Ramadan
Nasi kotak untuk sahur datang pas jam 02.00 WIB. Ada ayam kecap, tumis tahu-sawi hijau, dua potong tuna tepung plus sambal dalam plastik kecil, dan perkedel. Semua lauk ditempatkan di kotak kecil bergerigi. Nasi yang masih hangat dibungkus plastik dan diatur bersebelahan dengan air mineral kemasan gelas plastik. Tak lupa kerupuk dan semangka ukuran kipas sedang. Nyam-nyam.
Aku senang puasa di bulan Ramadan. Hampir semua teman di ruanganku menjalankan ibadah di bulan suci ini. Jadi aku bisa ikut puasa. Nggak enak makan sendiri. Meski kadang-kadang aku makan juga di kantin dengan teman yang tidak puasa. Namun, tetap semangat ikut buka puasa, apalagi kalau ada kue-kue kecil yang menggoda.
Aku ikut puasa sejak magang di Media Indonesia edisi Minggu sekitar sepuluh tahun silam. Asyik aja. Kita keluar pagi-pagi untuk makan sahur di rumah makan Padang dekat kantorku di bilangan Tebet, Jaksel. Atau ke tempat makan yang membuka dapur untuk sahur. Saat buka puasa juga tak kalah ramai. Kadang-kadang kita menunggu waktu berbuka puasa di kantor atau tempat makan. Kebiasaan ini berlanjut sampai sekarang dengan teman dan kantor yang berbeda.
Empat Ramadan terakhir aku lebih sering sahur dan buka puasa di kantor. Tak perlu keluar uang. Ada nasi kotak lengkap dengan penganan manis untuk buka puasa. Meski kadang-kadang teh manis atau air putih serta kue-kue saja yang masuk mulut. Soalnya aku kasihan ususku langsung dijejali makanan berat setelah cukup lama beristirahat. Biar dia adaptasi dulu dengan makanan yang ringan-ringan dulu.
Buka puasa juga kerap jadi ajang untuk reuni. Kita janjian di satu tempat dan mengundang teman-teman lama. Ketemu, makan, saling ledek, gosip-gosip sedikit mmm kadang-kadang banyak :) dan jarang membahas persoalan serius apalagi pekerjaan. Kalau pun menyentil urusan pekerjaan lebih sekadar untuk lucu-lucuan. Saat inilah masing-masing melemparkan kisah-kisah brutal dan nekat kita yang dulu-dulu. Segar dan menyenangkan. Setelah itu masing-masing pulang dengan janji tetap saling kontak. Namun, itu manis di bibir saja. Sebab, kita hampir pasti tidak ketemu kecuali janjian. Karena itu, buka puasa bareng jarang aku lewatkan. Seru soalnya.
Senin depan aku masuk pagi. Aku buka puasa di kantor. Kalau masuk pagi lebih banyak orang di ruangan. Jadi nasi kotaknya dihitung per kepala. Padahal, sebagai editor, kalau nggak ngedit makanan dari kotak yang lain kok aneh :) Tapi, bosku tadi malam sudah wanti-wanti kita. Jangan sampai ada yang sakit hati karena buka puasa dengan kotak yang isinya tidak lengkap.
Padahal, kelucuan justru muncul di saat edit-mengedit itu:) Beberapa menit sebelum waktu buka, masing-masing sudah mengambil nasi kotak. Ada yang bahkan sudah mengintip dahulu isi kotak. Kemudian bekerja sambil menunggu bunyi beduk di televisi. Tak jarang kita menyetel televisi yang lebih dahulu menyiarkan bunyi beduk:) Namanya juga usaha :)
Nasi kotak untuk sahur datang pas jam 02.00 WIB. Ada ayam kecap, tumis tahu-sawi hijau, dua potong tuna tepung plus sambal dalam plastik kecil, dan perkedel. Semua lauk ditempatkan di kotak kecil bergerigi. Nasi yang masih hangat dibungkus plastik dan diatur bersebelahan dengan air mineral kemasan gelas plastik. Tak lupa kerupuk dan semangka ukuran kipas sedang. Nyam-nyam.
Aku senang puasa di bulan Ramadan. Hampir semua teman di ruanganku menjalankan ibadah di bulan suci ini. Jadi aku bisa ikut puasa. Nggak enak makan sendiri. Meski kadang-kadang aku makan juga di kantin dengan teman yang tidak puasa. Namun, tetap semangat ikut buka puasa, apalagi kalau ada kue-kue kecil yang menggoda.
Aku ikut puasa sejak magang di Media Indonesia edisi Minggu sekitar sepuluh tahun silam. Asyik aja. Kita keluar pagi-pagi untuk makan sahur di rumah makan Padang dekat kantorku di bilangan Tebet, Jaksel. Atau ke tempat makan yang membuka dapur untuk sahur. Saat buka puasa juga tak kalah ramai. Kadang-kadang kita menunggu waktu berbuka puasa di kantor atau tempat makan. Kebiasaan ini berlanjut sampai sekarang dengan teman dan kantor yang berbeda.
Empat Ramadan terakhir aku lebih sering sahur dan buka puasa di kantor. Tak perlu keluar uang. Ada nasi kotak lengkap dengan penganan manis untuk buka puasa. Meski kadang-kadang teh manis atau air putih serta kue-kue saja yang masuk mulut. Soalnya aku kasihan ususku langsung dijejali makanan berat setelah cukup lama beristirahat. Biar dia adaptasi dulu dengan makanan yang ringan-ringan dulu.
Buka puasa juga kerap jadi ajang untuk reuni. Kita janjian di satu tempat dan mengundang teman-teman lama. Ketemu, makan, saling ledek, gosip-gosip sedikit mmm kadang-kadang banyak :) dan jarang membahas persoalan serius apalagi pekerjaan. Kalau pun menyentil urusan pekerjaan lebih sekadar untuk lucu-lucuan. Saat inilah masing-masing melemparkan kisah-kisah brutal dan nekat kita yang dulu-dulu. Segar dan menyenangkan. Setelah itu masing-masing pulang dengan janji tetap saling kontak. Namun, itu manis di bibir saja. Sebab, kita hampir pasti tidak ketemu kecuali janjian. Karena itu, buka puasa bareng jarang aku lewatkan. Seru soalnya.
Senin depan aku masuk pagi. Aku buka puasa di kantor. Kalau masuk pagi lebih banyak orang di ruangan. Jadi nasi kotaknya dihitung per kepala. Padahal, sebagai editor, kalau nggak ngedit makanan dari kotak yang lain kok aneh :) Tapi, bosku tadi malam sudah wanti-wanti kita. Jangan sampai ada yang sakit hati karena buka puasa dengan kotak yang isinya tidak lengkap.
Padahal, kelucuan justru muncul di saat edit-mengedit itu:) Beberapa menit sebelum waktu buka, masing-masing sudah mengambil nasi kotak. Ada yang bahkan sudah mengintip dahulu isi kotak. Kemudian bekerja sambil menunggu bunyi beduk di televisi. Tak jarang kita menyetel televisi yang lebih dahulu menyiarkan bunyi beduk:) Namanya juga usaha :)