Wulan Tua
Sejak pagi aku dan Neni, adikku, janjian misa bareng jam 17.30 WIB. Ketika siang Ronny, adikku, memastikan akan ikut. Aku lagi nggak enak bodi dan seharian di rumah bersama Moses kecilku.
Ketika dalam perjalanan ke gereja, Ronny mengirim SMS. Dia tidak bisa ikut dan mau misa di gereja terdekat. Aku dan Moses ke gereja lebih awal. Di dalam gereja, Moses jalan ke sana ke mari. Dia selalu senang duduk di tempat berlutut dan sebentar-sebentar tiarap dan bergumam nggak jelas. Biarkan saja.
Aku seperti mencium harum minyak rambut yang biasa Bapa pakai. Aku benar-benar kangen. "Ne kenapa?" Moses sudah ada di sampingku dan memegang tanganku. "Sssstttt Ne, lagi berdoa," kataku. Moses juga ikut menutup mata.
Sampai misa selesai Neni nggak muncul juga. Padahal, aku ingin kami misa bareng hari ini. Di saat-saat seperti begini, aku selalu ingin ditemani. Dan, seperti biasa, Moses kecilku yang ada di sampingku.
Neni pulang ketika aku sedang makan. Asyik, aku bisa membagi nasiku. Tapi, dia bilang sudah makan. "Baguskan kakakku sayang, kamu perlu makan yang banyak," kata Neni. Wah dia memancing-mancing nih.
"Katanya mau misa bareng. Ini kan 100 hari Bapa," kataku.
"Iya, gue juga tahu, gue udah berdoa tadi pagi. Gue nggak ikut misa karena lagi di Kelapa Gading." Naga-naganya dia marah tuh. Aku kenapa sih. Neni kan punya urusan sendiri. Tanpa sadar mataku menatap foto Bung Romeo Charlie. Dia tersenyum. Uhhhh.
Aku sedang membaca ketika bunyi pintu depan sedang dibuka. Ronny pulang. Akhirnya, setelah hampir seminggu lupa rumah. Aku cepat-cepat ke kamar dan memberi kode agar semuanya pura-pura tidur. Moses yang lagi asyik di depan komputer segera bersembunyi di samping lemari pakaian. Neni yang juga sedang membaca pura-pura tidur.
Ronny masuk kamar. "Wah semuanya tidur," kata dia dan berlalu.
Setelah Ronny pergi kami bangun dan berkali-kali memberi kode agar Moses tidak bicara. Tapi si kecil itu memang tidak bisa bicara pelan. Ronny masuk. "Aku sudah tahu kalian pura-pura tidur. Apalagi dengan suara anak kecil bilang sana, sana. Itu pasti Moses."
Ronny mendekatiku dan mengatakan dia misa di gereja dekat PMKRI. Hmmmm. Ronny jauh-jauh datang untuk itu. "Ne baik-baik kan?" kata dia. Dia pergi lagi dan janji mau kembali Minggu.
Aku egois banget. Kasihan adik-adikku. Masak harus bilang padaku bahwa mereka sudah misa dan mendoakan Bapaku. Please deh. Seolah-olah Bapa itu milikku seorang. Mereka juga kehilangan seperti aku. Tapi, aku masih saja perlu dihibur. Grow up Non. Pantas Ronny kadang-kadang memanggilku Wulan tua. Tapi, aku memang sedihhhhhhh.
Sejak pagi aku dan Neni, adikku, janjian misa bareng jam 17.30 WIB. Ketika siang Ronny, adikku, memastikan akan ikut. Aku lagi nggak enak bodi dan seharian di rumah bersama Moses kecilku.
Ketika dalam perjalanan ke gereja, Ronny mengirim SMS. Dia tidak bisa ikut dan mau misa di gereja terdekat. Aku dan Moses ke gereja lebih awal. Di dalam gereja, Moses jalan ke sana ke mari. Dia selalu senang duduk di tempat berlutut dan sebentar-sebentar tiarap dan bergumam nggak jelas. Biarkan saja.
Aku seperti mencium harum minyak rambut yang biasa Bapa pakai. Aku benar-benar kangen. "Ne kenapa?" Moses sudah ada di sampingku dan memegang tanganku. "Sssstttt Ne, lagi berdoa," kataku. Moses juga ikut menutup mata.
Sampai misa selesai Neni nggak muncul juga. Padahal, aku ingin kami misa bareng hari ini. Di saat-saat seperti begini, aku selalu ingin ditemani. Dan, seperti biasa, Moses kecilku yang ada di sampingku.
Neni pulang ketika aku sedang makan. Asyik, aku bisa membagi nasiku. Tapi, dia bilang sudah makan. "Baguskan kakakku sayang, kamu perlu makan yang banyak," kata Neni. Wah dia memancing-mancing nih.
"Katanya mau misa bareng. Ini kan 100 hari Bapa," kataku.
"Iya, gue juga tahu, gue udah berdoa tadi pagi. Gue nggak ikut misa karena lagi di Kelapa Gading." Naga-naganya dia marah tuh. Aku kenapa sih. Neni kan punya urusan sendiri. Tanpa sadar mataku menatap foto Bung Romeo Charlie. Dia tersenyum. Uhhhh.
Aku sedang membaca ketika bunyi pintu depan sedang dibuka. Ronny pulang. Akhirnya, setelah hampir seminggu lupa rumah. Aku cepat-cepat ke kamar dan memberi kode agar semuanya pura-pura tidur. Moses yang lagi asyik di depan komputer segera bersembunyi di samping lemari pakaian. Neni yang juga sedang membaca pura-pura tidur.
Ronny masuk kamar. "Wah semuanya tidur," kata dia dan berlalu.
Setelah Ronny pergi kami bangun dan berkali-kali memberi kode agar Moses tidak bicara. Tapi si kecil itu memang tidak bisa bicara pelan. Ronny masuk. "Aku sudah tahu kalian pura-pura tidur. Apalagi dengan suara anak kecil bilang sana, sana. Itu pasti Moses."
Ronny mendekatiku dan mengatakan dia misa di gereja dekat PMKRI. Hmmmm. Ronny jauh-jauh datang untuk itu. "Ne baik-baik kan?" kata dia. Dia pergi lagi dan janji mau kembali Minggu.
Aku egois banget. Kasihan adik-adikku. Masak harus bilang padaku bahwa mereka sudah misa dan mendoakan Bapaku. Please deh. Seolah-olah Bapa itu milikku seorang. Mereka juga kehilangan seperti aku. Tapi, aku masih saja perlu dihibur. Grow up Non. Pantas Ronny kadang-kadang memanggilku Wulan tua. Tapi, aku memang sedihhhhhhh.