Sesama Dilarang Saling
Aku selalu geleng-geleng kepala melihat mereka yang gemar olahraga petualang. Berdecak kagum. Tapi juga dalam hati bilang: "Gila!"
Seperti juga saat menulis tentang para petualang dalam gua. Memang sih, dari foto-foto dan video, pemandangan di bawah tanah benar-benar cantik. Bayangkan ada kanopi dalam gua. Staklatit dan stalagmit. Sumber air dalam gua. Mengagumkan.
Aku jadi ingat melihat foto-foto alam di Manggarai, Flores. Pemandangan yang dibidik dengan kamera wide angle ini benar-benar indah. Terus terang aku cuma berhenti pada mengagumi. Cukup melihat foto saja. Untuk sampai pada lokasi fotografer mengambil gambar, hmmm, maaf-maaf saja.
Tapi, itulah yang membuat aku angkat topi buat mereka yang suka berpetualang. Kalau bisa, aku ingin meminjam semua indra mereka agar dapat minimal membayangkan sedikit pengalaman mereka. Itu sudah cukup. Tak perlu mengalami bersusah-susah (apa bersenang-senang ya???) untuk menikmati keindahan.
Aku juga tidak habis mengerti mendengar pengakuan seorang penelusur gua. "Saat gelap abadi, aku merenung tentang kehidupan. Mentok-mentoknya ingat Tuhan." Dalam pikiranku, ingat Tuhan kok jauh-jauh amat, sampai dalam perut bumi. Gelap. Geleng-geleng kepala.
Mungkin dia bilang pikiranku yang "gila" heheheh. Dia melihat hidupku seperti mengulang lagu la la la la dengan notasi fa mi re do. Ya, mungkin benar. Kalau begitu, sesama "gila" dilarang saling mendahului...
Aku selalu geleng-geleng kepala melihat mereka yang gemar olahraga petualang. Berdecak kagum. Tapi juga dalam hati bilang: "Gila!"
Seperti juga saat menulis tentang para petualang dalam gua. Memang sih, dari foto-foto dan video, pemandangan di bawah tanah benar-benar cantik. Bayangkan ada kanopi dalam gua. Staklatit dan stalagmit. Sumber air dalam gua. Mengagumkan.
Aku jadi ingat melihat foto-foto alam di Manggarai, Flores. Pemandangan yang dibidik dengan kamera wide angle ini benar-benar indah. Terus terang aku cuma berhenti pada mengagumi. Cukup melihat foto saja. Untuk sampai pada lokasi fotografer mengambil gambar, hmmm, maaf-maaf saja.
Tapi, itulah yang membuat aku angkat topi buat mereka yang suka berpetualang. Kalau bisa, aku ingin meminjam semua indra mereka agar dapat minimal membayangkan sedikit pengalaman mereka. Itu sudah cukup. Tak perlu mengalami bersusah-susah (apa bersenang-senang ya???) untuk menikmati keindahan.
Aku juga tidak habis mengerti mendengar pengakuan seorang penelusur gua. "Saat gelap abadi, aku merenung tentang kehidupan. Mentok-mentoknya ingat Tuhan." Dalam pikiranku, ingat Tuhan kok jauh-jauh amat, sampai dalam perut bumi. Gelap. Geleng-geleng kepala.
Mungkin dia bilang pikiranku yang "gila" heheheh. Dia melihat hidupku seperti mengulang lagu la la la la dengan notasi fa mi re do. Ya, mungkin benar. Kalau begitu, sesama "gila" dilarang saling mendahului...