Piyama
Moses, keponakanku, mau ulang tahun. Tanggal 20 Mei nanti dia genap umur enam tahun. Bingung juga memikirkan kado buat dia.
Belakangan dia sering bicara tentang piyama. Aku dengar ini dari adikku, Jenny. Memang mereka lebih sering berdua, jadi Jenny lebih banyak tahu perkembangan Moses kecilku daripada aku (huuuuuu gondok deh).
Aneh saja Moses bertanya-tanya tentang piyama. Sebab, dari kecil dia selalu memakai piyama. Bahkan, dia juga punya piyama batik yang dibelikan khusus oleh sahabatku, Yana, ketika sedang liburan di Yogyakarta. Mungkin dia lupa.
Ketika Jenny sedang di mal, aku titip beli piyama buat Moses. Aku tidak memesan khusus warna dan bentuknya. Yang pasti Moses suka warna ungu. Terserah Jenny deh, yang penting Moses punya piyama lagi.
Ketika pulang kantor, seperti biasa, aku menanyakan Moses begitu membuka pintu rumah. Jenny memang sedang menunggu aku :) Dan, Moses kecilku sudah tidur.
"Wah, heboh!" kata Jenny.
"Begitu dapat piyama dia nggak berhenti omong. Cerewet banget. Lompat sana, lompat sini. Tabrak sana, tabrak sini, kayak cacing kepanasan."
"Dari tadi piyamanya dipegang terus, nggak mau dicuci."
"Begitu selesai makan malam, dia langsung sikat gigi dan bilang mengantuk."
Ini hal yang di luar kebiasaan. Moses kecilku ini punya banyak alasan agar jangan buru-buru tidur. Mulai dari mau gambarlah, masih pusing, belum kenyang, lagi bingung, "kayaknya Moses stres deh," (kecil-kecil stres he he he).
Aku buru-buru ke kamar. Moses lagi tidur. Tubuh mungilnya memeluk bantal menyamping ke arah lantai. Wajahnya menghadap ke kaca duduk yang sengaja diletakkan di depannya. Mungkin dia pulas karena capek sendiri melihat penampilannya dalam piyama :)
Aku keluar mendapati Jenny yang masih menunggu. Dia pasti ingin tahu bagaimana komentarku.
"Duhhhhhhhh, piyama itu kan mustinya untuk kado ultahhhhhhhhh," kataku.
"Yahhhhhhh, nggak bilang sihhhhhh," kata adikku.
Hmmmmm, sebenarnya sih, aku nggak masalah. Masih ada waktu untuk mencari kado lain. Tapi, aku tetap kesal, sedikit sih. Nggak, aku memang kesal. Sebab, bukan aku yang memberi piyama itu dan melihat sendiri Moses kecilku menikmati piyama dengan warna dasar putih sampai loyo dan tertidur. Masak aku cuma sebagai pemeran pembantu. Hanya menemani Moses yang sudah tidur dengan piyama barunya. Hello keadilan, di mana kamuuuuuuuuuu.
Moses, keponakanku, mau ulang tahun. Tanggal 20 Mei nanti dia genap umur enam tahun. Bingung juga memikirkan kado buat dia.
Belakangan dia sering bicara tentang piyama. Aku dengar ini dari adikku, Jenny. Memang mereka lebih sering berdua, jadi Jenny lebih banyak tahu perkembangan Moses kecilku daripada aku (huuuuuu gondok deh).
Aneh saja Moses bertanya-tanya tentang piyama. Sebab, dari kecil dia selalu memakai piyama. Bahkan, dia juga punya piyama batik yang dibelikan khusus oleh sahabatku, Yana, ketika sedang liburan di Yogyakarta. Mungkin dia lupa.
Ketika Jenny sedang di mal, aku titip beli piyama buat Moses. Aku tidak memesan khusus warna dan bentuknya. Yang pasti Moses suka warna ungu. Terserah Jenny deh, yang penting Moses punya piyama lagi.
Ketika pulang kantor, seperti biasa, aku menanyakan Moses begitu membuka pintu rumah. Jenny memang sedang menunggu aku :) Dan, Moses kecilku sudah tidur.
"Wah, heboh!" kata Jenny.
"Begitu dapat piyama dia nggak berhenti omong. Cerewet banget. Lompat sana, lompat sini. Tabrak sana, tabrak sini, kayak cacing kepanasan."
"Dari tadi piyamanya dipegang terus, nggak mau dicuci."
"Begitu selesai makan malam, dia langsung sikat gigi dan bilang mengantuk."
Ini hal yang di luar kebiasaan. Moses kecilku ini punya banyak alasan agar jangan buru-buru tidur. Mulai dari mau gambarlah, masih pusing, belum kenyang, lagi bingung, "kayaknya Moses stres deh," (kecil-kecil stres he he he).
Aku buru-buru ke kamar. Moses lagi tidur. Tubuh mungilnya memeluk bantal menyamping ke arah lantai. Wajahnya menghadap ke kaca duduk yang sengaja diletakkan di depannya. Mungkin dia pulas karena capek sendiri melihat penampilannya dalam piyama :)
Aku keluar mendapati Jenny yang masih menunggu. Dia pasti ingin tahu bagaimana komentarku.
"Duhhhhhhhh, piyama itu kan mustinya untuk kado ultahhhhhhhhh," kataku.
"Yahhhhhhh, nggak bilang sihhhhhh," kata adikku.
Hmmmmm, sebenarnya sih, aku nggak masalah. Masih ada waktu untuk mencari kado lain. Tapi, aku tetap kesal, sedikit sih. Nggak, aku memang kesal. Sebab, bukan aku yang memberi piyama itu dan melihat sendiri Moses kecilku menikmati piyama dengan warna dasar putih sampai loyo dan tertidur. Masak aku cuma sebagai pemeran pembantu. Hanya menemani Moses yang sudah tidur dengan piyama barunya. Hello keadilan, di mana kamuuuuuuuuuu.