Pagi Manis
Pagi begitu manis. Sinar matahari hangat. Cahayanya membuat warna hijau daun begitu cerah. Air menetes pelan-pelan dari puncak tanaman turun ke ranting, daun, bunga, batang, dan meluncur ke tanah. Tanah yang tersiram air seperti brownies dengan bau yang beda. Bau tanah kental.
Pagi manis-manis selalu mengingatkan aku pada Mama. Mungkin tidak ada orang yang tahu bahwa aku kecil senang memperhatikan Mama menyambut pagi. Begitu lembut, bersih, basah, hijau, dan sederhana.
Aku tidak tahu persis jam bangun tidur Mama. Tapi, aku selalu terbangun oleh lagu-lagu country dari Kenny Rogers, Dolly Parton, Olivia Newton-John, dan banyak lagi. Juga lagu-lagu lama yang dibawakan Skeeter Davies, Diana Ross, Connie Francis, ABBA, Carpenters dan teman-temannya. Juga lagu-lagu rohani yang dibawakan Lex`s Trio. Volumenya tidak terlalu kencang. Tapi, aku selalu terbangun dan menikmati semua kelembutan ini.
Tanpa melihat pun aku tahu persis posisi Mama saat itu. Mama duduk sendirian di kamar tamu kecil di salah satu rumah di asrama polisi tempat aku menghabiskan masa kecil. Mama selalu duduk di kursi yang paling pojok. Setengah membelakangi lemari kayu yang memuat salon yang mengapit tape. Selalu ada segelas kopi hitam pekat di meja. Kadang-kadang ada sepiring kecil kue atau roti.
Kakinya selalu telanjang, mencium lantai yang baru saja dipel. Meja dan lemari juga sudah bebas dari debu. Bersih. Pintu dibuka lebar-lebar, jendela juga.
Mata mama selalu memandang teras. Bekas guyuran air masih berkilat di puluhan pot bunga dengan berbagai ukuran. Semen di teras juga masih basah. Halaman juga basah. Bau tanah kental.
Kadang-kadang mama ikut bernyanyi dengan suara mezosoprannya. Mama hafal semua lagu. Suara Mama mirip Diana Ross, melengking, sedikit berdesah, dan agak tipis.
Lagu-lagu dari ruang tamu selalu membuat aku tenang dan tak jarang ikut bersenandung. Aku pernah meminta Mama menuliskan salah satu lagu yang sering diputar. Aku lupa judulnya. Penyanyinya perempuan. Lirik yang masih teringat di kepalaku cuma, I wanna hold you in my dreams na na na... Notnya, 3 33 5 56 5 4 2...
Lagu ini aku hafalkan sampai saat kita makan. Bapaku beberapa kali menegurku karena tanpa sadar aku menyanyikan lagu ini saat makan bersama. Ditegur berhenti, kemudian menyanyi lagi. Aku baru diam setelah dibentak keras dan sendok yang aku pegang terjatuh. Mama, kakak perempuanku, dan adik-adikku berusaha keras menahan tawa. Setelah selesai makan, mereka semua menertawakanku. Aku juga ikut terbahak sambil menunjukkan kertas syair lagu yang aku jepit di bawah piring makan. Tentu saja dengan air mata masih berlinang karena dimarahi he he he.
Aku pernah beberapa kali duduk di samping Mama di pagi yang manis-manis itu. Menyanyikan beberapa lagu bersama--termasuk lagu kasus itu :) Tapi, aku lebih senang menikmati kesenangan Mama dari tempat tidurku. Sebab, Mama sepertinya tidak ingin diganggu.
Dahulu aku merasa Mama tidak senang ditemani di pagi manis-manis itu. Tapi, belakangan aku sadar bahwa kehadiran kami anak-anaknya seakan-akan weker agar Mama terbangun dari keasyikan paginya. Setelah mematikan tape, Mama mulai mendengar "lagu-lagu" kami: tangisan, sungut, teriakan mencari sepatu, kaus kaki, bertengkar rebutan kamar mandi, sisir, bedak... Belum lagi dengan menyiapkan pakaian dinas Bapaku, mengatur belanja, memesan ini itu. Rusuh pokoknya. Padahal, Mama juga harus membenahi urusan pribadinya, termasuk bersiap-siap ke kantor.
Mama membuat aku sering menciptakan suasana pagi yang manis-manis itu. Kelembutan dan kesederhanaan pagi manis-manis milik Mama sering muncul setelah lantai dipel dan ada lagu-lagu lembut. Saat-saat begini, aku dan adik-adikku duduk lesehan berhadapan lutut dengan minuman hangat, kadang-kadang kue kecil. Saat itu topik yang selalu kita bahas meski sebentar tak lain adalah tentang Mama.
Saat ini, suasana pagi manis-manis ini datang menyergap. Dari balik kaca kantor aku seperti merasakan kehangatan matahari di antara taman kecil di gedung tetangga. Aku juga mencium bau tanah kental di depan komputerku. Suasana ini membuat semangatku muncul lagi untuk menyelesaikan kerjaan yang, huuuuuu kok nggak ada habis-habisnya ya :)
Aku ingin sekali bilang terima kasih pada Mama untuk pagi manis-manisnya. Aku juga ingin Mama menikmati lagi pagi manis-manis untuk dirinya sendiri. Sebab, aku sudah lama tidak melihat Mama menikmati pagi manis-manisnya. O o jangan-jangan Mama lupa lagi...
Di pagi yang manis-manis ini, aku ingat Mama. Aku seperti mencium bau tanah dan lagu-lagu lembut dari ruang tamu kita. Tapi, hari ini aku ingin sekali menemani Mama. Duduk berdua menikmati pagi yang lembut, bersih, basah, hijau, dan sederhana. Khususnya di hari ini, di ulang tahun Mama yang ke-60. Happy birthday Ma!
Pagi begitu manis. Sinar matahari hangat. Cahayanya membuat warna hijau daun begitu cerah. Air menetes pelan-pelan dari puncak tanaman turun ke ranting, daun, bunga, batang, dan meluncur ke tanah. Tanah yang tersiram air seperti brownies dengan bau yang beda. Bau tanah kental.
Pagi manis-manis selalu mengingatkan aku pada Mama. Mungkin tidak ada orang yang tahu bahwa aku kecil senang memperhatikan Mama menyambut pagi. Begitu lembut, bersih, basah, hijau, dan sederhana.
Aku tidak tahu persis jam bangun tidur Mama. Tapi, aku selalu terbangun oleh lagu-lagu country dari Kenny Rogers, Dolly Parton, Olivia Newton-John, dan banyak lagi. Juga lagu-lagu lama yang dibawakan Skeeter Davies, Diana Ross, Connie Francis, ABBA, Carpenters dan teman-temannya. Juga lagu-lagu rohani yang dibawakan Lex`s Trio. Volumenya tidak terlalu kencang. Tapi, aku selalu terbangun dan menikmati semua kelembutan ini.
Tanpa melihat pun aku tahu persis posisi Mama saat itu. Mama duduk sendirian di kamar tamu kecil di salah satu rumah di asrama polisi tempat aku menghabiskan masa kecil. Mama selalu duduk di kursi yang paling pojok. Setengah membelakangi lemari kayu yang memuat salon yang mengapit tape. Selalu ada segelas kopi hitam pekat di meja. Kadang-kadang ada sepiring kecil kue atau roti.
Kakinya selalu telanjang, mencium lantai yang baru saja dipel. Meja dan lemari juga sudah bebas dari debu. Bersih. Pintu dibuka lebar-lebar, jendela juga.
Mata mama selalu memandang teras. Bekas guyuran air masih berkilat di puluhan pot bunga dengan berbagai ukuran. Semen di teras juga masih basah. Halaman juga basah. Bau tanah kental.
Kadang-kadang mama ikut bernyanyi dengan suara mezosoprannya. Mama hafal semua lagu. Suara Mama mirip Diana Ross, melengking, sedikit berdesah, dan agak tipis.
Lagu-lagu dari ruang tamu selalu membuat aku tenang dan tak jarang ikut bersenandung. Aku pernah meminta Mama menuliskan salah satu lagu yang sering diputar. Aku lupa judulnya. Penyanyinya perempuan. Lirik yang masih teringat di kepalaku cuma, I wanna hold you in my dreams na na na... Notnya, 3 33 5 56 5 4 2...
Lagu ini aku hafalkan sampai saat kita makan. Bapaku beberapa kali menegurku karena tanpa sadar aku menyanyikan lagu ini saat makan bersama. Ditegur berhenti, kemudian menyanyi lagi. Aku baru diam setelah dibentak keras dan sendok yang aku pegang terjatuh. Mama, kakak perempuanku, dan adik-adikku berusaha keras menahan tawa. Setelah selesai makan, mereka semua menertawakanku. Aku juga ikut terbahak sambil menunjukkan kertas syair lagu yang aku jepit di bawah piring makan. Tentu saja dengan air mata masih berlinang karena dimarahi he he he.
Aku pernah beberapa kali duduk di samping Mama di pagi yang manis-manis itu. Menyanyikan beberapa lagu bersama--termasuk lagu kasus itu :) Tapi, aku lebih senang menikmati kesenangan Mama dari tempat tidurku. Sebab, Mama sepertinya tidak ingin diganggu.
Dahulu aku merasa Mama tidak senang ditemani di pagi manis-manis itu. Tapi, belakangan aku sadar bahwa kehadiran kami anak-anaknya seakan-akan weker agar Mama terbangun dari keasyikan paginya. Setelah mematikan tape, Mama mulai mendengar "lagu-lagu" kami: tangisan, sungut, teriakan mencari sepatu, kaus kaki, bertengkar rebutan kamar mandi, sisir, bedak... Belum lagi dengan menyiapkan pakaian dinas Bapaku, mengatur belanja, memesan ini itu. Rusuh pokoknya. Padahal, Mama juga harus membenahi urusan pribadinya, termasuk bersiap-siap ke kantor.
Mama membuat aku sering menciptakan suasana pagi yang manis-manis itu. Kelembutan dan kesederhanaan pagi manis-manis milik Mama sering muncul setelah lantai dipel dan ada lagu-lagu lembut. Saat-saat begini, aku dan adik-adikku duduk lesehan berhadapan lutut dengan minuman hangat, kadang-kadang kue kecil. Saat itu topik yang selalu kita bahas meski sebentar tak lain adalah tentang Mama.
Saat ini, suasana pagi manis-manis ini datang menyergap. Dari balik kaca kantor aku seperti merasakan kehangatan matahari di antara taman kecil di gedung tetangga. Aku juga mencium bau tanah kental di depan komputerku. Suasana ini membuat semangatku muncul lagi untuk menyelesaikan kerjaan yang, huuuuuu kok nggak ada habis-habisnya ya :)
Aku ingin sekali bilang terima kasih pada Mama untuk pagi manis-manisnya. Aku juga ingin Mama menikmati lagi pagi manis-manis untuk dirinya sendiri. Sebab, aku sudah lama tidak melihat Mama menikmati pagi manis-manisnya. O o jangan-jangan Mama lupa lagi...
Di pagi yang manis-manis ini, aku ingat Mama. Aku seperti mencium bau tanah dan lagu-lagu lembut dari ruang tamu kita. Tapi, hari ini aku ingin sekali menemani Mama. Duduk berdua menikmati pagi yang lembut, bersih, basah, hijau, dan sederhana. Khususnya di hari ini, di ulang tahun Mama yang ke-60. Happy birthday Ma!