Durian Runtuh
Hidup itu indah karena penuh misteri. Tak ada yang bisa menebak apa yang terjadi besok. Sebab, hidup seseorang bisa berubah dalam hitungan, tahun, bulan, jam, menit, detik.
Adalah Sony, pemuda ceking yang selalu menjadi satu-satunya cowok yang paling seksi di rumah sebuah keluarga yang tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Dia selalu menjadi seksi repot. Dia tak pernah terlihat diam. Apalagi jika ada pesta atau ada acara. Pokoknya semua pekerjaan mulai yang remeh-temeh hingga membutuhkan tenaga kasar selalu dikerjakan.
Karena lulusan sekolah menengah kejuruan (dulu Sekolah Teknik Menengah), dia memang selalu maju mengurusi semua kegiatan yang berbau listrik. Sony juga selalu bergerak ke sana ke mari dengan sepeda bututnya. Mungkin karena terlalu aktif itulah produksi keringatnya melimpah. Baunya tidak sedap lagi. Ugh. Bau badannya sering menjadi bahan ejekan. Namun, Sony tenang saja. Habis memang bau sih, begitu kali, pikir dia.
Sony tinggal di rumah keluarga itu sejak sekolah menengah pertama. Semuanya berjalan tanpa sengaja. Sony dekat dengan salah satu anak keluarga ini. Mereka bertemu di Gereja Paulus, Menteng, Jakarta Pusat. Sejak itulah dia lebih sering menginap di rumah penuh bunga mawar. Dia bahkan menjadi anggota keluarga setelah ibunya dimasukkan ke panti jompo karena hilang ingatan.
Baru-baru ini, Sony ketiban durian runtuh. Rumah gubuknya di atas sebidang tanah dibeli pensiunan tentara berpangkat jenderal seharga Rp 80 juta. Sebenarnya harga itu terbilang murah untuk tanah di kawasan Menteng. Namun, Sony menerima saja. Sebab tanah itu memang tidak mempunyai sertifikat dan dokumen resmi lain.
Sony mendadak menjadi jutawan. Mungkin jumlah Rp 80 juta tidak berarti apa-apa bagi sebagian orang. Tapi, besar sekali bagi Sony yang cuma pegawai kecil di sebuah perusahaan. Dan, yang membahagiakan, hingga kini, dia tidak berubah. Masih Sony yang kerempeng dengan baju yang selalu ada luka.
Perubahan justru terjadi pada anggota keluarga yang menampungnya. Salah satu anaknya mengaku malu. Selama ini, mereka selalu memperlakukan Sony seperti pembantu. Berkata kasar seenak perut. Memandang sebelah mata pada lajang yang rambutnya selalu dipotong cepak itu. "Sekarang gantian kita yang bergantung sama Sony. Mama sama Papa tuh sering minta uang sama Sony," kata salah satu anaknya.
Kisah Sony menjadi pelajaran berharga bagi keluarga besar itu. Mereka seperti ditampar agar tidak lagi memperlakukan orang semena-mena. Seharusnya Sony diperlakukan seperti saudara, meski badannya bau, bajunya compang-camping, dan ibunya di panti jompo. "Lihat sekarang kita yang mengemis-ngemis sama Sony," kata sang anak.
Hidup itu indah karena penuh misteri. Tak ada yang bisa menebak apa yang terjadi besok. Sebab, hidup seseorang bisa berubah dalam hitungan, tahun, bulan, jam, menit, detik.
Adalah Sony, pemuda ceking yang selalu menjadi satu-satunya cowok yang paling seksi di rumah sebuah keluarga yang tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Dia selalu menjadi seksi repot. Dia tak pernah terlihat diam. Apalagi jika ada pesta atau ada acara. Pokoknya semua pekerjaan mulai yang remeh-temeh hingga membutuhkan tenaga kasar selalu dikerjakan.

Sony tinggal di rumah keluarga itu sejak sekolah menengah pertama. Semuanya berjalan tanpa sengaja. Sony dekat dengan salah satu anak keluarga ini. Mereka bertemu di Gereja Paulus, Menteng, Jakarta Pusat. Sejak itulah dia lebih sering menginap di rumah penuh bunga mawar. Dia bahkan menjadi anggota keluarga setelah ibunya dimasukkan ke panti jompo karena hilang ingatan.
Baru-baru ini, Sony ketiban durian runtuh. Rumah gubuknya di atas sebidang tanah dibeli pensiunan tentara berpangkat jenderal seharga Rp 80 juta. Sebenarnya harga itu terbilang murah untuk tanah di kawasan Menteng. Namun, Sony menerima saja. Sebab tanah itu memang tidak mempunyai sertifikat dan dokumen resmi lain.
Sony mendadak menjadi jutawan. Mungkin jumlah Rp 80 juta tidak berarti apa-apa bagi sebagian orang. Tapi, besar sekali bagi Sony yang cuma pegawai kecil di sebuah perusahaan. Dan, yang membahagiakan, hingga kini, dia tidak berubah. Masih Sony yang kerempeng dengan baju yang selalu ada luka.
Perubahan justru terjadi pada anggota keluarga yang menampungnya. Salah satu anaknya mengaku malu. Selama ini, mereka selalu memperlakukan Sony seperti pembantu. Berkata kasar seenak perut. Memandang sebelah mata pada lajang yang rambutnya selalu dipotong cepak itu. "Sekarang gantian kita yang bergantung sama Sony. Mama sama Papa tuh sering minta uang sama Sony," kata salah satu anaknya.
Kisah Sony menjadi pelajaran berharga bagi keluarga besar itu. Mereka seperti ditampar agar tidak lagi memperlakukan orang semena-mena. Seharusnya Sony diperlakukan seperti saudara, meski badannya bau, bajunya compang-camping, dan ibunya di panti jompo. "Lihat sekarang kita yang mengemis-ngemis sama Sony," kata sang anak.