Hiks
Hari ini aku mencatat rekor. Aku ke kantor beberapa menit sebelum jam 09.00 WIB. Aku juga nggak menyangka. Aku ke kantor dari rumah Omku di Bintaro. Di hari biasa kan daerah itu macet banget. Tapi, jalanan lengang. Mungkin banyak pengendara yang masih rindu kampung dan belum balik Jakarta di hari kerja kedua setelah libur panjang Lebaran.
Kemarin, Omku sakit. Mendengar suaranya di telepon, aku ingat Bapaku. Aku menelepon Neni adikku untuk mengajak dia ke rumah Omku. "Buruan, Bapa sendirian," kataku tanpa sadar. Karena Neni sedang ada acara di salah satu gereja di Menteng, Jakpus, aku berangkat sendirian. Aku tiba di rumah Omku sekitar jam 21.00 WIB.
Aku tahu penyakit yang paling sering menggerogoti manusia adalah merasa sendirian. Aku tidak berbuat apa-apa di sana. Cuma menginap. Paginya, setelah cerita-cerita sebentar, aku berangkat ke kantor.
Aku ingin terus menemani Omku. Seperti aku melayani Bapaku selama sakit. Bahkan, saat Bapaku meninggal, aku berjanji pada diriku untuk lebih memberi perhatian pada orang-orang tua, oma dan opa yang sendirian.
Tapi, terus terang aku takut. Aku nggak mau melampiaskan kerinduanku pada Bapaku dalam diri siapapun. Aku takut pada kondisi yang bernama kehilangan. Sebab, butuh waktu hampir enam bulan bagiku untuk sadar dan mengakui bahwa aku kehilangan Bapaku. Berat badanku belum lagi normal. Aku masih dalam proses pemulihan... Maap, hiks.
Hari ini aku mencatat rekor. Aku ke kantor beberapa menit sebelum jam 09.00 WIB. Aku juga nggak menyangka. Aku ke kantor dari rumah Omku di Bintaro. Di hari biasa kan daerah itu macet banget. Tapi, jalanan lengang. Mungkin banyak pengendara yang masih rindu kampung dan belum balik Jakarta di hari kerja kedua setelah libur panjang Lebaran.
Kemarin, Omku sakit. Mendengar suaranya di telepon, aku ingat Bapaku. Aku menelepon Neni adikku untuk mengajak dia ke rumah Omku. "Buruan, Bapa sendirian," kataku tanpa sadar. Karena Neni sedang ada acara di salah satu gereja di Menteng, Jakpus, aku berangkat sendirian. Aku tiba di rumah Omku sekitar jam 21.00 WIB.
Aku tahu penyakit yang paling sering menggerogoti manusia adalah merasa sendirian. Aku tidak berbuat apa-apa di sana. Cuma menginap. Paginya, setelah cerita-cerita sebentar, aku berangkat ke kantor.
Aku ingin terus menemani Omku. Seperti aku melayani Bapaku selama sakit. Bahkan, saat Bapaku meninggal, aku berjanji pada diriku untuk lebih memberi perhatian pada orang-orang tua, oma dan opa yang sendirian.
Tapi, terus terang aku takut. Aku nggak mau melampiaskan kerinduanku pada Bapaku dalam diri siapapun. Aku takut pada kondisi yang bernama kehilangan. Sebab, butuh waktu hampir enam bulan bagiku untuk sadar dan mengakui bahwa aku kehilangan Bapaku. Berat badanku belum lagi normal. Aku masih dalam proses pemulihan... Maap, hiks.