tagboard
Blogger
Google
SXC
HTML
Haloscan
Gettyimages

hit counter
Free Web Counter

BlogFam Community