Kemarin
Kemarin hari yang benar-benar melelahkan. Tanganku nggak berhenti bersentuhan dengan keyboard. Aku menulis berjam-jam tanpa berhenti. Bahu pegal. Kepala berasap. Nggak sempat main juga, huuuuuuuuuuuuuuuuuu.
Aku baru bisa berleha-leha sekitar jam delapan malam. Lagi asyik browsing, koneksi ke situs luar ngadat, huuuuuuuu. Padahal situs berita dalam negeri sudah kubaca, bahkan berita hiburan sudah habis kupelototi.
Dalam kondisi tidak menyenangkan begitu, temanku memutar lagu-lagu Leto. Menenangkan. Meski aku pernah sekali melihat penampilan live mereka di televisi dan aku kecewa. Sepertinya Noey lebih peduli pada topi kupluknya hingga tidak memakai alat kontrol suara, jadi begitu deh, suaranya ke mana, musiknya ke mana, jadi ke mana-mana deh... Padahal, grup ini satu panggung dengan Kahitna dan Tompi bertopi yang keren abis itu lo. Leto jadi letoy, waktu itu tapi.
Semakin malam suasana di ruangan makin ramai. Orangnya makin sedikit, tapi mulai keluar tanduknya. Sementara penampilan Kerispatih di teve bikin semangat. Menyanyi di kaset dan langsung nggak ada bedanya, gila sungguh. Begitu Samuel selesai menyanyi aku bertepuk tangan dong. Spontan. Silakan bilang aku histeris. Memang bagus kok.
Selagi dengar lagu-lagu Steven&Coconut Treez, eh grup raggae ini ada di televisi. Malam makin seru saja. Lupa deh sama internet.
Aku keluar kantor sekitar jam setengan sebelas malam. Seperti biasa naik bus dan duduk di depan. Lagi berencana tidur, suara pengamen menyapa. Aku sempat menengok. Penyanyi gondrong itu berkaus putih. Mulai deh, jreng jreng.
Lagu pertama Tenang (Still). Dia menyanyi dengan gaya yang beda dari yang aku dengar selama ini. Nadanya lebih rendah. Aku melintas jembatan layang Kuningan sambil ikut menyanyikan refrainnya dalam hati. Di saat badai bergelora, ku akan terbang bersama-Mu, Bapa Kau Raja alam semesta, kutenang sbab Kau Allahku...
Disambung Janji-Mu seperti Fajar. Menarik nih. Kaki kiriku bergoyang. Dia tidak berhenti jreng-jreng dan menyusul lagu Bapa yang Kekal karya Julita Manik. Aku ikut menyanyi dong, dalam hati...
Kasih yang sempurna telah ku trima dariMu
Bukan karna kebaikanku
Hanya oleh kasih karuniaMu Kau pulihkan aku
Layakkan ku 'tuk dapat memanggilMu "Bapa"
Kau b'ri yang kupinta
Saat ku mencari, ku mendapatkan
Kuketuk pintuMu dan Kau bukakan
S'bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal
Takkan Kau biarkan
Aku melangkah hanya sendirian
Kau selalu ada bagiku
S'bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal
Waktu ke Bogor kemarin, aku belajar lagu ini dari Moses dan Nera. Moses nggak sabar menemaniku karena aku masih mencari-cari kunci saat main gitar. Dia mau nonton film Ultraman.
Aku menyanyi sambil bermain gitar dengan Nera. Moses beberapa kali datang untuk memperbaiki lirik yang aku nyanyikan. Aku terus pura-pura salah menyanyi. "Duhh, Ne, Moses catat saja ya, liriknya, tapi setelah Moses nonton Ultra Man," kata dia. Melihat mukanya, aku akhirnya berterus terang bahwa aku tahu lagu itu, cuma ingin mengerjai dia saja. Dia nggak marah, malah dengan tenang menonton fim kesayangannya itu.
Aku masih tetap menyanyi Bapa yang Kekal sampai di rumah. Lagunya aku ulang-ulang tapi tidak bosan juga. Aku juga menyanyi lagu-lagu lain. Pelan-pelan. Orang-orang sudah nyenyak. Aku nggak mau tidur, mau menyanyi terus. Akhirnya aku tidur juga. Aku nggak mau melihat jam.
Kemarin hari yang benar-benar melelahkan. Tanganku nggak berhenti bersentuhan dengan keyboard. Aku menulis berjam-jam tanpa berhenti. Bahu pegal. Kepala berasap. Nggak sempat main juga, huuuuuuuuuuuuuuuuuu.
Aku baru bisa berleha-leha sekitar jam delapan malam. Lagi asyik browsing, koneksi ke situs luar ngadat, huuuuuuuu. Padahal situs berita dalam negeri sudah kubaca, bahkan berita hiburan sudah habis kupelototi.
Dalam kondisi tidak menyenangkan begitu, temanku memutar lagu-lagu Leto. Menenangkan. Meski aku pernah sekali melihat penampilan live mereka di televisi dan aku kecewa. Sepertinya Noey lebih peduli pada topi kupluknya hingga tidak memakai alat kontrol suara, jadi begitu deh, suaranya ke mana, musiknya ke mana, jadi ke mana-mana deh... Padahal, grup ini satu panggung dengan Kahitna dan Tompi bertopi yang keren abis itu lo. Leto jadi letoy, waktu itu tapi.
Semakin malam suasana di ruangan makin ramai. Orangnya makin sedikit, tapi mulai keluar tanduknya. Sementara penampilan Kerispatih di teve bikin semangat. Menyanyi di kaset dan langsung nggak ada bedanya, gila sungguh. Begitu Samuel selesai menyanyi aku bertepuk tangan dong. Spontan. Silakan bilang aku histeris. Memang bagus kok.
Selagi dengar lagu-lagu Steven&Coconut Treez, eh grup raggae ini ada di televisi. Malam makin seru saja. Lupa deh sama internet.
Aku keluar kantor sekitar jam setengan sebelas malam. Seperti biasa naik bus dan duduk di depan. Lagi berencana tidur, suara pengamen menyapa. Aku sempat menengok. Penyanyi gondrong itu berkaus putih. Mulai deh, jreng jreng.
Lagu pertama Tenang (Still). Dia menyanyi dengan gaya yang beda dari yang aku dengar selama ini. Nadanya lebih rendah. Aku melintas jembatan layang Kuningan sambil ikut menyanyikan refrainnya dalam hati. Di saat badai bergelora, ku akan terbang bersama-Mu, Bapa Kau Raja alam semesta, kutenang sbab Kau Allahku...
Disambung Janji-Mu seperti Fajar. Menarik nih. Kaki kiriku bergoyang. Dia tidak berhenti jreng-jreng dan menyusul lagu Bapa yang Kekal karya Julita Manik. Aku ikut menyanyi dong, dalam hati...
Kasih yang sempurna telah ku trima dariMu
Bukan karna kebaikanku
Hanya oleh kasih karuniaMu Kau pulihkan aku
Layakkan ku 'tuk dapat memanggilMu "Bapa"
Kau b'ri yang kupinta
Saat ku mencari, ku mendapatkan
Kuketuk pintuMu dan Kau bukakan
S'bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal
Takkan Kau biarkan
Aku melangkah hanya sendirian
Kau selalu ada bagiku
S'bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal
Waktu ke Bogor kemarin, aku belajar lagu ini dari Moses dan Nera. Moses nggak sabar menemaniku karena aku masih mencari-cari kunci saat main gitar. Dia mau nonton film Ultraman.
Aku menyanyi sambil bermain gitar dengan Nera. Moses beberapa kali datang untuk memperbaiki lirik yang aku nyanyikan. Aku terus pura-pura salah menyanyi. "Duhh, Ne, Moses catat saja ya, liriknya, tapi setelah Moses nonton Ultra Man," kata dia. Melihat mukanya, aku akhirnya berterus terang bahwa aku tahu lagu itu, cuma ingin mengerjai dia saja. Dia nggak marah, malah dengan tenang menonton fim kesayangannya itu.
Aku masih tetap menyanyi Bapa yang Kekal sampai di rumah. Lagunya aku ulang-ulang tapi tidak bosan juga. Aku juga menyanyi lagu-lagu lain. Pelan-pelan. Orang-orang sudah nyenyak. Aku nggak mau tidur, mau menyanyi terus. Akhirnya aku tidur juga. Aku nggak mau melihat jam.
1 Comments :
iya, Tante. Aku belajar lagu ini dari Wulan, Moses, dan Nera he he dan tidak berhenti menyanyi sampai sekarang. Nanti aku kasih kasetnya ke Tante ya :)
--------------------