Paridas
Omku dari Timor Leste sedang menginap di tempatku. Ini pertemuan kami setelah negara di ujung pulau Timor itu menjadi republik. Hampir delapan tahun lebih kami berhubungan hanya lewat telepon. Itu pun bisa dihitung dengan jari.
Beberapa pekan sebelum Omku datang ke Jakarta aku bahkan mendapat sms bahwa sepupu Mamaku ini meninggal dunia. Bener-bener. Ternyata yang dipanggil Tuhan itu namanya sama dengan Omku.
Omku segar bugar. Kulitnya tetap kencang. Meski aku tahu persis dia terpukul berat karena kematian salah satu anaknya di Inggris. Kehilangan orang tercinta itu memang berat. Uffffffff!
Nggak tahu kenapa sejak Omku di rumah aku jadi bisa makan malam. Nggak sekali, sampai dua kali makan. Aku bahkan merasa lapar. Benar-benar lapar. Semua di rumah kegirangan. Mereka bersorak hanya karena kata-kata sederhana. "Gue kok laper ya."
Omku membawa banyak makanan. Termasuk paong, roti keras (bahan tepung, ragi, dan garam) khas Timor Timur. Tapi yang membuat selera makanku muncul adalah sambal. Sambalnya sih seperti sambal Timor pada umumnya. Campuran cabai, bawang putih (kayaknya deh hehehhe), garam, dan jeruk nipis. Bedanya, jeruk nipis dipisah. Saat makan, ambil cairan dan potongan jeruk nipis dahulu baru sambalnya.
Aku juga terheran-heran dengan selera makanku yang mulai datang. Aku jadi ingat sepupu dan keponakanku. Mereka berdoa supaya aku makan banyak hehehehe. Hello ini masa prapaskah, euy.
Sejak ada Omku, aku belajar lagi beberapa kata bahasa Tetun dan Portugis. Ternyata, diam-diam Mamaku juga bisa sedikit-sedikit bahasa Tetun dan Portugis. Bahkan, Mamaku juga ikut-ikut memperbaiki pengucapanku yang kacau-balau hehehe. Salut Ibu :)
Dua hari ini aku sarapan paridas. Yaitu roti paong dipotong tipis dicelupkan ke campuran susu dan telur kemudian digoreng. Paridas itu roti goreng panas. Nyam nyam nyam.
Omku dari Timor Leste sedang menginap di tempatku. Ini pertemuan kami setelah negara di ujung pulau Timor itu menjadi republik. Hampir delapan tahun lebih kami berhubungan hanya lewat telepon. Itu pun bisa dihitung dengan jari.
Beberapa pekan sebelum Omku datang ke Jakarta aku bahkan mendapat sms bahwa sepupu Mamaku ini meninggal dunia. Bener-bener. Ternyata yang dipanggil Tuhan itu namanya sama dengan Omku.
Omku segar bugar. Kulitnya tetap kencang. Meski aku tahu persis dia terpukul berat karena kematian salah satu anaknya di Inggris. Kehilangan orang tercinta itu memang berat. Uffffffff!
Nggak tahu kenapa sejak Omku di rumah aku jadi bisa makan malam. Nggak sekali, sampai dua kali makan. Aku bahkan merasa lapar. Benar-benar lapar. Semua di rumah kegirangan. Mereka bersorak hanya karena kata-kata sederhana. "Gue kok laper ya."
Omku membawa banyak makanan. Termasuk paong, roti keras (bahan tepung, ragi, dan garam) khas Timor Timur. Tapi yang membuat selera makanku muncul adalah sambal. Sambalnya sih seperti sambal Timor pada umumnya. Campuran cabai, bawang putih (kayaknya deh hehehhe), garam, dan jeruk nipis. Bedanya, jeruk nipis dipisah. Saat makan, ambil cairan dan potongan jeruk nipis dahulu baru sambalnya.
Aku juga terheran-heran dengan selera makanku yang mulai datang. Aku jadi ingat sepupu dan keponakanku. Mereka berdoa supaya aku makan banyak hehehehe. Hello ini masa prapaskah, euy.
Sejak ada Omku, aku belajar lagi beberapa kata bahasa Tetun dan Portugis. Ternyata, diam-diam Mamaku juga bisa sedikit-sedikit bahasa Tetun dan Portugis. Bahkan, Mamaku juga ikut-ikut memperbaiki pengucapanku yang kacau-balau hehehe. Salut Ibu :)
Dua hari ini aku sarapan paridas. Yaitu roti paong dipotong tipis dicelupkan ke campuran susu dan telur kemudian digoreng. Paridas itu roti goreng panas. Nyam nyam nyam.