Tamu Tak Diundang
Jerawat memang menyebalkan. Sering mampir tanpa permisi dan pergi meninggalkan bekas. Tamu yang menjengkelkan ini tak tahu diri. Bukannya cepat-cepat pergi, malah berlama-lama di wajahku hehehe.
Punya kulit berminyak dan sensitif memang rawan. Harus ekstra menjaga kebersihan muka dan nggak boleh main-main dengan kosmetik. Salah-salah pakai kosmetik bakal berujung ke dokter kulit. Padahal, antrean di dokter kulit itu kan panjang seperti ular.
Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan seorang teman yang juga saudara. Yang pertama aku lihat adalah wajahnya yang makin kinclong. Ternyata, mukanya cemerlang karena berbagai krim dari klinik kulit di daerah Jaksel. Dan, aku justru berjerawat lagi karena tidak menggunakan produk dari tempat ini.
Menggunakan berbagai krim perawatan dari klinik kulit ini memang dahsyat. Kulitku jadi mulus, sehat, dan kinclong. Tapi, aku benar-benar nggak sabaran dengan proses penggunaan krim-krim itu, apalagi jika mau keluar rumah. Harus menunggu sekitar lima menit dahulu baru menggunakan krim kedua. Kemudian tunggu lima menit lagi untuk sampai pada tahap menaburkan bedak. Ribeeeeet banget untuk jadi cantik, ya, hehehehe. Jadi, aku putuskan stop aja deh.
Aku sudah beberapa kali berganti dokter kulit. Terakhir, Martha mengajakku ikut ke dokter kulit saat temannya dari Bandung sedang ke Jakarta untuk berobat. Tapi, aku menggeleng kepala cepat-cepat. Mending aku membaca di kosnya yang nyaman itu.
Aku sudah beberapa kali ke dokter kulit. Hasilnya menakjubkan. Tapi, jika kosmetik perawatannya habis, harus beli ke tempat-tempat tertentu. Seringnya jauh dan antreeee bikin mau muntah. Jadi, masalah bukan pada dokter kulit, tapi ada di aku.
Sekarang, jerawatku rada menjinak. Aku menggunakan obat dari saudaraku yang aku ceritakan tadi (tapi bukan dari klinik kulit). Perawatannya simpel dan aku bisa menggunakan salah satu kosmetik yang dijual bebas. Dalam beberapa hari, wajahku sudah kembali "normal" lagi. Yeaaah!
Sedih juga saat jerawat datang berbondong-bondong. Komentar orang-orang itu, lo: sering membuat panik dan bikin hati meleleh. Moses bahkan punya pekerjaan baru untuk menghitung berapa jerawat di wajahku. "Ternyata lebih banyak dari tahi lalat Ne!" kata dia. Benar-benar.
Aku nggak pernah menghitung pengeluaranku untuk urusan wajah berjerawatku. Sebab, bujet untuk urusan menggusur jerawat ini memang gede. Sekali berobat biayanya bisa lebih besar dari uang perpuluhanku. Kadang-kadang aku harus berobat sekali seminggu!
Yang lebih menyedihkan lagi, saat memakai obat jerawat, aku jadi nggak leluasa mencium selamat tidur malaikat-malaikatku.
Heiiii, kamu! Benar, kamu, tamu tak diundang! Nih terima tendangan mautku. PERGIIIIIIIIIIIIIIIIIII!
Jerawat memang menyebalkan. Sering mampir tanpa permisi dan pergi meninggalkan bekas. Tamu yang menjengkelkan ini tak tahu diri. Bukannya cepat-cepat pergi, malah berlama-lama di wajahku hehehe.
Punya kulit berminyak dan sensitif memang rawan. Harus ekstra menjaga kebersihan muka dan nggak boleh main-main dengan kosmetik. Salah-salah pakai kosmetik bakal berujung ke dokter kulit. Padahal, antrean di dokter kulit itu kan panjang seperti ular.
Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan seorang teman yang juga saudara. Yang pertama aku lihat adalah wajahnya yang makin kinclong. Ternyata, mukanya cemerlang karena berbagai krim dari klinik kulit di daerah Jaksel. Dan, aku justru berjerawat lagi karena tidak menggunakan produk dari tempat ini.
Menggunakan berbagai krim perawatan dari klinik kulit ini memang dahsyat. Kulitku jadi mulus, sehat, dan kinclong. Tapi, aku benar-benar nggak sabaran dengan proses penggunaan krim-krim itu, apalagi jika mau keluar rumah. Harus menunggu sekitar lima menit dahulu baru menggunakan krim kedua. Kemudian tunggu lima menit lagi untuk sampai pada tahap menaburkan bedak. Ribeeeeet banget untuk jadi cantik, ya, hehehehe. Jadi, aku putuskan stop aja deh.
Aku sudah beberapa kali berganti dokter kulit. Terakhir, Martha mengajakku ikut ke dokter kulit saat temannya dari Bandung sedang ke Jakarta untuk berobat. Tapi, aku menggeleng kepala cepat-cepat. Mending aku membaca di kosnya yang nyaman itu.
Aku sudah beberapa kali ke dokter kulit. Hasilnya menakjubkan. Tapi, jika kosmetik perawatannya habis, harus beli ke tempat-tempat tertentu. Seringnya jauh dan antreeee bikin mau muntah. Jadi, masalah bukan pada dokter kulit, tapi ada di aku.
Sekarang, jerawatku rada menjinak. Aku menggunakan obat dari saudaraku yang aku ceritakan tadi (tapi bukan dari klinik kulit). Perawatannya simpel dan aku bisa menggunakan salah satu kosmetik yang dijual bebas. Dalam beberapa hari, wajahku sudah kembali "normal" lagi. Yeaaah!
Sedih juga saat jerawat datang berbondong-bondong. Komentar orang-orang itu, lo: sering membuat panik dan bikin hati meleleh. Moses bahkan punya pekerjaan baru untuk menghitung berapa jerawat di wajahku. "Ternyata lebih banyak dari tahi lalat Ne!" kata dia. Benar-benar.
Aku nggak pernah menghitung pengeluaranku untuk urusan wajah berjerawatku. Sebab, bujet untuk urusan menggusur jerawat ini memang gede. Sekali berobat biayanya bisa lebih besar dari uang perpuluhanku. Kadang-kadang aku harus berobat sekali seminggu!
Yang lebih menyedihkan lagi, saat memakai obat jerawat, aku jadi nggak leluasa mencium selamat tidur malaikat-malaikatku.
Heiiii, kamu! Benar, kamu, tamu tak diundang! Nih terima tendangan mautku. PERGIIIIIIIIIIIIIIIIIII!
2 Comments :
dulu aku juga berjerawat, meski ga banyak tapi tetap aja mengganggu. ternyata aku tau masalahnya ada di mana, karena aku penggila telur ayam [negeri]. dan atas saran teman, aku tidak lagi mengkonsumsi telur ayam negeri dan aku berpaling ke telur ayam kampung, lalu jerawatnya ga muncul lagi. hebat yah?
sesekali aku suka oleskan madu [asli] ke wajah, diamkan selama 1/2 jam lalu bilas spt biasa. helpfull looh Ne! kulit wajah jadi sehat.
# by 6:42 PM
-------------------- , atThanks Ciplok. Aku juga pemakai madu sejati hehehe. Mungkin aku harus cari tahu apa "telur ayam negeri" ku dan bisa berpaling darinya hehehe. Thanks a truck sis :)
--------------------