Begitu tiba di Jakarta, Lisa yang pertama menemuiku. Bakat oma-oma galaknya keluar mendapati aku sedang beres-beres rumah. Padahal, debu di lantai begitu tebal. Daun bambu keberuntunganku juga banyak yang menguning. Daun sirih merah juga kekeringan. "Kamu harus istirahat dan banyak makan. Kamu masih perlu waktu untuk penghiburan." Hmmm pantas dia bawa makanan dan buah.
Meibi datang tak lama kemudian. Mereka meminta aku bercerita rinci tentang Bapa. Aku jadi ingat Angela, sepupuku. Ketika bersama dia beberapa hari setelah Papanya meninggal, cewek berambut keriwil ini mengaku khawatir bertemu teman-teman SD-nya. "Nanti teman-teman pada nanyain Papa, nanti aku nangis," kata dia. Waktu itu aku bilang, "Menangis saja, nggak apa-apa."
Jadilah kami bercerita. Meibi sempat menangis melihat foto-foto yang aku bawa. Waktu pertama kali mendengar kabar Bapa tidak sadarkan diri Me, Lisa, dan Kak Ida yang aku kontak.
Kak Ida menelepon setelah berdoa untukku dan benar-benar menguatkan aku. Malam sebelum aku pergi, Lisa meneleponku lama. Dia pesan macam-macam. ""Hmmm puasa Non, aku juga puasa di sini," kata Lisa beberapa saat sebelum menutup telepon. Mebi sempat ke rumah sebelum aku pulang. Mereka benar-benar memberiku penghiburan.
Tak terhitung orang yang memberi kami penghiburan. Terima kasih, ya. Bahkan Yana yang sedang teler karena hamil muda juga meneleponku di rumah. Juga Pak Khun :) Banyak yang belum sempat aku kabari. Aku hanya memberitahu mereka yang namanya tersimpan di HP saja. Maafkan ya. Karena itu sampai sekarang aku masih menerima pesan tanda dukacita.
Sabtu kemarin Wulan, Moses, dan Nera menginap di tempatku. Begitu bertemu, Hani, istri Abangku, langsung menciumku. "Ada apa?" kataku. Maafkan. Reaksiku menghadapi kematian sering error. Aku bahkan lebih senang tertawa, diam, atau mengurusi masalah lain, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kematian membuat kami semakin dekat dengan banyak orang. Membuat hubungan yang jauh atau bahkan terputus kembali erat. Aku menemukan "Bapa-Bapa" baru. Kehadiran, pelukan, ciuman, kata-kata, belaian, dan usapan yang datang dari berbagai arah menghibur dan menguatkan kami. Kami tidak sendirian.
Wulan, Moses yang sedang liburan, dan Nera berjanji akan menginap selama aku masuk malam. Kemarin, Wulan dan Nera memutuskan untuk pulang ke Bogor. Moses? Dia memelukku erat-erat dan mengatakan mau liburan di tempatku.
Aku baru sadar, beberapa pekan sebelum Bapa meninggal aku kerap meminta penghiburan dari Tuhan. Dalam sehari bisa sampai tiga kali aku memohon. "Tuhan tolong dong, hibur aku, aku butuh penghiburan." Aku terlalu cengeng dan ingin terus-terusan dihibur. Ada apa-apa bawaannya menangis terus minta penghiburan.
Sekarang aku malah tidak sempat merengek-rengek minta penghiburan dari Tuhan. Karena penghiburan mengepung kami dari berbagai penjuru. Terima kasih banyak, Tuhan.
4 Comments :
Tenang aja Ne,pasti banyak penghiburan yang Ne dapat. Karena Ne sangat di sayang ama TUHAN YESUS.So, Semangat,semangat,semangat,Ne.!!!!!
Benedict
# by 11:45 AM
-------------------- , atTuhan Yesus mendengarkan doamu kan Tina...kini malah penghiburan datang bertubi-tubi:)
# by 8:50 PM
-------------------- , atMbak, Yesus menjanjikan adanya sorak sorai setelah ratap tangis. Yesus juga tidak akan membiarkan kita seperti yatim piatu. Tuhan memberkati ... ^_^
# by Stephie Daydream, at 11:13 AM
--------------------
Terima kasih memberiku penghiburan, Me, Judith, dan Fani :)
Yesus sendiri bilang, "Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu." (Yoh: 14:8) Haleluya! Yeah!