<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6496619\x26blogName\x3d-::+L+O+V+E+will+S+E+T+you+F+R+E+E::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tinneke.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tinneke.blogspot.com/\x26vt\x3d-6149671454343776068', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Thursday, November 24, 2011

Apek Pol 

Seorang teman menulis begini: "senyummu apek pol". Waktu pertama kali aku membacanya aku ketawa sampai perutku sakit. Dan setiap ingat kata-katanya aku masih bisa tertawa. Jadi, kalau suasana hatiku agak tidak keruan, aku pasti mengingat kata-kata yang mengundang tawaku itu.

Sebenarnya banyak juga yang bilang kenapa sih aku kelewat banyak senyum. Tapi, aku juga tidak tahu kenapa. Pokoknya, aku senang tersenyum. Titik.

Aku tersenyum pada siapa saja. Wulan, Moses, Nera dan saudara-saudaraku sudah biasa melihat aku tersenyum pada orang yang tidak kami kenal. Meski kadang-kadang mereka juga bertanya kenapa.

Tapi, Nera punya pandangan yang berbeda tentang senyumku ini. Sepertinya di mata dia, orang lain yang lebih dahulu tersenyum dan aku adalah pihak yang membalas. Mungkin karena itu, Nera kerap melihat wajahku dan wajah orang yang berpapasan dengan kita.

Dia melakukan itu untuk memastikan bahwa aku tersenyum pada orang yang tersenyum padaku. Dia sering berkata begini, "Ne tadi senyum nggak sama Om (Tante, Pak, Ibu atau orang) itu."

Ya, pastilah aku tersenyum pada orang yang senyum padaku. Tapi, mungkin Nera ada benarnya juga. Jangan-jangan aku memang tersenyum karena orang yang lebih dahulu tersenyum padaku. Ya, bisa jadi, aku sering bertemu dengan orang yang memang senang tersenyum juga seperti diriku.

Aku memang gemar tersenyum. Aku tak perlu mencari alasan untuk tersenyum. Aku tersenyum saat menulis. Aku tersenyum saat menyanyi, bahkan lagu-lagu sedih sekalipun :-) Aku tersenyum saat minum air putih, saat makan, saat minum kopi, saat membaca... Aku tersenyum hampir pada setiap saat. Aku tersenyum karena aku mau tersenyum.

Kadang-kadang aku lebih senang tersenyum daripada bicara. Apalagi, menghadapi orang-orang yang bicaranya seperti hujan deras yang lama. Aku juga lebih senang tersenyum mendengar cerita orang daripada berbicara tentang kisahku pada orang lain. Aku juga lebih senang tersenyum ketika memasuki dunia yang baru.

Aku selalu tersenyum saat berada dalam kondisi menuju ke alam kantuk pada malam hari. Aku juga tersenyum dalam kantuk saat terbangun di pagi hari. Mungkin aku juga tersenyum dalam tidurku :-)

Tapi, aku paling sering tersenyum pada anak-anak. Setiap anak yang aku temui pasti aku beri senyum.

Aku jadi ingat beberapa minggu silam aku melihat seorang ayah yang mendorong gerobak barang bekas. Anaknya duduk di atas tumpukan kertas-kertas sambil memegang mainan kereta-keretaan. Refleks aku tersenyum padanya dan melambaikan tangan secara sembunyi-sembunyi agar tidak kelihatan ayahnya.

Aneh bin ajaib, anak kecil itu tidak membalas senyumku. Dia malah memandangku dengan marah. Dia bahkan mengarahkan mainannya ke arahku. Dor dor dor dor dor! Karena nggak biasa mendapat reaksi itu aku terdiam beberapa detik. Tapi, mataku tetap mengikuti gerobak yang berjalan menjauhiku.

Kemudian si anak laki-laki itu kembali berbalik menatapku. Aku langsung tersenyum padanya. Dia memandangku masih dengan marah. Kemudian dia menjulurkan lidahnya padaku. Aku tertawa.

Sepertinya tadi aku adalah "alien" yang sedang mengusik dunia khayalannya. Makanya senyum apek pol-ku dibalas dengan tembakan.

0 Comments :

Post a Comment

home

my book
It's my first book!
messages
Name :
Web URL :
Message :


archives
February 2004
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
December 2007
January 2008
February 2008
May 2008
July 2008
August 2008
November 2008
January 2009
February 2009
March 2009
August 2009
October 2009
April 2011
June 2011
July 2011
November 2011
December 2011
April 2012
June 2012
November 2013
December 2014

links
Detik
Desa-Pelangi
Tempo
Kompas
Liputan6
Journey
Christian Women

resources
Tagboard
Blogger
Google
SXC
HTML
Haloscan
Gettyimages

hit counter
Free Web Counter

BlogFam Community