Email buat Tuhan
Apa kabar Tuhan? Ini surat pertamaku. Aku sengaja menulis karena aku pikir berbicara saja tidak cukup.
Hari ini aku sedih sekali. Jakarta dibom lagi. Bom meledak di depan Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta Selatan. Aku menyaksikan ceceran daging berserakan. Mobil-mobil penyok dan rusak. Kaca-kaca gedung-gedung bertingkat rontok. Wajah dan tubuh penuh darah. Benar-benar mengerikan. Keluarga para korban menangisi korban yang tewas dan yang luka-luka.
Tuhan, aku bingung sekali. Apa yang salah dengan korban-korban itu? Apa yang salah dengan pengebom itu? Apa yang salah dengan aparat keamanan? Apa yang salah dengan kebijakan pemerintah? Apa yang salah dengan gedung-gedung? Apa yang salah dengan Kedubes Australia? Apa yang salah dengan jalan di Kuningan? Apa yang salah dengan Indonesia? Apa yang salah dengan sekitar? Apa yang salah?
Tuhan, hari ini aku bersyukur sekali. Sebab, sahabatku tidak jadi mengurus visa di ke Kedubes Australia hari ini. Padahal, sekitar pukul 09.00 WIB, temannya mengingatkan dia untuk buruan ke Kedubes. Tapi, aku sedih lagi melihat mereka yang menderita. Kenapa sih aku harus bergembira dan bersedih pada saat yang sama?
Tuhan, aku pikir pasti banyak yang salah dengan kita,
karena itu, Tuhan, tolong ajari kami untuk berbuat benar.
Pasti banyak yang salah dengan doa kita,
karena itu, Tuhan, ajari kami berdoa yang benar bagi para korban dan mereka yang mengebom.
Pasti banyak yang salah dengan cara kita menangani bom?
karena itu, Tuhan, ajari kami mencegah semua pengeboman dengan cara-MU
Pasti banyak yang salah dengan cara kita menuduh dalang pengeboman?
karena itu, Tuhan, ajari kami berbicara yang benar saja
Pasti banyak yang salah dengan cara kita menjaring tersangka?
karena itu, Tuhan, ajari kami menyelidiki dengan hikmat-MU
pasti banyak yang salah dengan sistem keamanan kita?
karena itu, Tuhan, ajari kami berjaga-jaga dengan ENGKAU
Tuhan, September ini begitu banyak yang jadi korban kekerasan. Ratusan orang tewas di Beslan, Rusia, dan banyak di antaranya adalah anak-anak. Begitu juga dengan korban kelaparan dan korban perang di mana saja. Sekarang ditambah lagi dengan korban bom di Jakarta. Aku hanya berharap mereka semua bertemu dan berbahagia bersama para malaikat dan orang kudus di surga? Amin.
Apa kabar Tuhan? Ini surat pertamaku. Aku sengaja menulis karena aku pikir berbicara saja tidak cukup.
Hari ini aku sedih sekali. Jakarta dibom lagi. Bom meledak di depan Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta Selatan. Aku menyaksikan ceceran daging berserakan. Mobil-mobil penyok dan rusak. Kaca-kaca gedung-gedung bertingkat rontok. Wajah dan tubuh penuh darah. Benar-benar mengerikan. Keluarga para korban menangisi korban yang tewas dan yang luka-luka.
Tuhan, aku bingung sekali. Apa yang salah dengan korban-korban itu? Apa yang salah dengan pengebom itu? Apa yang salah dengan aparat keamanan? Apa yang salah dengan kebijakan pemerintah? Apa yang salah dengan gedung-gedung? Apa yang salah dengan Kedubes Australia? Apa yang salah dengan jalan di Kuningan? Apa yang salah dengan Indonesia? Apa yang salah dengan sekitar? Apa yang salah?
Tuhan, hari ini aku bersyukur sekali. Sebab, sahabatku tidak jadi mengurus visa di ke Kedubes Australia hari ini. Padahal, sekitar pukul 09.00 WIB, temannya mengingatkan dia untuk buruan ke Kedubes. Tapi, aku sedih lagi melihat mereka yang menderita. Kenapa sih aku harus bergembira dan bersedih pada saat yang sama?
Tuhan, aku pikir pasti banyak yang salah dengan kita,
karena itu, Tuhan, tolong ajari kami untuk berbuat benar.
Pasti banyak yang salah dengan doa kita,
karena itu, Tuhan, ajari kami berdoa yang benar bagi para korban dan mereka yang mengebom.
Pasti banyak yang salah dengan cara kita menangani bom?
karena itu, Tuhan, ajari kami mencegah semua pengeboman dengan cara-MU
Pasti banyak yang salah dengan cara kita menuduh dalang pengeboman?
karena itu, Tuhan, ajari kami berbicara yang benar saja
Pasti banyak yang salah dengan cara kita menjaring tersangka?
karena itu, Tuhan, ajari kami menyelidiki dengan hikmat-MU
pasti banyak yang salah dengan sistem keamanan kita?
karena itu, Tuhan, ajari kami berjaga-jaga dengan ENGKAU
Tuhan, September ini begitu banyak yang jadi korban kekerasan. Ratusan orang tewas di Beslan, Rusia, dan banyak di antaranya adalah anak-anak. Begitu juga dengan korban kelaparan dan korban perang di mana saja. Sekarang ditambah lagi dengan korban bom di Jakarta. Aku hanya berharap mereka semua bertemu dan berbahagia bersama para malaikat dan orang kudus di surga? Amin.