<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6496619\x26blogName\x3d-::+L+O+V+E+will+S+E+T+you+F+R+E+E::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tinneke.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tinneke.blogspot.com/\x26vt\x3d-6149671454343776068', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Saturday, September 02, 2006
Sayang-Sayang

Dalam perjalanan pulang setelah bertemu Judith, Selasa silam, aku ingat dua adikku, Neni dan Ronny. Aku nggak pernah jalan bareng, bahkan untuk sekadar makan di mal. Sekali dua kali mereka pernah protes. "Kalau sama Moses, Wulan, Nera saja, ke mana juga mau, sama kita pelit," kata mereka. Yeeeee, apaan sih.

Memang aku jarang jalan bareng dengan mereka. Lebih sering pergi dengan Neni, tapi memang aku lebih sering bersama tiga kucingku itu. Kalau jalan bertiga, aku, Ronny, dan Neni hampir jarang. Apa tidak pernah ya? Lupa tuh.

Sebenarnya kita sudah sering janjian untuk jalan bersama. Tapi, pas hari H buyar. Entah karena aku nggak bisa, atau Neni, atau Ronny. Begitu terus. Jadilah kita jarang punya waktu untuk bersama-sama.

Sekali-kali aku mengajak mereka tanpa rencana. Tapi, tetap saja, hanya salah satu dari adikku yang datang. Ronny selalu punya alasan. Dia memang sibuk dengan PMKRI. Sebagai pemandu sorak utama dia berorganisasi, aku harus siap dong menerima risiko.

Tapi setelah aku pikir kembali, aku baru sadar bahwa kita beberapa kali jalan bareng. Bukan untuk belanja atau makan-makan sih. Hmmm, ternyata, kami pergi sama-sama hanya untuk kegiatan yang tak jauh-jauh dari doa :) Mamaku yang senang.

Pernah sekali waktu selesai berdoa di Jagakarsa, Jaksel, aku dan Neni bercerita. Kak Ida, sepupuku, rupanya tertarik melihat kita. Kata Kak Ida, kita seperti teman lama. "Kayak nggak pernah ketemu," kata Kak Ida.

Memang. Meski tidur satu kasur, kita kayaknya nggak pernah puas berbagi cerita. Beberapa kali aku dan Neni juga aku dan Rony bercerita sampai pagi. Saat masuk malam, godaan untuk tidak masuk kerja besar banget. Berkali-kali aku terlambat karena nggak mau beranjak dari mereka. Tak jarang mereka menyetel muka memelas. "Tak usah ke kantor ajaaa, kayaknya loe pucat deh," begitu salah satu rayuan maut mereka. Sebaliknya mereka lebih tegas, mau meninggalkan aku saat harus pergi. Curaaaaang.

Kemarin kami jalan bareng lagi. Rony mengajak salah satu temannya. Lagi-lagi kita pergi untuk doa bersama. Setelah itu, Rony dan temannya ke Blok M, Neni ke rumah, dan aku ke kantor. Pasti sebentar di rumah, kita akan bercerita panjang lagi.

Kami memang selalu terbuka, mendukung, dan tak sungkan mengkritik. Kalau Neni sebal pada Rony aku yang jadi penengah. Kalau Ronny nggak senang cara Neni, aku yang jadi juru bicara. Kalau aku yang kesal sama Rony, Neni yang sering jadi penyambung lidahku. Kalau aku sebal pada Neni, langsung dong melabrak dia.

Kita sering bertengkar dan marahan. Soalnya, aku sering banget jadi nenek sihir. Kalau melihat rumah berantakan, ting ting, taringku muncul sendiri. Kadang-kadang kami beradu mulut. Tapi, sering mereka mengalah padaku. Mungkin mereka ingat pesan Mamaku, bahwa aku kakak. Enaknya jadi kakak hehehe. Meski begitu aku tahu kami saling menyayangi. Buktinya sederhana: satu per satu selalu bilang kangen bila tidak berjumpa satu sama lain.

Beberapa kali kami pernah bertengkar di depan Wulan, Moses, dan Nera. Namun, kami sering cepat sadar--di depan mereka saja--dan saling memberi kode untuk pura-pura berkelahi. Dan, akhirnya malah jadi adegan komedi. Moses pasti akan mendukungku, ikut-ikut meninju Neni atau Ronny. Sedangkan Wulan lebih banyak tertawa. Nera lain lagi. Dia bergantian memukuli aku atau Neni atau Ronny. Dan, berkali-kali dia menghardik dengan mata melotot. "Heiiiiii, adik kakak itu harus sayang-sayang tau!"

0 Comments :

Post a Comment

home

my book
It's my first book!
messages
Name :
Web URL :
Message :


archives
February 2004
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
December 2007
January 2008
February 2008
May 2008
July 2008
August 2008
November 2008
January 2009
February 2009
March 2009
August 2009
October 2009
April 2011
June 2011
July 2011
November 2011
December 2011
April 2012
June 2012
November 2013
December 2014

links
Detik
Desa-Pelangi
Tempo
Kompas
Liputan6
Journey
Christian Women

resources
Tagboard
Blogger
Google
SXC
HTML
Haloscan
Gettyimages

hit counter
Free Web Counter

BlogFam Community