Pekan Teman
Udah pagi boss, bangun plus sikat gigi, smile coz God loves u.
Senang banget dapat pesan pendek menyenangkan dari temanku di pagi buta, tepat jam 05.05. Tumben, temanku bangun pagi-pagi. Hmmmm, pasti Olive anaknya sudah bangun dan dia sedang bermain dengan putri ciliknya yang berusia lima bulan. Thanks ya Yudy!
Beberapa malam sebelumnya, aku minta sama Tuhan agar bisa berhubungan lagi dengan teman-teman lama yang sudah tidak pernah kontak. Besok pagi, aku chatting lagi dengan Yudy. Thanks God! Dia punya banyak cerita baru, termasuk tentang buah hatinya, Olive. Dia sudah pindah rumah dan sudah lebih nyaman sekarang. Yang lebih menyenangkan lagi, temanku ini sudah sering berdoa bareng dengan istrinya.
Minggu ini aku beri nama Pekan Teman. Aku sengaja mengkhususkan diri untuk menyapa nama-nama yang ada dalam daftar teman. Aku cuma bilang selamat pagi, siang, malam, dan menanyakan kabar. Aku ingin mereka tahu bahwa aku di sini, tidak ke mana-mana :)
Ada beberapa teman yang langsung membalas sapaanku. Yang satu sedang sibuk jadi mandor di sela-sela urusan kantor dan rumah tangga barunya. Namanya, Julita. Sebenarnya dia teman kuliah adikku. Tapi, rasanya nih, dia lebih dekat denganku, dalam arti lebih sering ketemu dan mengobrol panjang denganku dibanding adikku. Ketika menikah, dia beberapa kali mengontakku untuk mengirimkan undangan. Aku juga senang mengikuti misa pernikahan selain karena dia dan Andi suaminya terlihat happy, kornya juga bagus banget nget nget.
Yang lain, Yuli, teman SMA-ku. Sekarang dia pimpinan salah satu LSM perempuan di Kupang. Kita tidak sempat ketemu waktu dia membawa anaknya berobat di Jakarta. Kita cuma telepon-teleponan. Aku merasa bersalah banget tidak sempat ketemu. Aku lebih sedih lagi mendengar jawabannya ketika aku minta maaf padanya. "Aku ngerti, di Jakarta orang-orang pada sibuk." Pelan sih, tapi dalam banget, hiks. Dia bilang mau ke Jakarta lagi, November mendatang dan minta ditemani membeli buku. Aku janji tidak akan melewatkan kesempatan ini, apapun alasannya. Harus!
Di zaman serba sibuk--sibuk??????--begini, sering kali aku menghubungi teman karena perlu-perlu saja. Mungkin karena aku juga sering bertanya-tanya sendiri begitu ada teman lama yang menghubungi. "Ada apa?" Aku memang jarang menggunakan kata tumben, nggak enak hati :)
Syukur deh kalau memang temanku sedang butuh sesuatu. Tapi kalau tidak kan kasihan juga. Mana aku sering lagi dijawab dengan: "Memangnya nggak boleh telepon untuk nanya kabar?" Padahal, aku juga kerap menerima pernyataan serupa.
Tidak semua teman yang aku hubungi beberapa hari ini memberi respons. Tapi itu tidak penting. Aku juga sering kok suam-suam kuku menerima telepon, pesan singkat, dan email dari teman-temanku. Bahkan, aku sering membiarkan begitu saja sms atau surat dari teman-teman, maap beribu maap, hiks. Tapi, respons positif, negatif, atau netral bukan alasan untuk berhenti memperhatikan dan berhubungan dengan teman kan :) Dan, masih ada beberapa teman lagi yang belum aku hubungi. Siap-siap... sent.
Udah pagi boss, bangun plus sikat gigi, smile coz God loves u.
Senang banget dapat pesan pendek menyenangkan dari temanku di pagi buta, tepat jam 05.05. Tumben, temanku bangun pagi-pagi. Hmmmm, pasti Olive anaknya sudah bangun dan dia sedang bermain dengan putri ciliknya yang berusia lima bulan. Thanks ya Yudy!
Beberapa malam sebelumnya, aku minta sama Tuhan agar bisa berhubungan lagi dengan teman-teman lama yang sudah tidak pernah kontak. Besok pagi, aku chatting lagi dengan Yudy. Thanks God! Dia punya banyak cerita baru, termasuk tentang buah hatinya, Olive. Dia sudah pindah rumah dan sudah lebih nyaman sekarang. Yang lebih menyenangkan lagi, temanku ini sudah sering berdoa bareng dengan istrinya.
Minggu ini aku beri nama Pekan Teman. Aku sengaja mengkhususkan diri untuk menyapa nama-nama yang ada dalam daftar teman. Aku cuma bilang selamat pagi, siang, malam, dan menanyakan kabar. Aku ingin mereka tahu bahwa aku di sini, tidak ke mana-mana :)
Ada beberapa teman yang langsung membalas sapaanku. Yang satu sedang sibuk jadi mandor di sela-sela urusan kantor dan rumah tangga barunya. Namanya, Julita. Sebenarnya dia teman kuliah adikku. Tapi, rasanya nih, dia lebih dekat denganku, dalam arti lebih sering ketemu dan mengobrol panjang denganku dibanding adikku. Ketika menikah, dia beberapa kali mengontakku untuk mengirimkan undangan. Aku juga senang mengikuti misa pernikahan selain karena dia dan Andi suaminya terlihat happy, kornya juga bagus banget nget nget.
Yang lain, Yuli, teman SMA-ku. Sekarang dia pimpinan salah satu LSM perempuan di Kupang. Kita tidak sempat ketemu waktu dia membawa anaknya berobat di Jakarta. Kita cuma telepon-teleponan. Aku merasa bersalah banget tidak sempat ketemu. Aku lebih sedih lagi mendengar jawabannya ketika aku minta maaf padanya. "Aku ngerti, di Jakarta orang-orang pada sibuk." Pelan sih, tapi dalam banget, hiks. Dia bilang mau ke Jakarta lagi, November mendatang dan minta ditemani membeli buku. Aku janji tidak akan melewatkan kesempatan ini, apapun alasannya. Harus!
Di zaman serba sibuk--sibuk??????--begini, sering kali aku menghubungi teman karena perlu-perlu saja. Mungkin karena aku juga sering bertanya-tanya sendiri begitu ada teman lama yang menghubungi. "Ada apa?" Aku memang jarang menggunakan kata tumben, nggak enak hati :)
Syukur deh kalau memang temanku sedang butuh sesuatu. Tapi kalau tidak kan kasihan juga. Mana aku sering lagi dijawab dengan: "Memangnya nggak boleh telepon untuk nanya kabar?" Padahal, aku juga kerap menerima pernyataan serupa.
Tidak semua teman yang aku hubungi beberapa hari ini memberi respons. Tapi itu tidak penting. Aku juga sering kok suam-suam kuku menerima telepon, pesan singkat, dan email dari teman-temanku. Bahkan, aku sering membiarkan begitu saja sms atau surat dari teman-teman, maap beribu maap, hiks. Tapi, respons positif, negatif, atau netral bukan alasan untuk berhenti memperhatikan dan berhubungan dengan teman kan :) Dan, masih ada beberapa teman lagi yang belum aku hubungi. Siap-siap... sent.