Guling Kecilku
Nggak terasa sudah hampir sebulan aku nggak bertemu tiga keponakanku. Kemungkinan besar kami masih belum bisa bercerita muka dengan muka dalam beberapa pekan mendatang, hiks. Seperti ada yang kurang.
Sekitar 12 hari tiga malaikatku itu ke Malang, Jawa Timur. Ada acara peringatan lima tahun kematian Yang Kung mereka. Hampir setiap hari kita sms-an. Beberapa kali aku kehabisan pulsa saat bicara atau sms gara-gara ingin mendengar suara dan cerita mereka. Tekor he he.
Sekarang mereka sudah kembali ke Bogor, Jawa Barat. Dalam perjalanan pulang Moses sudah wanti-wanti agar aku ke tempat mereka. Kalau Wulan lebih pengertian. Dia bilang kalau libur baru kita ketemuan. "Tapi bilangin Neni--adikku-kirim sepatuku lewat Papa," kata dia berulang kali. Adikku janji memberi hadiah sepatu waktu Wulan ulang tahun, Februari silam. Tapi, sampai sekarang belum beli juga. Memang enak janji sama mereka, kalau nggak dikasih ya, harus siap diteror. (Neni, buruan beli wooooi!!!)
Belakangan aku memang rada bagaimana ya. Dibilang sibuk nggak, tapi kok sepertinya kurang waktu. Mungkin karena "urusan dalam negeriku" belum kelar-kelar juga. Mungkin aku baru bisa tenang empat bulan lagi, huuuu. Sudah begitu aku harus mengikuti beberapa kegiatan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Terpaksa deh mengorbankan hari libur. Jadilah, seperti biasa, suaraku serak lagi.
Biasanya aku ke tempat mereka minmal sebulan sekali. Mereka memang lebih sering ke tempatku. Setiap mau pulang, aku selalu mendengar kata-kata yang sama dari WulMosNer. "Kapan ke rumahku?"
Terakhir, Moses kecilku malah sakit di rumahku. Mereka ke tempatku karena mau menghadiri ulang tahun ayah permandian Wulan yang jatuh pada Minggu. Aku dan Jenny nggak ikut. Tapi, kita semua bertemu di depan pintu. Aku melihat Moses yang kala itu berbaju kaos merah duduk dengan cemberut. Hmmm pasti sebal karena menunggu kita. Lagian, tumben pulangnya cepat.
Tiba-tiba Jenny berteriak meminta aku ke atas. "Anak kesayanganmu memanggil," kata Neni. Ternyata Moses sakit. Badannya panas. Dia tidur dengan baju merahnya itu. Hmmm mulai aneh-aneh nih. Dia kan harus sekolah. Mata gedenya itu melihatku dengan sedikit kuyu. Tanpa bicara pun aku tahu dia ingin aku bilang ke mama dan papanya agar dia menginap di tempatku. Aku juga senang he he. Asyik bisa tidur dengan guling kecilku yang cerewet itu. Eittt, di depan mereka aku tetap jaim dong :).
"Nera juga sakit," kata Nera melihat iri Moses. "Dada Nera naik turun," kata Nera.
"Ya, kalau dada nggak berdetak, ya, mati. Itu bukan sakit," kata Moses. Yeeeee, sakit-sakit masih aja bertengkar. Keputusan akhir Moses menginap di tempatku dan dijemput mamanya hari Selasa. Setelah Wulan dan Nera pulang, Moses langsung ambil posisi di depan komputer. Mulailah dia menulis dan menggambar setelah minum obat penurun panas.
Menyenangkan sekali berdua saja dengan Moses. Aku seperti melihat aku kecil dan ayahku. Mosesku ini juga suka bertanya macam-macam. Di saat begini aku bisa mengajari dia banyak hal. Kita baca Alkitab sama-sama dan aku menyuruh dia membaca berkali-kali, "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."
Meski diam aku tahu dia mengingat semua ucapanku dan aku tinggal menunggu hasilnya nanti. Sebab, sebelum ke pesta ulang tahun, kita sempat marahan. Tanpa alasan jelas dia nggak mau bicara denganku dan memasang muka perang. Ketika mama dan papanya siap-siap balik, akhirnya keluar juga pengakuannya. "Moses marah sama Ne karena masak Nera terus-terus dibilang cantik. Moses kan iri hati." Sebaliknya, Nera pulang dengan kesal juga. "Moses keenakaaannnnn, nginap di Ne terus. Ne nggak sayang Neraaaaa." Capek saya.
Aku senang menginap di rumah mereka. Di sana aku bisa jadi orang normal. Hidup di rumah benaran. Ada makanan tiga kali sehari, matiin HP, salada--salad khas Timor Timur--plus jagung goreng manis, tidur panjang, terus bermain dan berantem dengan mereka sampai bosan. Yang bikin aku lebih senang lagi, setiap mereka--Abangku juga--masuk rumah, yang pertama ditanyai, "Ne di mana?" Dasar manja hahahahah.
Nggak terasa sudah hampir sebulan aku nggak bertemu tiga keponakanku. Kemungkinan besar kami masih belum bisa bercerita muka dengan muka dalam beberapa pekan mendatang, hiks. Seperti ada yang kurang.
Sekitar 12 hari tiga malaikatku itu ke Malang, Jawa Timur. Ada acara peringatan lima tahun kematian Yang Kung mereka. Hampir setiap hari kita sms-an. Beberapa kali aku kehabisan pulsa saat bicara atau sms gara-gara ingin mendengar suara dan cerita mereka. Tekor he he.
Sekarang mereka sudah kembali ke Bogor, Jawa Barat. Dalam perjalanan pulang Moses sudah wanti-wanti agar aku ke tempat mereka. Kalau Wulan lebih pengertian. Dia bilang kalau libur baru kita ketemuan. "Tapi bilangin Neni--adikku-kirim sepatuku lewat Papa," kata dia berulang kali. Adikku janji memberi hadiah sepatu waktu Wulan ulang tahun, Februari silam. Tapi, sampai sekarang belum beli juga. Memang enak janji sama mereka, kalau nggak dikasih ya, harus siap diteror. (Neni, buruan beli wooooi!!!)
Belakangan aku memang rada bagaimana ya. Dibilang sibuk nggak, tapi kok sepertinya kurang waktu. Mungkin karena "urusan dalam negeriku" belum kelar-kelar juga. Mungkin aku baru bisa tenang empat bulan lagi, huuuu. Sudah begitu aku harus mengikuti beberapa kegiatan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Terpaksa deh mengorbankan hari libur. Jadilah, seperti biasa, suaraku serak lagi.
Biasanya aku ke tempat mereka minmal sebulan sekali. Mereka memang lebih sering ke tempatku. Setiap mau pulang, aku selalu mendengar kata-kata yang sama dari WulMosNer. "Kapan ke rumahku?"
Terakhir, Moses kecilku malah sakit di rumahku. Mereka ke tempatku karena mau menghadiri ulang tahun ayah permandian Wulan yang jatuh pada Minggu. Aku dan Jenny nggak ikut. Tapi, kita semua bertemu di depan pintu. Aku melihat Moses yang kala itu berbaju kaos merah duduk dengan cemberut. Hmmm pasti sebal karena menunggu kita. Lagian, tumben pulangnya cepat.
Tiba-tiba Jenny berteriak meminta aku ke atas. "Anak kesayanganmu memanggil," kata Neni. Ternyata Moses sakit. Badannya panas. Dia tidur dengan baju merahnya itu. Hmmm mulai aneh-aneh nih. Dia kan harus sekolah. Mata gedenya itu melihatku dengan sedikit kuyu. Tanpa bicara pun aku tahu dia ingin aku bilang ke mama dan papanya agar dia menginap di tempatku. Aku juga senang he he. Asyik bisa tidur dengan guling kecilku yang cerewet itu. Eittt, di depan mereka aku tetap jaim dong :).
"Nera juga sakit," kata Nera melihat iri Moses. "Dada Nera naik turun," kata Nera.
"Ya, kalau dada nggak berdetak, ya, mati. Itu bukan sakit," kata Moses. Yeeeee, sakit-sakit masih aja bertengkar. Keputusan akhir Moses menginap di tempatku dan dijemput mamanya hari Selasa. Setelah Wulan dan Nera pulang, Moses langsung ambil posisi di depan komputer. Mulailah dia menulis dan menggambar setelah minum obat penurun panas.
Menyenangkan sekali berdua saja dengan Moses. Aku seperti melihat aku kecil dan ayahku. Mosesku ini juga suka bertanya macam-macam. Di saat begini aku bisa mengajari dia banyak hal. Kita baca Alkitab sama-sama dan aku menyuruh dia membaca berkali-kali, "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."
Meski diam aku tahu dia mengingat semua ucapanku dan aku tinggal menunggu hasilnya nanti. Sebab, sebelum ke pesta ulang tahun, kita sempat marahan. Tanpa alasan jelas dia nggak mau bicara denganku dan memasang muka perang. Ketika mama dan papanya siap-siap balik, akhirnya keluar juga pengakuannya. "Moses marah sama Ne karena masak Nera terus-terus dibilang cantik. Moses kan iri hati." Sebaliknya, Nera pulang dengan kesal juga. "Moses keenakaaannnnn, nginap di Ne terus. Ne nggak sayang Neraaaaa." Capek saya.
Aku senang menginap di rumah mereka. Di sana aku bisa jadi orang normal. Hidup di rumah benaran. Ada makanan tiga kali sehari, matiin HP, salada--salad khas Timor Timur--plus jagung goreng manis, tidur panjang, terus bermain dan berantem dengan mereka sampai bosan. Yang bikin aku lebih senang lagi, setiap mereka--Abangku juga--masuk rumah, yang pertama ditanyai, "Ne di mana?" Dasar manja hahahahah.