Astronot dalam Hitungan Menit
Siap-siap dengan pakaian astronot. Memegang erat ujung kursi. Meluncur. Suuuuzzzz.
Roket menuju Matahari, si bintang sejati. Presiden republik Galaksi Bima Sakti ini dikeliling sembilan bola raksasa yang disebut planet. Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars yang berada paling dekat dengan bintang terang itu.
Wajah Merkurius bopeng-bopeng dan gelap. Permukaannya penuh kawah bekas hantaman meteor ukuran raksasa. Terus ke Venus. Dewi dalam mitologi Yunani ini penuh gas. Tidak ada kehidupan. Buruan pergi dari planet yang mengelilingi Matahari hanya dalam tempo 224,7 hari ini.
Sekarang giliran Bumi. Asyik. Bumi butuh waktu kitar 365,24 hari. Ternyata 70 persen wilayah Bumi tempat manusia berteduh ini penuh air. Bumi dan dua temannya tadi punya selimut ajaib bernama atmosfer. Meski tipis, lapisan yang membungkus Bumi ini mampu menangkal hantaman meteor dan asteroid yang kurang kerjaan.
Komet dan asteroid yang berseliweran dalam sistem tata surya kita dapat menghantam dan memusnahkan kehidupan di Bumi. Tapi, untunglah, Bumi punya teman yang baik hati, Jupiter. Gaya gravitasi planet raksasa ini begitu gede hingga selalu menarik komet dan asteroid yang berseliweran itu. Komet dan asteroid yang mengebut ini hancur berkeping-keping akibat gaya tarik Jupiter. Jadi, pecahan dua banda angkasa ini tidak lagi berbahaya bagi Planet Bumi. Tapi, ada juga meteor giant yang pernah lolos dan mendarat di bumi. Jika kena kepala manusia, wah-wah, bayangkan saja sendiri.
Eh, jangan ke Jupiter dulu, harus berkunjung ke Mars baru ke Jupiter. Mars si gendut ini penuh dengan karbondioksida sehingga perlu alat bantu pernapasan jika manusia ingin tinggal di sini. Dari Jupiter berlanjut ke Saturnus, planet bercincin yang penuh gas amoniak dan metana. Kemudian meluncur ke Uranus, Neptunus, dan terakhir Pluto. Si kecil Pluto adalah planet yang terjauh dari Matahari jadi paling dingin, brrrrrr. Akhirnya roket kembali ke bumi. Suuuuzzzzz.
"Asyik ya, jadi astronot," kata Moses selesai menyaksikan pertunjukan "Galaksi Kita Bima Sakti" di Planetarium Jakarta. Iya, memang keren. Kalau ada waktu lagi, aku dan Moses akan menjadi astronot lagi dalam gedung dengan empat kubah di Taman Izmail Marzuki, Jakarta Pusat.
Juli ini pertunjukan bertema "Galaksi Kita Bumi Sakti". Ada 320 kursi. Harga tiket masuk untuk perorangan Rp 3.500 buat anak-anak dan Rp 7.000 untuk orang dewasa. Selasa-Jumat pertunjukan dimulai pukul 16.30 WIB. Sedangkan Minggu dan hari libur nasional ada empat kali pertunjukan masing-masing pukul 10.00 WIB, 11.30 WIB, 13.00 WIB, dan 14.30 WIB. Ada juga pertunjukan Multi Media Citra Garda. Tema bulan ini Tata Surya.
Kemarin, aku dan Moses berangkat dari rumah jam 13.00 WIB lebih. Panassss. Kami tiba sekitar 40 menit kemudian. Planetarium adem. Loket baru dibuka jam 17.30 WIB atau satu jam sebelum pertunjukan. Aduhhhhhh.
Jujur saja, saat mengantar Moses ke Planetarium aku sudah menyusun rencana indah. Ya, apalagi kalau bukan tidur dalam ruang pertunjukan. Tapi, ternyata, aku malah tidur-tidur ayam saat menunggu loket dibuka.
Kami sempat makan di kantin di TIM. Tanpa disangka-sangka bertemu Karin, teman lamaku. "Ini Moses yang diblog lo ya," kata dia ketika aku memperkenalkan Moses. Seperti biasa Moses menunjukkan mimik heran.
Dengan gembira aku memperkenalkan Karin pada Moses. "Ini Tante Karin yang sudah ke Pulau Kirin yang ada di Lima Sekawan itu lo." Mata Moses berbinar-binar. Dia memang suka baca Lima Sekawan. Aku juga sudah pernah bercerita tentang Karin yang sudah berkelana ke lokasi yang dipakai Enid Blyton.
Hari yang seru. Kurang tidur nggak apa-apa. Melihat miliaran bintang dan mengetahui secuil tentang Galaksi Bumi Sakti sangat menyenangkan. Kami bahkan sempat setengah jam melihat pameran lukisan tunggal di gedung sebelah.
Ditambah lagi aku bertemu Karin. Aku pernah janji menemuinya setelah dia keluar rumah sakit, tapi nggak pernah ditepati, hiks. Sorry Karince. Tenang, aku pasti akan datang dan mengajak, membujuk, kalau perlu memaksa teman-teman lain untuk reuni, dua pekan lagi, atau dipercepat, ya. Horeeeee!
Siap-siap dengan pakaian astronot. Memegang erat ujung kursi. Meluncur. Suuuuzzzz.
Roket menuju Matahari, si bintang sejati. Presiden republik Galaksi Bima Sakti ini dikeliling sembilan bola raksasa yang disebut planet. Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars yang berada paling dekat dengan bintang terang itu.
Wajah Merkurius bopeng-bopeng dan gelap. Permukaannya penuh kawah bekas hantaman meteor ukuran raksasa. Terus ke Venus. Dewi dalam mitologi Yunani ini penuh gas. Tidak ada kehidupan. Buruan pergi dari planet yang mengelilingi Matahari hanya dalam tempo 224,7 hari ini.
Sekarang giliran Bumi. Asyik. Bumi butuh waktu kitar 365,24 hari. Ternyata 70 persen wilayah Bumi tempat manusia berteduh ini penuh air. Bumi dan dua temannya tadi punya selimut ajaib bernama atmosfer. Meski tipis, lapisan yang membungkus Bumi ini mampu menangkal hantaman meteor dan asteroid yang kurang kerjaan.
Komet dan asteroid yang berseliweran dalam sistem tata surya kita dapat menghantam dan memusnahkan kehidupan di Bumi. Tapi, untunglah, Bumi punya teman yang baik hati, Jupiter. Gaya gravitasi planet raksasa ini begitu gede hingga selalu menarik komet dan asteroid yang berseliweran itu. Komet dan asteroid yang mengebut ini hancur berkeping-keping akibat gaya tarik Jupiter. Jadi, pecahan dua banda angkasa ini tidak lagi berbahaya bagi Planet Bumi. Tapi, ada juga meteor giant yang pernah lolos dan mendarat di bumi. Jika kena kepala manusia, wah-wah, bayangkan saja sendiri.
Eh, jangan ke Jupiter dulu, harus berkunjung ke Mars baru ke Jupiter. Mars si gendut ini penuh dengan karbondioksida sehingga perlu alat bantu pernapasan jika manusia ingin tinggal di sini. Dari Jupiter berlanjut ke Saturnus, planet bercincin yang penuh gas amoniak dan metana. Kemudian meluncur ke Uranus, Neptunus, dan terakhir Pluto. Si kecil Pluto adalah planet yang terjauh dari Matahari jadi paling dingin, brrrrrr. Akhirnya roket kembali ke bumi. Suuuuzzzzz.
"Asyik ya, jadi astronot," kata Moses selesai menyaksikan pertunjukan "Galaksi Kita Bima Sakti" di Planetarium Jakarta. Iya, memang keren. Kalau ada waktu lagi, aku dan Moses akan menjadi astronot lagi dalam gedung dengan empat kubah di Taman Izmail Marzuki, Jakarta Pusat.
Juli ini pertunjukan bertema "Galaksi Kita Bumi Sakti". Ada 320 kursi. Harga tiket masuk untuk perorangan Rp 3.500 buat anak-anak dan Rp 7.000 untuk orang dewasa. Selasa-Jumat pertunjukan dimulai pukul 16.30 WIB. Sedangkan Minggu dan hari libur nasional ada empat kali pertunjukan masing-masing pukul 10.00 WIB, 11.30 WIB, 13.00 WIB, dan 14.30 WIB. Ada juga pertunjukan Multi Media Citra Garda. Tema bulan ini Tata Surya.
Kemarin, aku dan Moses berangkat dari rumah jam 13.00 WIB lebih. Panassss. Kami tiba sekitar 40 menit kemudian. Planetarium adem. Loket baru dibuka jam 17.30 WIB atau satu jam sebelum pertunjukan. Aduhhhhhh.
Jujur saja, saat mengantar Moses ke Planetarium aku sudah menyusun rencana indah. Ya, apalagi kalau bukan tidur dalam ruang pertunjukan. Tapi, ternyata, aku malah tidur-tidur ayam saat menunggu loket dibuka.
Kami sempat makan di kantin di TIM. Tanpa disangka-sangka bertemu Karin, teman lamaku. "Ini Moses yang diblog lo ya," kata dia ketika aku memperkenalkan Moses. Seperti biasa Moses menunjukkan mimik heran.
Dengan gembira aku memperkenalkan Karin pada Moses. "Ini Tante Karin yang sudah ke Pulau Kirin yang ada di Lima Sekawan itu lo." Mata Moses berbinar-binar. Dia memang suka baca Lima Sekawan. Aku juga sudah pernah bercerita tentang Karin yang sudah berkelana ke lokasi yang dipakai Enid Blyton.
Hari yang seru. Kurang tidur nggak apa-apa. Melihat miliaran bintang dan mengetahui secuil tentang Galaksi Bumi Sakti sangat menyenangkan. Kami bahkan sempat setengah jam melihat pameran lukisan tunggal di gedung sebelah.
Ditambah lagi aku bertemu Karin. Aku pernah janji menemuinya setelah dia keluar rumah sakit, tapi nggak pernah ditepati, hiks. Sorry Karince. Tenang, aku pasti akan datang dan mengajak, membujuk, kalau perlu memaksa teman-teman lain untuk reuni, dua pekan lagi, atau dipercepat, ya. Horeeeee!