Kangen
Nggak biasanya aku kangen sama telepon selulerku.
Kemarin, aku lupa memasukkan HP-ku di tas. Padahal, berangkatnya tidak buru-buru. Begitu sampai di kantor, seperti biasa, aku tak langsung menyalakan HP. Tali tasku tetap menyilang di tubuhku jika tidak diingatkan teman. Sudah kebiasaan. Aku baru sadar ketinggalan HP karena harus mengecek pesan dari temanku soal proyek kecil-kecilan--begitu kata dia.
Aku memang sering meninggalkan HP di rumah. Bukan karena lupa, tapi, lebih karena kurang peduli sama dia. Padahal, banyak hal baik yang aku dapat dari situ. Juga banyak hal buruk datang dari situ :)
Jujur saja kadang-kadang aku malas menerima telepon. (Lalu kenapa punya HP?) Jika ada hal yang penting, pasti Jenny, adikku, akan menelepon kantor. Memang hanya beberapa orang yang tahu nomor kantorku. Begitu juga dengan nomor HP-ku.
Tapi ada saat-saat aku ingin HP-ku berbunyi. Jika tidak ada yang menghubungi entah bicara atau kirim sms, rasanya ada yang kurang. Dan, sejauh ini, teman-temanku baik. Ada saja yang mau miss call sekadar membunyikan HP-ku. Tentu saja setelah aku sms atau aku minta tolong, heheheh.
Tapi, kemarin aku kangen banget sama HP-ku. Sampai-sampai aku bilang pada temanku. Biasanya aku simpan omongan itu untuk diri sendiri. Malu lagi bilang kangen sama HP :)
Ketika sampai di rumah, aku sempat lupa sama HP-ku. Perhatianku lebih tertuju pada adik laki-lakiku yang ada di kamar mandi. Maklum sudah tiga hari dia menginap di rumah temannya. Aku kan kangen juga sama dia. Meski aku sebal, karena dia nggak pernah kasih kabar.
Akhirnya, aku teringat juga pada HP-ku. Dia menyempil di antara bedak tabur dan pembersih wajah. Aku buru-buru mengecek. Hmmmm, tidak ada yang meneleponku. Ada beberapa pesan. Satu per satu aku baca. Tapi, pesan yang tersimpan pukul 22.41 WIB yang menarik perhatian. Aku baru membacanya satu jam kemudian. Dari temanku Andi. Pesannya singkat. Mazmur 139.
Itulah Andi. Satu-satunya teman cowokku yang paling rajin mengirim Firman buatku. God bless you, Andi. Setelah membaca selintas Mazmur 139, aku langsung menyebarkan pesan yang sama ke Lisa, sahabatku. Aku bilang pada Lisa bahwa pesan ini dari Andi. Aku ingin Lisa tahu bahwa pesan dari Andi membuat aku merasa dikasihi Tuhan, sangat. Suara tokek (dia juga ada kamarku, ternyata) terdengar saat layar HPku mengatakan pesan telah terkirim.
Setelah bersih-bersih, barulah aku kembali memelototi ayat itu. Aku pun mulai membaca perlahan. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Terus ke ayat-ayat berikut. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tanganMu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya... Sampai di ayat terakhir. Lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Tinggal berapa detik lagi jarum jam menuju angka 04.00 WIB. "Aku kangen, TUHAN!" Dan, mataku terpejam.
Nggak biasanya aku kangen sama telepon selulerku.
Kemarin, aku lupa memasukkan HP-ku di tas. Padahal, berangkatnya tidak buru-buru. Begitu sampai di kantor, seperti biasa, aku tak langsung menyalakan HP. Tali tasku tetap menyilang di tubuhku jika tidak diingatkan teman. Sudah kebiasaan. Aku baru sadar ketinggalan HP karena harus mengecek pesan dari temanku soal proyek kecil-kecilan--begitu kata dia.
Aku memang sering meninggalkan HP di rumah. Bukan karena lupa, tapi, lebih karena kurang peduli sama dia. Padahal, banyak hal baik yang aku dapat dari situ. Juga banyak hal buruk datang dari situ :)
Jujur saja kadang-kadang aku malas menerima telepon. (Lalu kenapa punya HP?) Jika ada hal yang penting, pasti Jenny, adikku, akan menelepon kantor. Memang hanya beberapa orang yang tahu nomor kantorku. Begitu juga dengan nomor HP-ku.
Tapi ada saat-saat aku ingin HP-ku berbunyi. Jika tidak ada yang menghubungi entah bicara atau kirim sms, rasanya ada yang kurang. Dan, sejauh ini, teman-temanku baik. Ada saja yang mau miss call sekadar membunyikan HP-ku. Tentu saja setelah aku sms atau aku minta tolong, heheheh.
Tapi, kemarin aku kangen banget sama HP-ku. Sampai-sampai aku bilang pada temanku. Biasanya aku simpan omongan itu untuk diri sendiri. Malu lagi bilang kangen sama HP :)
Ketika sampai di rumah, aku sempat lupa sama HP-ku. Perhatianku lebih tertuju pada adik laki-lakiku yang ada di kamar mandi. Maklum sudah tiga hari dia menginap di rumah temannya. Aku kan kangen juga sama dia. Meski aku sebal, karena dia nggak pernah kasih kabar.
Akhirnya, aku teringat juga pada HP-ku. Dia menyempil di antara bedak tabur dan pembersih wajah. Aku buru-buru mengecek. Hmmmm, tidak ada yang meneleponku. Ada beberapa pesan. Satu per satu aku baca. Tapi, pesan yang tersimpan pukul 22.41 WIB yang menarik perhatian. Aku baru membacanya satu jam kemudian. Dari temanku Andi. Pesannya singkat. Mazmur 139.
Itulah Andi. Satu-satunya teman cowokku yang paling rajin mengirim Firman buatku. God bless you, Andi. Setelah membaca selintas Mazmur 139, aku langsung menyebarkan pesan yang sama ke Lisa, sahabatku. Aku bilang pada Lisa bahwa pesan ini dari Andi. Aku ingin Lisa tahu bahwa pesan dari Andi membuat aku merasa dikasihi Tuhan, sangat. Suara tokek (dia juga ada kamarku, ternyata) terdengar saat layar HPku mengatakan pesan telah terkirim.
Setelah bersih-bersih, barulah aku kembali memelototi ayat itu. Aku pun mulai membaca perlahan. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Terus ke ayat-ayat berikut. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tanganMu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya... Sampai di ayat terakhir. Lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Tinggal berapa detik lagi jarum jam menuju angka 04.00 WIB. "Aku kangen, TUHAN!" Dan, mataku terpejam.