Bulan Oktober mau tutup sebentar lagi. Selama beberapa kali aku mengikuti doa rosario di gereja setelah misa harian sore. Jadi ajang reuni dengan beberapa teman. Bahkan bertemu teman-teman baru. Mungkin karena yang ikut tidak lebih dari 50 orang, "salam damai" selesai doa benar-benar seperti berjabat, berpelukan, dan berciuman dengan saudara dekat di rumah. Hangat.
Aku bahkan bertemu dengan Mba Rit, salah satu teman kursus evangelisasi pribadi. Kami sudah hampir enam bulan lebih nggak ketemu. Dia masih seperti dahulu. Kepalanya tidak berhenti menengok sana sini saat misa dan doa. "Main-main ke rumah," dia mengajak.
Mba Rit tinggal sendirian di rumah dengan empat kamar. Meski sudah berusia 40 tahun lebih, dia hidup dalam pengawasan tantenya. Uang bulanan dari warisan orang tuanya juga dijatah per bulan. "Kamu masih tidur nggak pake bantal," kata dia. Wah, wah. Dia masih ingat kebiasaanku saat kita retret bareng selama tiga malam di Cikanyere, Puncak. Padahal, melihat sikapnya yang tidak bisa duduk tenang, aku yakin dia masih rutin periksa dan minum obat dari psikiater.
Di bulan ini juga aku bisa menepati janji makan dengan salah satu koster di gereja. Aku lupa kapan membuat janji. Kami sering bercerita tapi baru kali ini kami berbagi dalam suasana yang lebih tenang. Namun, tetap saja terburu-buru. Sebab, kami keluar setelah jam delapan malam. Yang penting Miss Janji sudah menepati janji :)
Di Bulan Maria ini aku baru sadar nggak punya rosario. Ihhhhhh. Hmmmmm aku punya sebenarnya, banyak malah. Tapi, karena sering bertemu orang, satu per satu mulai berpindah tangan. Sampai saat berdoa rosario di gereja aku sadar punya rosario kecil dengan sepuluh manik saja. Itu pemberian dari suster Elis yang biaranya dekat rumah orangtuaku di Kupang.
Aku selalu membawa rosario cokelat itu ke manapun karena kecil dan bisa masuk saku depan tasku. Kadang-kadang aku jadikan gelang. Aku juga membawa cincin dengan sepuluh manik punya Neni. "Pantesan gue cari-cari nggak ada," kata dia melihat aku berdoa sambil memutar cincin itu saat rosario di gereja.
Rosario membuat aku tidak terlalu stres saat macet. Juga nggak kebanyakan lirak lirik. Aku bahkan sering merasa perjalanan ke mana pun terlalu cepat karena belum selesai rosario saat harus turun dari angkutan umum. Rosario membuat aku ingat dan melihat banyak orang dengan pergumulannya. Aku juga bisa menjangkau hal-hal yang tidak bisa kuraih dengan kedua lengan terbuka lebar.
Dengan rosario aku juga nggak pernah merasa sendirian karena selalu bisa berbicara dan bernyanyi dalam hati. Tahu-tahu aku sudah turun dari jembatan penyeberangan di depan kantor, yang kalau di atas jam sembilan malam lumayan menyeramkan dan masuk zona aman yakni bertemu Babe rokok di bawah jembatan.
Aku berharap mendapat rosario dari Kak Ida yang baru ziarah ke Lourdes, Prancis. Tapi, ternyata, sudah habis dibagi ke yang lain. Lagipula pasti Kak Ida pikir aku punya dong.
Iya, masih ada rosario dari Lourdes. Satu saja. Manik-maniknya masih wangi. Tapi, itu punya Neni (masak sih, nggak yakin deh???? Aku dikirimi banyak rosario dari kakak sepupuku yang kembali dari Lourdes. Jadi aku bagi-bagi, termasuk ke Neni.) Rosario dengan manik merah itu jarang bergeser dari mezbah doa kami.
Ketika sedang berdoa rosario di gereja, seseorang menyodorkan bungkusan kecil padaku. Ternyata dalam plastik itu ada rosario dan beberapa doa. Rosario dengan 50 manik kaca berwarna ungu muda dan masing-masing lima manik "Bapa Kami" pinky dinky. Terima kasih dengan senyum lebar.
Neni juga dapat rosario dengan warna yang beda. Moses dan Wulan yang ikut doa di hari lain juga membawa pulang rosario baru. Jadilah, aku kembali kaya, punya lebih dari satu rosario :)
3 Comments :
Tin......kemaren pas di jatim, aku nyari-nyari juga rosario,padahal perasaan punya banyak..pada kemana yaaa...(baru2 saja kusadari rosario2 itu mungkin ada yg di koper,dikotak dll,maklum pindahan),akhirnya minjem deh rosario Ibu.Rosarionya bening,dari kristal pemberian teman Ibu dan tempatnya bagus, kotak kecil dari kuningan ada gambar Bunda Marianya.Wah,langsung semangat banget doanya.Sekaligus semangat ingin memilikinya huehehe...
Berharap Ibu lupa sama rosarionya (karena itu juga bukan satu2nya rosario Ibu) aku berlama-lama meminjamnya,kubawa kemana-mana di tas, sampai kebawa beneran ke Jogja :) Hampir seminggu Ibu baru sadar rosario masih ditanganku,"Rosario Ibu manaa?"tanyanya lewat telpon.
Hiks.Yaaaahhhh...Ibu kok masih inget aja seehh.....
# by 12:16 AM
-------------------- , at
Hahaha maksud hati... minta aja sama Ibu :)
Aku jadi ingat dikasih rosario sama temen. Dia bikin sendiri dari roti kering begitu deh, jadi ga tega make. Tapi, ga tahu ke mana dia, udah di perut tikus kali hahaha.
bentar lagi mo mei...
# by 11:57 PM
-------------------- , at