Tanpa Bertanya
Senang banget punya teman baru. Hal baru banyak bermunculan. Sabtu kemarin, misalnya, aku kenalan dengan Vi, temannya teman, di tempat pemakaman. Kita pulang bareng selesai pemakaman dan sempat cerita-cerita. Baru beberapa jam saja sudah banyak hal baru yang aku temui. Yang menarik dari temanku ini, dia begitu cepat menilai diriku. "Hmmmm bagus banget, hebat banget," kata Vi mengolok-olokku karena berkali-kali mengucapkan kata-kata itu.
Komentar Vi ini membuat aku segera menghentikan gerakan bibir setiap ingin mengucapkan kata-kata itu. Padahal, memang benar. Aku mengucapkan itu sebagai reaksi atas hal-hal bagus dan hebat yang dia lontarkan. Sebaliknya dia merasa itu cuma masalah biasa yang tidak perlu direspons dengan begitu. Akhirnya aku capek juga harus berhenti mengucapkan kata-kata itu. "Biarin napa, mulut-mulut gue," kataku akhirnya.
Aku dan Vi sudah bertukar nomor telepon dan berjanji akan lebih sering ketemuan. Tentu saja dengan atau tanpa temanku yang temannya Vi. Soalnya begitu ngrobrol kayaknya kita langsung klik klek. Dia juga berjanji mengajariku menulis skenario. Saat ini dia adalah mahasiswa jurusan skenario di IKJ.
Kemarin, Kwan, salah satu teman baru mengirim pesan yang cukup mengejutkan. Kita berkenalan sejak minggu kedua Desember. Sejak itu, dia sering mengirimiku e-mail. Pernah dalam sehari dia menulis enam surat elektronik. Udah begitu pesannya pendek-pendek lagi. Tapi, pelan-pelan frekuensi pengiriman suratnya berkurang. Dia selalu mengirim pesan setiap Senin.
Aku merasa masih belum nyambung dengan Kwan. Maksudnya, beda dengan Vi yang langsung bisa akrab sekali ketemu, dengan Kwan aku masih dalam tahap meraba-raba seperti apa dia. Lagian, dia baik banget rajin mengirim surat padaku.
Hari ini, dua kali aku menerima e-mail dari dia. Pertama, seperti biasa, dia cuma datang untuk menyapa. Aku membalasnya dan minta dia mendoakanku. Ini hanya akal-akalan saja, karena bingung mau bilang apa ke dia :)
Eh, dia membalas cepat dengan pesan yang singkat seperti biasa. "Absolutely... (aku sensor dikit ya hehhe) Without question, I pray for your strength and confidence."
Kok bisa? Aku memang dalam kondisi butuh banget kekuatan dan lagi kurang (banget) percaya diri. Kenapa bisa pas begini? Hmmm, mungkin hanya teman baik yang bisa begitu.
Senang banget punya teman baru. Hal baru banyak bermunculan. Sabtu kemarin, misalnya, aku kenalan dengan Vi, temannya teman, di tempat pemakaman. Kita pulang bareng selesai pemakaman dan sempat cerita-cerita. Baru beberapa jam saja sudah banyak hal baru yang aku temui. Yang menarik dari temanku ini, dia begitu cepat menilai diriku. "Hmmmm bagus banget, hebat banget," kata Vi mengolok-olokku karena berkali-kali mengucapkan kata-kata itu.
Komentar Vi ini membuat aku segera menghentikan gerakan bibir setiap ingin mengucapkan kata-kata itu. Padahal, memang benar. Aku mengucapkan itu sebagai reaksi atas hal-hal bagus dan hebat yang dia lontarkan. Sebaliknya dia merasa itu cuma masalah biasa yang tidak perlu direspons dengan begitu. Akhirnya aku capek juga harus berhenti mengucapkan kata-kata itu. "Biarin napa, mulut-mulut gue," kataku akhirnya.
Aku dan Vi sudah bertukar nomor telepon dan berjanji akan lebih sering ketemuan. Tentu saja dengan atau tanpa temanku yang temannya Vi. Soalnya begitu ngrobrol kayaknya kita langsung klik klek. Dia juga berjanji mengajariku menulis skenario. Saat ini dia adalah mahasiswa jurusan skenario di IKJ.
Kemarin, Kwan, salah satu teman baru mengirim pesan yang cukup mengejutkan. Kita berkenalan sejak minggu kedua Desember. Sejak itu, dia sering mengirimiku e-mail. Pernah dalam sehari dia menulis enam surat elektronik. Udah begitu pesannya pendek-pendek lagi. Tapi, pelan-pelan frekuensi pengiriman suratnya berkurang. Dia selalu mengirim pesan setiap Senin.
Aku merasa masih belum nyambung dengan Kwan. Maksudnya, beda dengan Vi yang langsung bisa akrab sekali ketemu, dengan Kwan aku masih dalam tahap meraba-raba seperti apa dia. Lagian, dia baik banget rajin mengirim surat padaku.
Hari ini, dua kali aku menerima e-mail dari dia. Pertama, seperti biasa, dia cuma datang untuk menyapa. Aku membalasnya dan minta dia mendoakanku. Ini hanya akal-akalan saja, karena bingung mau bilang apa ke dia :)
Eh, dia membalas cepat dengan pesan yang singkat seperti biasa. "Absolutely... (aku sensor dikit ya hehhe) Without question, I pray for your strength and confidence."
Kok bisa? Aku memang dalam kondisi butuh banget kekuatan dan lagi kurang (banget) percaya diri. Kenapa bisa pas begini? Hmmm, mungkin hanya teman baik yang bisa begitu.