Tenggat
Karena terbiasa bekerja dengan tenggat, aku sering membuat banyak deadline harian, bulanan, dan tahunan dalam hidupku. Dalam pekerjaan aku tunduk pada tenggat memang. Tapi, dalam urusan pribadi, aku kerap molor bahkan mengulur-ulur waktu. Baik atau burukkah? Hmmm no comment.
Hari ini, di akhir Agustus, aku lagi-lagi tidak patuh pada tenggat yang aku buat sendiri. Ada banyak hari yang terbuang percuma. Bahkan di ujung-ujung tenggat aku malah santai. Cuek. Boro-boro menyelesaikan urusan itu, aku malah lebih asyik menonton film dan serial film Korea Selatan. Benar-benar.
Aku memang sedang mengerjakan sesuatu, sebut saja pekerjaan rumah, dengan tenggat 31 Agustus. Hanya aku dan Neni yang tahu soal ini. Aku juga sudah berusaha mempersiapkan berbagai hal untuk menyelesaikan pe-er ini. Namun, semakin mendekati deadline kok makin malas. Padahal, pekerjaan ini cuma butuh paling lama dua jam. Bukan perkara besar-besar amat, hiks.
Mamaku selalu gemas melihat aku berjalan terlalu pelan. "Jangan buang waktu, jangan menunda," kata Mamaku berkali-kali. Ihhhhhhh. Adik dan kakakku juga begitu. Neni malah berkali-kali mengingatkan aku untuk menyelesaikan pe-er itu. "Daripada nonton film nggak ada gunanya," kata dia. Yeeeee, enak saja.
Wajar mereka mencak-mencak karena langsung atau tidak langsung mereka juga yang terkena dampaknya, baik atau buruk. Karena biasanya mereka selalu membantuku dengan cara apapun meski kadang-kadang sambil mengomel. Mau bilang apa, ini yang namanya risiko dicintai, hehehe.
Meski begitu aku lebih sering dalam posisi berjalan dengan kain. Pletak, pletok, pelan-pelan. Tenang Mama. Aku merasa waktu begitu sempit, jadi aku harus menikmati setiap detil. Aku tidak mau melewatkan apapun.
Ada banyak yang hal bisa berulang, ada yang cuma sekali dan nyes, lenyap. Aku cuma senang berjalan pelan pada kesempatan atau pekerjaan yang datang berulang. Iya sih, kadang juga aku melewatkan hal-hal yang langka. Tapi, itu cuma masalah persepsi. Ada yang melihat emas itu berharga, ada yang bilang berlian segala-galanya. Menurutku mereka tidak lebih dari benda mati. Lagipula aku tidak banyak pusing dengan kata menyesal berjam-jam.
Kemudian seseorang mengingatkanku untuk lebih fokus. Dia memintaku melihat lagi makna tenggat. "Berhenti bikin tenggat kalau tidak patuh!" kata dia. Ihhhh galak banget sih. Hmmm, dia benar juga. Tak usah bikin tenggat untuk sesuatu yang memang tidak berada dalam kendaliku. Tapi, memang aku tidak pernah membuat tenggat seperti itu. Ya pernah sih, terus kecewa di tengah jalan, dan sejak itu tunduk pada Penentu Tenggat yang sejati.
Iya, iya. Aku mau serius. Mau fokus pada tenggat dengan masalah yang bisa aku kerjakan. Mungkin aku harus melihat kembali tenggat-tenggat yang sudah ada di jadwal tahun ini. Ada yang perlu dicoret. Tapi nggak ah. Kayaknya dari semua itu, ada hal yang perlu aku lakukan. Disiplin Neng. Satu lagi, pe-er harus dibereskan secepatnya. Ya ya ya. Hidup tenggat!
Karena terbiasa bekerja dengan tenggat, aku sering membuat banyak deadline harian, bulanan, dan tahunan dalam hidupku. Dalam pekerjaan aku tunduk pada tenggat memang. Tapi, dalam urusan pribadi, aku kerap molor bahkan mengulur-ulur waktu. Baik atau burukkah? Hmmm no comment.
Hari ini, di akhir Agustus, aku lagi-lagi tidak patuh pada tenggat yang aku buat sendiri. Ada banyak hari yang terbuang percuma. Bahkan di ujung-ujung tenggat aku malah santai. Cuek. Boro-boro menyelesaikan urusan itu, aku malah lebih asyik menonton film dan serial film Korea Selatan. Benar-benar.
Aku memang sedang mengerjakan sesuatu, sebut saja pekerjaan rumah, dengan tenggat 31 Agustus. Hanya aku dan Neni yang tahu soal ini. Aku juga sudah berusaha mempersiapkan berbagai hal untuk menyelesaikan pe-er ini. Namun, semakin mendekati deadline kok makin malas. Padahal, pekerjaan ini cuma butuh paling lama dua jam. Bukan perkara besar-besar amat, hiks.
Mamaku selalu gemas melihat aku berjalan terlalu pelan. "Jangan buang waktu, jangan menunda," kata Mamaku berkali-kali. Ihhhhhhh. Adik dan kakakku juga begitu. Neni malah berkali-kali mengingatkan aku untuk menyelesaikan pe-er itu. "Daripada nonton film nggak ada gunanya," kata dia. Yeeeee, enak saja.
Wajar mereka mencak-mencak karena langsung atau tidak langsung mereka juga yang terkena dampaknya, baik atau buruk. Karena biasanya mereka selalu membantuku dengan cara apapun meski kadang-kadang sambil mengomel. Mau bilang apa, ini yang namanya risiko dicintai, hehehe.
Meski begitu aku lebih sering dalam posisi berjalan dengan kain. Pletak, pletok, pelan-pelan. Tenang Mama. Aku merasa waktu begitu sempit, jadi aku harus menikmati setiap detil. Aku tidak mau melewatkan apapun.
Ada banyak yang hal bisa berulang, ada yang cuma sekali dan nyes, lenyap. Aku cuma senang berjalan pelan pada kesempatan atau pekerjaan yang datang berulang. Iya sih, kadang juga aku melewatkan hal-hal yang langka. Tapi, itu cuma masalah persepsi. Ada yang melihat emas itu berharga, ada yang bilang berlian segala-galanya. Menurutku mereka tidak lebih dari benda mati. Lagipula aku tidak banyak pusing dengan kata menyesal berjam-jam.
Kemudian seseorang mengingatkanku untuk lebih fokus. Dia memintaku melihat lagi makna tenggat. "Berhenti bikin tenggat kalau tidak patuh!" kata dia. Ihhhh galak banget sih. Hmmm, dia benar juga. Tak usah bikin tenggat untuk sesuatu yang memang tidak berada dalam kendaliku. Tapi, memang aku tidak pernah membuat tenggat seperti itu. Ya pernah sih, terus kecewa di tengah jalan, dan sejak itu tunduk pada Penentu Tenggat yang sejati.
Iya, iya. Aku mau serius. Mau fokus pada tenggat dengan masalah yang bisa aku kerjakan. Mungkin aku harus melihat kembali tenggat-tenggat yang sudah ada di jadwal tahun ini. Ada yang perlu dicoret. Tapi nggak ah. Kayaknya dari semua itu, ada hal yang perlu aku lakukan. Disiplin Neng. Satu lagi, pe-er harus dibereskan secepatnya. Ya ya ya. Hidup tenggat!
2 Comments :
Benar nih mau Serius??? ku doakan supaya jgn cuma OMDO loh ne. hehe
# by 3:14 PM
-------------------- , atIiihhhhh jahat banget sih, hehehheheh. Kasih komentar yang positif dong, lagi mo serius nihh hahahahhaha
--------------------