Nasihat Kasur
Aku dan Neni baru saja mendengar cerita sedih tentang masalah pernikahan salah satu teman dari Bu Sop yang biasa datang sekali sepekan untuk menyetrika pakaian. Saya tidak akan berbagi tentang masalah itu. Biar itu menjadi cerita kami saja.
Tapi, masalah dalam perkawinan pasangan muda ini mengingatkan aku pada cerita Mamaku tentang nasihat dari salah satu tantenya, sebut saja, Mami. Mamaku cerita salah satu resep awet pernikahan Mami dan suaminya. Pasangan ini sudah menikah mungkin hampir memasuki tahun yang ke-40.
Saat pertama kali menikah, Mami menderita karena ternyata suaminya hanya bisa tidur di atas kasur yang keras. Sedangkan Mami sudah terbiasa tidur di kasur yang empuk alias tidak ful kapuk.
Sambil mendengar Mamaku cerita, aku berpikir sendiri. Hmmm pasti Mami perlahan berubah dan mulai terbiasa tidur di kasur yang keras. Tapi, dugaanku salah besar.
Waktu itu pasangan ini masih sama-sama berstatus mahasiswa di Jogja. Jadi pikiran untuk membeli kasur tambahan tidak mungkin. Boro-boro belanja kasur, mereka harus hemat agar bisa bertahan hidup.
Mami menemukan cara lain agar bisa tidur tanpa mengganggu kebiasaan suaminya. Dia mengeluarkan kapuk sedikit demi sedikit kemudian menutup kembali tambalan kasur. Ini dilakukan nyaris setiap hari. Butuh waktu tahunan.
Cukup lama juga buat Mami yang tampak tomboi ini untuk rebah di atas kasur "keras". Namun, itu bukan masalah besar. Apalagi, suaminya sama sekali tidak sadar bahwa perlahan-lahan dia hidup dalam kebiasaan baru: tidur di kasur empuk sampai sekarang.
Neni sampai ternganga mendengar ceritaku. Rupanya, Mama belum menceritakan nasihat kasur ini pada dia. Dan, aku berbagi lagi banyak cerita yang aku dengar dari Mama.
Mama memang sering menceritakan banyak hal padaku. Termasuk kesedihan dan kebenciannya. Juga tentang masalah suami istri. Dahulu aku sering prote pada Mama. "Mama aku ini anak-anak," kataku suatu kali. "Mama harus cerita ke siapa lagi," kata Mama.
Tapi setelah bertambah umur aku makin terbuka. Banyak cerita Mama yang menjadi peganganku untuk menghadapi dan menilai suatu persoalan. Dari cerita Mama tentang nasihat kasur ini misalnya, aku belajar tentang cinta, usaha, dan kesabaran untuk mengubah kebiasaan seseorang tanpa paksaan. Saking lembutnya, orang yang bersangkutan tidak sadar bahwa dia sudah hidup dalam kebiasaan baru. Benar-benar nasihat yang memberkati.
Aku dan Neni baru saja mendengar cerita sedih tentang masalah pernikahan salah satu teman dari Bu Sop yang biasa datang sekali sepekan untuk menyetrika pakaian. Saya tidak akan berbagi tentang masalah itu. Biar itu menjadi cerita kami saja.
Tapi, masalah dalam perkawinan pasangan muda ini mengingatkan aku pada cerita Mamaku tentang nasihat dari salah satu tantenya, sebut saja, Mami. Mamaku cerita salah satu resep awet pernikahan Mami dan suaminya. Pasangan ini sudah menikah mungkin hampir memasuki tahun yang ke-40.
Saat pertama kali menikah, Mami menderita karena ternyata suaminya hanya bisa tidur di atas kasur yang keras. Sedangkan Mami sudah terbiasa tidur di kasur yang empuk alias tidak ful kapuk.
Sambil mendengar Mamaku cerita, aku berpikir sendiri. Hmmm pasti Mami perlahan berubah dan mulai terbiasa tidur di kasur yang keras. Tapi, dugaanku salah besar.
Waktu itu pasangan ini masih sama-sama berstatus mahasiswa di Jogja. Jadi pikiran untuk membeli kasur tambahan tidak mungkin. Boro-boro belanja kasur, mereka harus hemat agar bisa bertahan hidup.
Mami menemukan cara lain agar bisa tidur tanpa mengganggu kebiasaan suaminya. Dia mengeluarkan kapuk sedikit demi sedikit kemudian menutup kembali tambalan kasur. Ini dilakukan nyaris setiap hari. Butuh waktu tahunan.
Cukup lama juga buat Mami yang tampak tomboi ini untuk rebah di atas kasur "keras". Namun, itu bukan masalah besar. Apalagi, suaminya sama sekali tidak sadar bahwa perlahan-lahan dia hidup dalam kebiasaan baru: tidur di kasur empuk sampai sekarang.
Neni sampai ternganga mendengar ceritaku. Rupanya, Mama belum menceritakan nasihat kasur ini pada dia. Dan, aku berbagi lagi banyak cerita yang aku dengar dari Mama.
Mama memang sering menceritakan banyak hal padaku. Termasuk kesedihan dan kebenciannya. Juga tentang masalah suami istri. Dahulu aku sering prote pada Mama. "Mama aku ini anak-anak," kataku suatu kali. "Mama harus cerita ke siapa lagi," kata Mama.
Tapi setelah bertambah umur aku makin terbuka. Banyak cerita Mama yang menjadi peganganku untuk menghadapi dan menilai suatu persoalan. Dari cerita Mama tentang nasihat kasur ini misalnya, aku belajar tentang cinta, usaha, dan kesabaran untuk mengubah kebiasaan seseorang tanpa paksaan. Saking lembutnya, orang yang bersangkutan tidak sadar bahwa dia sudah hidup dalam kebiasaan baru. Benar-benar nasihat yang memberkati.
3 Comments :
Hi, Mbak! ^_^
hehe ... aku juga kadang2 diskusi soal itu sama ibuku. kadang2 aku merasa aku ngerti, tapi kadang2 juga aku malah ngerasa gak ngerti dan bingung! whew, it's complicated.
# by Stephie Daydream, at 10:04 PM
--------------------Fani :) Senengnya ada temen hehehhe.
--------------------
Waahh.. si Mami banyak akalnya yaa! :)
Tauu aja kalo orang 'diserang' scr langsung en dipaksa untuk berubah khan jadinya pasti defensif en itu malah bisa memicu pertengkaran, haha.. tapi dgn kelembutan dan kesabaran malah bisa merubah seseorang tanpa disadarinya yaa! *thumbs_up_buat_Mami.com* :D
# by 9:39 PM
-------------------- , at