"Aku Setia, Kan!"
Aduh! Aku harus bangun lebih pagi. Moses berangkat sekolah dari tempatku. Biasanya dia selalu menangis setengah jam dulu baru mandi. Waktu cengeng ini bisa lebih lama kalau dia dibiarkan menonton televisi.
Moses sudah bangun lima belas menit lalu. Tapi, aku masih malas-malasan.
"Argggggghhhh!" Itu suara Moses. Wah! Lebih baik aku bangun daripada dia benar-benar menangis. Moses sedang mengucak-ucak mata di depan pintu kamar tidur. Aku buru-buru mengambilkan air putih buat Moses kecilku.
"Belum berdoa?"
Moses diam saja sambil memandangku dengan wajah separuh mengantuk.
"Mau mandi sekarang?"
Diam lagi.
"Mau digendong?"
Yang diajak omong malah berpaling, minum setengah gelas air putih, dan langsung ke kamar mandi. Aku cuma perlu membawa handuk, karena seperti biasa Moses selalu lupa membawa handuk.
Beberapa menit kemudian dia keluar kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Dia berlari ke kamar tamu. "Kirain di tv ada lagu Give Thanks," kata dia. Memang aku sedang memutar VCD instrumental dan saat itu lagu Give Thanks.
Moses juga berganti pakaian dengan manis. Rengekan manjanya cuma keluar saat minta uang jajan, meski sudah dikasih uang bekal. Menurut dia uang bekal itu beda dengan uang jajan, meski bekal dan jajan sama-sama dibeli di sekolah.
Setelah pakaian seragam TK-nya rapi, kita berdoa. Moses tersenyum lebar saat mataku terbuka setelah kita berdua mengatakan amin. "Aku setia, kan?" kata Moses.
Setia. Itulah kata yang kami pakai untuk menunjukkan semua kebaikan. Pada PAA dua Sabtu kemarin, kita belajar tentang setia. Bahwa Allah itu setia. Allah memberikan udara, matahari, hujan, panas, bulan, bintang, pagi, siang, dan malam pada semua orang. Entah dia baik, jahat, kaya, miskin, cengeng, suka bantu teman, suka usil..., pokoknya pada semua orang.
Jadi, kalau melihat bulan atau bintang atau merasakan siang dan malam, kita harus ingat bahwa Allah setia. Sekarang, kita mau nggak setia pada Allah yang baik banget itu. Allah yang sayang sama kita tanpa melihat baik buruknya kita. Kita mau setia nggak belajar bagaimana bisa menjadi anak Tuhan.
Kemudian pada Sabtu berikutnya, masing-masing anak menancapkan bunga di pot kesetiaan--yang idenya aku contek PEPAK, situs pelayanan anak. Bunga itu sudah mereka buat pada Sabtu sebelumnya. Jumlah bunga itu antara lain akan menunjukkan kadar kesetiaan aku dan sahabat-sahabat kecilku untuk mau belajar menjadi anak-anak Allah.
Sejak itu kita punya tiga kata kunci untuk mengatasi berbagai masalah dan menunjukkan kebaikan. Kalau ada yang usil, tinggal bilang, "Mau setia nggak?" dan selalu dijawab, "Mau," meski dengan mimik, intonasi, dan nada suara yang berbeda.
"Aku setia kan, Ne?" kata Moses lagi.
Aduh! Aku harus bangun lebih pagi. Moses berangkat sekolah dari tempatku. Biasanya dia selalu menangis setengah jam dulu baru mandi. Waktu cengeng ini bisa lebih lama kalau dia dibiarkan menonton televisi.
Moses sudah bangun lima belas menit lalu. Tapi, aku masih malas-malasan.
"Argggggghhhh!" Itu suara Moses. Wah! Lebih baik aku bangun daripada dia benar-benar menangis. Moses sedang mengucak-ucak mata di depan pintu kamar tidur. Aku buru-buru mengambilkan air putih buat Moses kecilku.
"Belum berdoa?"
Moses diam saja sambil memandangku dengan wajah separuh mengantuk.
"Mau mandi sekarang?"
Diam lagi.
"Mau digendong?"
Yang diajak omong malah berpaling, minum setengah gelas air putih, dan langsung ke kamar mandi. Aku cuma perlu membawa handuk, karena seperti biasa Moses selalu lupa membawa handuk.
Beberapa menit kemudian dia keluar kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Dia berlari ke kamar tamu. "Kirain di tv ada lagu Give Thanks," kata dia. Memang aku sedang memutar VCD instrumental dan saat itu lagu Give Thanks.
Moses juga berganti pakaian dengan manis. Rengekan manjanya cuma keluar saat minta uang jajan, meski sudah dikasih uang bekal. Menurut dia uang bekal itu beda dengan uang jajan, meski bekal dan jajan sama-sama dibeli di sekolah.
Setelah pakaian seragam TK-nya rapi, kita berdoa. Moses tersenyum lebar saat mataku terbuka setelah kita berdua mengatakan amin. "Aku setia, kan?" kata Moses.
Setia. Itulah kata yang kami pakai untuk menunjukkan semua kebaikan. Pada PAA dua Sabtu kemarin, kita belajar tentang setia. Bahwa Allah itu setia. Allah memberikan udara, matahari, hujan, panas, bulan, bintang, pagi, siang, dan malam pada semua orang. Entah dia baik, jahat, kaya, miskin, cengeng, suka bantu teman, suka usil..., pokoknya pada semua orang.
Jadi, kalau melihat bulan atau bintang atau merasakan siang dan malam, kita harus ingat bahwa Allah setia. Sekarang, kita mau nggak setia pada Allah yang baik banget itu. Allah yang sayang sama kita tanpa melihat baik buruknya kita. Kita mau setia nggak belajar bagaimana bisa menjadi anak Tuhan.
Kemudian pada Sabtu berikutnya, masing-masing anak menancapkan bunga di pot kesetiaan--yang idenya aku contek PEPAK, situs pelayanan anak. Bunga itu sudah mereka buat pada Sabtu sebelumnya. Jumlah bunga itu antara lain akan menunjukkan kadar kesetiaan aku dan sahabat-sahabat kecilku untuk mau belajar menjadi anak-anak Allah.
Sejak itu kita punya tiga kata kunci untuk mengatasi berbagai masalah dan menunjukkan kebaikan. Kalau ada yang usil, tinggal bilang, "Mau setia nggak?" dan selalu dijawab, "Mau," meski dengan mimik, intonasi, dan nada suara yang berbeda.
"Aku setia kan, Ne?" kata Moses lagi.