<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6496619\x26blogName\x3d-::+L+O+V+E+will+S+E+T+you+F+R+E+E::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tinneke.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tinneke.blogspot.com/\x26vt\x3d-6149671454343776068', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Friday, August 13, 2004
Putri Masako

Seorang ibu bercerita pada anaknya sebelum tidur.

Alkisah, hiduplah seorang wanita di Tokyo, Jepang. Dia periang dan cerdas. Namanya Masako Owada. Masako lahir dari keluarga berada di Tokyo, 9 Desember 1963. Ayahnya, Hisashi Owada, adalah diplomat senior di Departemen Luar Negeri Jepang. Masako mengecap sekolah taman kanak-kanak di Moskow, Rusia. Pendidikan sekolah menengah pertama diperoleh di New York, Amerika Serikat, dan Tokyo. Sekolah menengah umum dijalani juga Tokyo dan Boston, AS.

Pada 1985, Masako lulus dari fakultas ekononi Universitas Harvard, AS, dengan predikat sangat memuaskan. Di tahun yang sama, Masako yang senang olah raga petualangan ini juga menyelesaikan kuliah hukumnya di Universitas Tokyo.

Masako mengikuti jejak ayahnya dengan bekerja di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jepang pada April 1987. Ketika ditempatkan di luar negeri, gadis yang senang mendengarkan musik ini sekolah lagi di Balliol di Universitas Oxford. Kemudian dia kembali ke Tokyo pada 1990. Dia menempati posisi di Biro Urusan Amerika Utara.

Karier Masako di Kemlu sangat cemerlang. Saking cinta pada pekerjaannya, perempuan yang fasih berbahasa Inggris, Jerman, dan Prancis tak terlalu mempedulikan kehidupan asmaranya. Namun, semua itu berubah ketika bertemu dan jatuh cinta pada Pangeran Naruhito.

Kisah cinta pasangan beda kelas ini terbilang romantis. Meski Putra Mahkota, Naruhito nekat menabrak aturan protokoler untuk menemui Masako di rumah ayahnya di Senzuko, Distrik Meguro, Tokyo. Untuk menemui kekasihnya, Naruhito sering mengendap-endap dengan mobil van yang seluruh jendela kacanya tertutup rapat dan muncul begitu saja di depan rumah pujaan hatinya.

Pers nyaris tak mencium kedekatan pasangan ini. Sampai kedua sejoli mengumumkan rencana pernikahan dan mengikat janji sehidup semati di musim semi tepat pada 9 Juni 1993. Seluruh rakyat Negeri Sakura menyambut pernikahan pasangan ningrat dan intelek ini dengan sukacita. Perkawinan berlangsung meriah dan semua orang mendoakan agar mereka hidup bahagia selamanya.

Di tahun-tahun pertama pernikahan, Putri Masako sering tampil mendampingi suaminya. Memang, kedua pasangan ini ingin agar Masako menjadi diplomat kekaisaran. Sayangnya, pihak kerajaan yang masih konservatif menentang. Selama 11 tahun menjadi istri Pangeran Naruhito, keduanya baru lima kali ke luar negeri. Pihak istana ingin Putri Masako mengurus suami dan rumah tangga saja. Bahkan, Masako harus selalu berjalan di belakang suaminya.

Pangeran dan Putri juga didesak segera memberi keturunan untuk calon pewaris takhta. Hal ini membuat Putri Masako tertekan dan mulai jarang tampil di muka umum. Enam tahun kemudian Putri Masako hamil namun keguguran. Setelah lebih dari delapan tahun menjalani perawatan ketidaksuburan, akhirnya Putri Masako hamil dan melahirkan Putri Aiko pada 1 April 2001.

Kehadiran Putri Aiko justru semakin menekan Putri Masako. Di usia menjelang 40 tahun, Putri Masako mengalami depresi berat. Rakyat pun bersedih. Sebagian besar rakyat ingin melihat senyum Putri Masako lagi. Namun, Putri Masako malah diharuskan beristirahat dan menenangkan pikirannya.

Pangeran Naruhito yang mencintai istrinya juga ikut meradang. Melalui juru bicara istana, pangeran berusia 44 tahun ini mengatakan dahulu Masako adalah wanita muda yang ramah, periang, dengan karier diplomatik yang cerah. Sekarang, kekasih hatinya itu lelah luar biasa setelah berusaha keras mengadaptasi kehidupan di Istana Kaisar.

Warga dan para petinggi istana mulai sibuk mencari obat untuk menyembuhkan Putri Masako sekaligus menghilangkan kepedihan Pangeran Naruhito. Ada yang mengusulkan agar Pangeran menceraikan Putri Masako dan mengawini wanita lain untuk mendapatkan anak laki-laki. Namun, sebagian lain mengingatkan ayahlah yang menentukan jenis kelamin anak. Bagaimana jika dalam perkawinannya nanti Pangeran tidak juga dikaruniai anak perempuan? Lagipula, tak ada kamus cerai dalam kamus singgasana Chrysanthemum.

Tentu saja pangeran dan putri tidak ingin berpisah. Selama ini, Putri Masako dan Pangeran Naruhito mempersiapkan agar putri semata wayang mereka menjadi pewaris takhta kaisar yang sudah berumur 2.000 tahun lebih. Namun, para pengurus Istana tak ingin kekaisaran tertua di dunia ini dipimpin oleh kaisar wanita. Sebab, Kaisar dianggap sebagai lambang kebudayaan Jepang dan dewa Shinto, agama yang tidak mempunyai pendeta perempuan.

Kekhawatiran Masako sebelum menikah dulu menjadi kenyataan. Masako pernah mengatakan pada teman-temannya bahwa dia takut tidak bisa bertemu dengan rakyat karena hidup di balik tembok istana dan berhenti dari kariernya.

Masalah ini menjadi perbincangan seluruh negeri. Kebanyakan rakyat bertekad mendukung Putri Masako dan Pangeran Naruhito agar Putri Aiko menjadi kaisar. Sebab, kekaisaran yang tidak pernah putus selama 20 abad ini juga pernah dipimpin oleh perempuan. Di antara 593 dan 1771, ada delapan Kaisar Wanita yang memimpin Jepang. Namun, sejak 1889, suksesi secara sah dibatasi hanya untuk pria.

Sebaliknya, banyak juga yang menolak pikiran ini. Menurut mereka, jika kaisar wanita, pihak kerajaan harus berhadapan dengan persoalan baru untuk menentukan calon suami kaisar. Mereka juga khawatir si suami memiliki pengaruh yang besar pada kaisar dan calon pewaris takhta kelak. Karena itu mereka menolak mentah-mentah usulan ini. Akhirnya, rakyat dan pengurus istana saling bermusuhan...

Si Ibu menghentikan ceritanya melihat anaknya memejamkan mata. Perlahan si Ibu turun dari tempat tidur dan merapikan selimut putri kecilnya. "Bu kenapa Putri Masako dan Pangeran Naruhito tidak membawa Putri Aiko pergi dari istana saja?" kata si anak masih dengan mata terpejam. "Andai semua masalah tentang perempuan sesederhana itu," kata si Ibu dalam hati.

2 Comments :

kasian Masako... kalau seandainya ia hidup dan tidak terikat dengan keluarga kerajaan kira-kira hal luar biasa kayak apa yang bisa dibbuat wanita cerdas itu ya?
hmmm, kita hanya bisa mengira-ngira, karen hal itu sulit terjadi..

# by Anonymous Anonymous, at 1:03 PM  

--------------------

seandainya kekaisaran jepang sprti kerajaan belanda yg ga mmpermasalahkan perempuan or laki-laki sbg penerus tahta,tentunya putri masako ga akan sepusing n sedepresi itu..

# by Anonymous didu, at 11:10 PM  

--------------------

Post a Comment

home

my book
It's my first book!
messages
Name :
Web URL :
Message :


archives
links
resources
hit counter
Free Web Counter

BlogFam Community