Berteduh
Hari ini, salah satu sahabatku, terbang mengikuti suaminya di Australia. Dia pergi setelah sekitar empat bulan mengurus visa permanen residental. Nggak tahu kapan lagi kita akan bertemu. Terakhir dia menginap dua hari di rumahku bulan kemarin. Dia datang bersama ibunya dan menginap di rumah saudaranya untuk mengurus visa. Namun, dia masih menyisakan hari-harinya untuk bercerita banyak denganku dan mengenang kembali berbagai hal yang mendekatkan kita. Janjinya sih kita--gue kali--akan rajin sms, chatting, dan berbalas email.
Kemarin salah seorang sahabatku kembali ke suaminya setelah "menginap" sepuluh hari di rumahku. Dia kembali bersama jagoannya setelah dijemput suaminya tadi malam. Nggak tahu kapan lagi kita bisa tidur di antara si kecil yang jago menendang saat tertidur pulas itu. Mudah-mudahan ini "pelarian" yang pertama dan terakhir.
Saat ini, salah satu saudariku sedang sendirian di rumahku. Dia sedang beristirahat setelah pergi diam-diam dari rumah majikannya di negeri Singa karena tidak tahan diperlakukan bak budak. Dia datang tanpa membawa gaji meski sudah sembilan bulan bekerja pada pasangan dengan tiga anak itu. Puji Tuhan dia datang dalam kondisi sehat dan tidak kurang satu apa pun. Aku berharap dia benar-benar bisa menikmati masa istirahatnya dan kembali ke rumah orang tuanya dalam kondisi yang benar-benar fresh.
Aku senang rumahku menjadi tempat berteduh bagi siapa pun. Menjadi tempat transit tanpa mengenal jam. Meski, untuk yang terakhir aku juga kadang-kadang tidak enak juga dengan dua adikku, terutama yang cowok. Sebab, tamu yang datang itu kebanyakan perempuan. Kalau pun laki-laki, pasti sepupu atau keponakan.
Sekali waktu, mereka protes karena aku kedatangan dua sahabat saat subuh. Dua cewek ini datang diantar Pak Hansip lagi hehehe. Mereka terganggu. Tap, udah lama itu. Sekarang mereka makin pengertian pada kakaknya yang seperti Amelia (lagu anak-anak yang tidak pernah aku ajarkan ke sahabat-sahabat kecilku karena lirik yang tidak mungkin banget: tak pernah sedih riang selalu sepanjang masa) ini :) Mereka juga sudah ketularan untuk menawarkan dan membuka pintu bagi siapa saja.
Di saat rumahku menjadi tempat berteduh, tiga pekan berturut-turut aku malah menghabiskan akhir pekanku bersama tante dan empat sepupuku di kediaman mereka di Cileduk. Menemani mereka setelah kepergian Omku. Aku tidak yakin sampai kapan bisa ada bersama mereka. Tapi, terakhir aku pulang dari rumah Tante dengan hati penuh senyum. Mau tahu kenapa? Karena Samsons.
Tanteku yang cantik itu begitu tegar. Aku yakin pasti masih ada air mata saat-saat sepi. Tapi, aku juga lega melihat Tanteku sudah mulai menyanyi. Dan, Kenangan Terindah dari Samsons tidak saja menyentuh Tante tapi sudah menjadi lagu peneduh pekan-pekan ini.
Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena
Cinta yang tlah hilang darimu
Yang mampu menyanjungku
Selama mata terbuka
Sampai jantung tak berdetak
Selama itu pun
Aku mampu tuk mengenangmu
Darimu...
Kutemukan hidupku
Bagiku...
Kau lah cinta sejati
Ooh...
Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan kujadikan kau kenangan
Yang terindah dalam hidupku
Namun takkan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupku
Yang tlah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah
Hari ini, salah satu sahabatku, terbang mengikuti suaminya di Australia. Dia pergi setelah sekitar empat bulan mengurus visa permanen residental. Nggak tahu kapan lagi kita akan bertemu. Terakhir dia menginap dua hari di rumahku bulan kemarin. Dia datang bersama ibunya dan menginap di rumah saudaranya untuk mengurus visa. Namun, dia masih menyisakan hari-harinya untuk bercerita banyak denganku dan mengenang kembali berbagai hal yang mendekatkan kita. Janjinya sih kita--gue kali--akan rajin sms, chatting, dan berbalas email.
Kemarin salah seorang sahabatku kembali ke suaminya setelah "menginap" sepuluh hari di rumahku. Dia kembali bersama jagoannya setelah dijemput suaminya tadi malam. Nggak tahu kapan lagi kita bisa tidur di antara si kecil yang jago menendang saat tertidur pulas itu. Mudah-mudahan ini "pelarian" yang pertama dan terakhir.
Saat ini, salah satu saudariku sedang sendirian di rumahku. Dia sedang beristirahat setelah pergi diam-diam dari rumah majikannya di negeri Singa karena tidak tahan diperlakukan bak budak. Dia datang tanpa membawa gaji meski sudah sembilan bulan bekerja pada pasangan dengan tiga anak itu. Puji Tuhan dia datang dalam kondisi sehat dan tidak kurang satu apa pun. Aku berharap dia benar-benar bisa menikmati masa istirahatnya dan kembali ke rumah orang tuanya dalam kondisi yang benar-benar fresh.
Aku senang rumahku menjadi tempat berteduh bagi siapa pun. Menjadi tempat transit tanpa mengenal jam. Meski, untuk yang terakhir aku juga kadang-kadang tidak enak juga dengan dua adikku, terutama yang cowok. Sebab, tamu yang datang itu kebanyakan perempuan. Kalau pun laki-laki, pasti sepupu atau keponakan.
Sekali waktu, mereka protes karena aku kedatangan dua sahabat saat subuh. Dua cewek ini datang diantar Pak Hansip lagi hehehe. Mereka terganggu. Tap, udah lama itu. Sekarang mereka makin pengertian pada kakaknya yang seperti Amelia (lagu anak-anak yang tidak pernah aku ajarkan ke sahabat-sahabat kecilku karena lirik yang tidak mungkin banget: tak pernah sedih riang selalu sepanjang masa) ini :) Mereka juga sudah ketularan untuk menawarkan dan membuka pintu bagi siapa saja.
Di saat rumahku menjadi tempat berteduh, tiga pekan berturut-turut aku malah menghabiskan akhir pekanku bersama tante dan empat sepupuku di kediaman mereka di Cileduk. Menemani mereka setelah kepergian Omku. Aku tidak yakin sampai kapan bisa ada bersama mereka. Tapi, terakhir aku pulang dari rumah Tante dengan hati penuh senyum. Mau tahu kenapa? Karena Samsons.
Tanteku yang cantik itu begitu tegar. Aku yakin pasti masih ada air mata saat-saat sepi. Tapi, aku juga lega melihat Tanteku sudah mulai menyanyi. Dan, Kenangan Terindah dari Samsons tidak saja menyentuh Tante tapi sudah menjadi lagu peneduh pekan-pekan ini.
Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena
Cinta yang tlah hilang darimu
Yang mampu menyanjungku
Selama mata terbuka
Sampai jantung tak berdetak
Selama itu pun
Aku mampu tuk mengenangmu
Darimu...
Kutemukan hidupku
Bagiku...
Kau lah cinta sejati
Ooh...
Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan kujadikan kau kenangan
Yang terindah dalam hidupku
Namun takkan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupku
Yang tlah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah