Ajariku Berdoa, Tuhan
Tuhan, bagaimana aku harus berdoa?
Mengapa engkau begitu bersusah-susah demi berdoa dengan baik? Jadikanlah doa suatu kegiatan sederhana, mudah, mirip... percakapan keluarga.
Tuhan, kata-kata doaku bagaikan tanpa isi...
Ketika engkau masih kecil, Aku pernah berkata kepadamu, "Ceritakanlah kepada-Ku apa saya yang telah kau lakukan hari ini! Tetapi engkau tidak percaya bahwa ini suara-Ku!"
Tuhan, ajarlah aku berdoa...
Doa mirip kabel listrik: satu ujungnya harus menancap dalam Allah. Kalau tidak, rahmat tidak mungkin mengalir ke dalam jiwa.
Aku tetap minta petunjuk-Mu, Tuhan, tentang cara berdoa...
Doa adalah percakapan timbal balik. Ucapkanlah kata-kata singkat saja. Semakin kurang tegang, semakin penuh hatimu dengan kasih.
Konsentrasiku pada saat berdoa terus terganggu, Tuhan.
Jangan sedih karena gangguan ini. Lanjutkanlah kontemplasi penuh kasihmu itu mulai dari saat engkau terganggu tadi.
Tuhan, apakah aku perlu membatasi jumlah permohonan dalam doaku?
Mengapa engkau mau membatasinya? Bukankah Aku selalu mengabulkan doamu?
Aku berdoa, Tuhan, tetapi hatiku gersang...
Dalam kegersangan jiwa pun, jangan pernah menghentikan doamu.
Doaku, ya Tuhan, tidak seperti kuharapkan...
Kalau engkau bicara dengan orang lain, mungkin saja pikiranmu melayang ke sasaran lain. Tetapi, janganlah ini terjadi dalam bicara dengan Aku!
Aku sedang berdoa Bapa Kami ya, Yesus.
Lihatlah, semuanya tercakup dalam doa ini: Allah, engkau, dan orang lain.
Doaku terus kuulangi, Tuhan. Jangan-jangan Engkau bosan!
Doa tidak mungkin membuat Aku bosan. Aku peka terhadap setiap tanda kehangatan kasih.
Tuhan, apa yang Kau lakukan dengan doaku?
Aku mengubahnya menjadi doa-Ku. Tetapi, kalau engkau tidak berdoa..., dapatkah tanaman tumbuh tanpa ditabur?
Dikutip dari buku Percakapan Jiwa dengan Tuhan (Misteri Hidup Spiritual Gabrielle Bossis)
Tuhan, bagaimana aku harus berdoa?
Mengapa engkau begitu bersusah-susah demi berdoa dengan baik? Jadikanlah doa suatu kegiatan sederhana, mudah, mirip... percakapan keluarga.
Tuhan, kata-kata doaku bagaikan tanpa isi...
Ketika engkau masih kecil, Aku pernah berkata kepadamu, "Ceritakanlah kepada-Ku apa saya yang telah kau lakukan hari ini! Tetapi engkau tidak percaya bahwa ini suara-Ku!"
Tuhan, ajarlah aku berdoa...
Doa mirip kabel listrik: satu ujungnya harus menancap dalam Allah. Kalau tidak, rahmat tidak mungkin mengalir ke dalam jiwa.
Aku tetap minta petunjuk-Mu, Tuhan, tentang cara berdoa...
Doa adalah percakapan timbal balik. Ucapkanlah kata-kata singkat saja. Semakin kurang tegang, semakin penuh hatimu dengan kasih.
Konsentrasiku pada saat berdoa terus terganggu, Tuhan.
Jangan sedih karena gangguan ini. Lanjutkanlah kontemplasi penuh kasihmu itu mulai dari saat engkau terganggu tadi.
Tuhan, apakah aku perlu membatasi jumlah permohonan dalam doaku?
Mengapa engkau mau membatasinya? Bukankah Aku selalu mengabulkan doamu?
Aku berdoa, Tuhan, tetapi hatiku gersang...
Dalam kegersangan jiwa pun, jangan pernah menghentikan doamu.
Doaku, ya Tuhan, tidak seperti kuharapkan...
Kalau engkau bicara dengan orang lain, mungkin saja pikiranmu melayang ke sasaran lain. Tetapi, janganlah ini terjadi dalam bicara dengan Aku!
Aku sedang berdoa Bapa Kami ya, Yesus.
Lihatlah, semuanya tercakup dalam doa ini: Allah, engkau, dan orang lain.
Doaku terus kuulangi, Tuhan. Jangan-jangan Engkau bosan!
Doa tidak mungkin membuat Aku bosan. Aku peka terhadap setiap tanda kehangatan kasih.
Tuhan, apa yang Kau lakukan dengan doaku?
Aku mengubahnya menjadi doa-Ku. Tetapi, kalau engkau tidak berdoa..., dapatkah tanaman tumbuh tanpa ditabur?
Dikutip dari buku Percakapan Jiwa dengan Tuhan (Misteri Hidup Spiritual Gabrielle Bossis)