Ratu Kwartet
Ratu Kwartet. Begitu kami menjuluki Wulan, yang baru berumur 7 tahun 17 Februari silam. Yang ada di pikirannya memang cuma main kwartet atau kartu bergambar. Pulang sekolah main kwartet. Sebelum buat pekerjaan rumah main kwartet. Sebelum makan, mau mandi, bahkan sebelum tidur. Bermain kwartet bisa berjam-jam. "Daripada Wulan main di luar," begitu kata dia ketika ditegur terlalu banyak menghabiskan waktu dengan bermain kwartet. Benar juga dia.
Kami punya tiga seri kwartet. Ada kwartet Pedang Roh, Perjanjian Lama, dan campuran Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Kwartet campuran Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama yang dipakai sekarang itu adalah kwartet kedua. Yang pertama sudah rusak berat. Wulan sengaja menandai beberapa kartu dengan spidol, krayon, pensil, dan ada yang sengaja disobek. Dengan begitu dia bisa leluasa meminta kartu ke lawannya.
Ratu Kwartet biasa bermain dengan Moses, Pangeran Kwartet. Ketika bermain, banyak istilah lucu berseliweran. Jika tidak ada kartu mereka mengatakan oh no, my baby--kata-kata ini ditiru dari film Baby Genius--,ora ono, atau banyak sekali bunyi-bunyian dari mulut yang tidak jelas.
Permainan ini memang menyenangkan, sangat menyenangkan malah. Mereka jadi belajar membaca benar. Sebab, salah baca berarti kesempatan untuk meminta kartu pada lawan lewat. Permainan ini juga sekaligus untuk memperkenalkan mereka pada tokoh-tokoh Alkitab, peristiwa-peristiwa dalam Kitab Suci, serta sejumlah ayat. Khusus dalam seri Pedang Roh misalnya, kami belajar Firman soal melawan kebohongan, melawan iri hati, melawan omongan kotor, dan masih banyak lagi.
Bermain kwartet juga harus pakai strategi. Tak jarang kami sengaja meminta kartu yang ada di tangan untuk mengecoh lawan. Belum lagi dengan lirak-lirik kartu yang kerap bikin ada yang menangis. Ada kubu-kubuan. Tak jarang di antara kami berkongsi saling memberi kode untuk memberitahu kartu masing-masing.
Gambar kwartet lucu-lucu. Daud misalnya berambut keriting, begitu juga dengan Ester. Matanya tokoh-tokoh Alkitab ini bermata segede Dora the Explorer. Warnanya juga cerah sehingga menarik. Moses sering tertawa sendiri melihat gambar-gambarnya dan senang melihat gambar Rut--dalam salah seri Tokoh Wanita.
Waktu kecil aku punya beragam koleksi kwartet. Mulai dari tokoh dongeng Walt Disney hingga artis pop. Tapi, kegembiraan bermain dengan Ratu dan Pangeran Kwartet beda. Bisa jadi karena itu, aku jarang menolak diajak bermain. Bahkan, selalu mengajak mereka bermain. Sebab, ajakan itu pasti dijawab dengan senyum lebar tertahan dan mata berbinar-binar.
Kwartet lebih seru kalau dimainkan empat orang. Kadang-kadang Ratu dan Pangeran bermain dengan mama dan bapaknya. Tapi, kebanyakan permainan ini dimainkan berdua saja. Yang pasti tokoh utamanya ya, Ratu dan Pangeran Kwartet.
Sebenarnya bermain berdua lebih lama. Sudah begitu, tangan kecil Ratu dan Pangeran terlihat keberatan dengan tumpukan kartu. Maklum satu permainan ada 12 seri yang masing-masing terdiri dari empat kartu. Tak jarang, mereka masih tetap meminta meski sudah mengumpulkan empat kartu. Kesalahan kecil inilah yang selalu meramaikan permainan.
Hari Minggu kemarin kami ke Bogor, Jawa Barat, melihat rumah baru Ratu dan Pangeran Kwartet. Dalam perjalanan pulang naik bus, kami bermain kwartet. Jangan ditanya deh soal berisiknya. Moses yang duduk di bangku depan harus berdiri menghadap aku, Wulan, dan Jenny, adikku, yang duduk di kursi belakangnya. Permainan ini membuat Wulan lupa pada penyakit mualnya saat naik bus. Perjalanan terasa begitu cepat.
Wulan memang Ratu Kwartet. Dia hampir menghafal semua seri. Kadang-kadang kami memang sengaja menghafal masing-masing kartu. Seri 5 + 2 = 5000 misalnya, terdiri dari a. Yesus mengajar; b. lima roti dan dua ikan; c. Yesus memberkati; d. sisa 12 bakul. Saking kesengsemnya, permainan kartu bergambar ini sampai terbawa mimpi. Suatu kali dia mengigau, "Wulan minta Yusuf: di penjara, dimasukkan sumur, dan berjubah baruuuu."
Ratu Kwartet. Begitu kami menjuluki Wulan, yang baru berumur 7 tahun 17 Februari silam. Yang ada di pikirannya memang cuma main kwartet atau kartu bergambar. Pulang sekolah main kwartet. Sebelum buat pekerjaan rumah main kwartet. Sebelum makan, mau mandi, bahkan sebelum tidur. Bermain kwartet bisa berjam-jam. "Daripada Wulan main di luar," begitu kata dia ketika ditegur terlalu banyak menghabiskan waktu dengan bermain kwartet. Benar juga dia.
Kami punya tiga seri kwartet. Ada kwartet Pedang Roh, Perjanjian Lama, dan campuran Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Kwartet campuran Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama yang dipakai sekarang itu adalah kwartet kedua. Yang pertama sudah rusak berat. Wulan sengaja menandai beberapa kartu dengan spidol, krayon, pensil, dan ada yang sengaja disobek. Dengan begitu dia bisa leluasa meminta kartu ke lawannya.
Ratu Kwartet biasa bermain dengan Moses, Pangeran Kwartet. Ketika bermain, banyak istilah lucu berseliweran. Jika tidak ada kartu mereka mengatakan oh no, my baby--kata-kata ini ditiru dari film Baby Genius--,ora ono, atau banyak sekali bunyi-bunyian dari mulut yang tidak jelas.
Permainan ini memang menyenangkan, sangat menyenangkan malah. Mereka jadi belajar membaca benar. Sebab, salah baca berarti kesempatan untuk meminta kartu pada lawan lewat. Permainan ini juga sekaligus untuk memperkenalkan mereka pada tokoh-tokoh Alkitab, peristiwa-peristiwa dalam Kitab Suci, serta sejumlah ayat. Khusus dalam seri Pedang Roh misalnya, kami belajar Firman soal melawan kebohongan, melawan iri hati, melawan omongan kotor, dan masih banyak lagi.
Bermain kwartet juga harus pakai strategi. Tak jarang kami sengaja meminta kartu yang ada di tangan untuk mengecoh lawan. Belum lagi dengan lirak-lirik kartu yang kerap bikin ada yang menangis. Ada kubu-kubuan. Tak jarang di antara kami berkongsi saling memberi kode untuk memberitahu kartu masing-masing.
Gambar kwartet lucu-lucu. Daud misalnya berambut keriting, begitu juga dengan Ester. Matanya tokoh-tokoh Alkitab ini bermata segede Dora the Explorer. Warnanya juga cerah sehingga menarik. Moses sering tertawa sendiri melihat gambar-gambarnya dan senang melihat gambar Rut--dalam salah seri Tokoh Wanita.
Waktu kecil aku punya beragam koleksi kwartet. Mulai dari tokoh dongeng Walt Disney hingga artis pop. Tapi, kegembiraan bermain dengan Ratu dan Pangeran Kwartet beda. Bisa jadi karena itu, aku jarang menolak diajak bermain. Bahkan, selalu mengajak mereka bermain. Sebab, ajakan itu pasti dijawab dengan senyum lebar tertahan dan mata berbinar-binar.
Kwartet lebih seru kalau dimainkan empat orang. Kadang-kadang Ratu dan Pangeran bermain dengan mama dan bapaknya. Tapi, kebanyakan permainan ini dimainkan berdua saja. Yang pasti tokoh utamanya ya, Ratu dan Pangeran Kwartet.
Sebenarnya bermain berdua lebih lama. Sudah begitu, tangan kecil Ratu dan Pangeran terlihat keberatan dengan tumpukan kartu. Maklum satu permainan ada 12 seri yang masing-masing terdiri dari empat kartu. Tak jarang, mereka masih tetap meminta meski sudah mengumpulkan empat kartu. Kesalahan kecil inilah yang selalu meramaikan permainan.
Hari Minggu kemarin kami ke Bogor, Jawa Barat, melihat rumah baru Ratu dan Pangeran Kwartet. Dalam perjalanan pulang naik bus, kami bermain kwartet. Jangan ditanya deh soal berisiknya. Moses yang duduk di bangku depan harus berdiri menghadap aku, Wulan, dan Jenny, adikku, yang duduk di kursi belakangnya. Permainan ini membuat Wulan lupa pada penyakit mualnya saat naik bus. Perjalanan terasa begitu cepat.
Wulan memang Ratu Kwartet. Dia hampir menghafal semua seri. Kadang-kadang kami memang sengaja menghafal masing-masing kartu. Seri 5 + 2 = 5000 misalnya, terdiri dari a. Yesus mengajar; b. lima roti dan dua ikan; c. Yesus memberkati; d. sisa 12 bakul. Saking kesengsemnya, permainan kartu bergambar ini sampai terbawa mimpi. Suatu kali dia mengigau, "Wulan minta Yusuf: di penjara, dimasukkan sumur, dan berjubah baruuuu."