Bergosip? Please Deh!
DIGOSOK makin sip, itulah gosip. Tanpa sadar kita hidup dalam lingkaran gosip. Di mana saja kita bisa mendengar, membicarakan, menulis, dan menikmati cerita-cerita yang belum tentu kebenarannya. Entah gosip itu terlontar dari mulut sendiri, teman, saudara, kenalan, narasumber atau tanpa sengaja kita mendengar rumpian orang lain. Gosip juga bisa muncul di sekolah, kantor, tempat makan, kendaraan umum, salon, dan toilet. Bahkan, berita gosip artis di televisi muncul sejak pagi buta sampai tengah malam. Gawatnya lagi, gosip bahkan juga terdengar di gereja atau pertemuan jemaat.
Sebenarnya gosip cuma obrolan sekenanya yang kadang-kadang bisa melancarkan pembicaraan yang macet. Namun, selalu ditanggapi beragam dan justru akan melebar. Padahal, perguncingan tidak sehat tentang orang yang dikenal dekat atau mereka yang tak berhubungan sama sekali dengan kita dapat menghancurkan perasaan dan reputasi seseorang. Bayangkan jika kita yang digosipkan. Tak enak kan.
Setiap berada dalam arus gosip, ada baiknya kita memperhatikan jari tangan. Saat menunjuk dengan jari telunjuk, ada tiga jari lain yang mengarah pada kita. Mungkin hari ini kita membicarakan orang lain. Besok, bisa jadi ada tiga atau empat orang yang membicarakan tentang diri kita. Maukah kita dipermalukan?
Puji Tuhan, sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kita sedang bergosip. Sebab, Roh Kudus akan mengingatkan kita dengan perasaan tidak enak saat membicarakan hal-hal yang tidak sesuai. Amsal 4:22 menyatakan, "Janganlah sekali-kali mengucapkan sesuatu yang tidak benar. Jauhkanlah ucapan-ucapan dusta dan kata-kata yang dimaksud untuk menyesatkan orang." [Terjemahan bahasa Indonesia sehari-hari]. Mendengar gosip juga sia-sia. Sebab, menyimak guncingan sama jeleknya dengan menyebarkan kata-kata negatif tentang seseorang. Amsal 26:22 mengatakan, fitnah itu enak rasanya; orang suka menelannya."
Semua orang bisa berdiskusi panjang lebar tanpa menyakiti orang lain. Salah satu caranya adalah berpikir positif tentang apapun. Seperti nasihat Rasul Paulus kepada umat di Filipi 4:8. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Jika pembicaraan mulai menjurus ke gosip, kita bisa mengalihkan dengan menanyakan keadaan pribadi orang yang sedang berbicara. Tanyakan keadaan keluarga, sekolah, karier atau apa saja tentang dirinya. Biasanya, kerumunan akan bubar sendiri. Sebab, jarang ada orang yang betah berlama-lama mendengar seseorang menceritakan dirinya sendiri. Kalau usaha ini tak manjur, kenapa kita tidak meninggalkan acara rumpi itu. Selesai kan.
Filipi 4:8 bisa menjadi rambu-rambu kita saat berbincang dengan siapa saja. Kita harus berusaha agar berbicara tentang hal-hal yang baik saja. Jika benar-benar tidak bisa, ingat pesan Oma: "Lebih baik diam daripada berbicara yang tidak jelas juntrungannya."
DIGOSOK makin sip, itulah gosip. Tanpa sadar kita hidup dalam lingkaran gosip. Di mana saja kita bisa mendengar, membicarakan, menulis, dan menikmati cerita-cerita yang belum tentu kebenarannya. Entah gosip itu terlontar dari mulut sendiri, teman, saudara, kenalan, narasumber atau tanpa sengaja kita mendengar rumpian orang lain. Gosip juga bisa muncul di sekolah, kantor, tempat makan, kendaraan umum, salon, dan toilet. Bahkan, berita gosip artis di televisi muncul sejak pagi buta sampai tengah malam. Gawatnya lagi, gosip bahkan juga terdengar di gereja atau pertemuan jemaat.
Sebenarnya gosip cuma obrolan sekenanya yang kadang-kadang bisa melancarkan pembicaraan yang macet. Namun, selalu ditanggapi beragam dan justru akan melebar. Padahal, perguncingan tidak sehat tentang orang yang dikenal dekat atau mereka yang tak berhubungan sama sekali dengan kita dapat menghancurkan perasaan dan reputasi seseorang. Bayangkan jika kita yang digosipkan. Tak enak kan.
Setiap berada dalam arus gosip, ada baiknya kita memperhatikan jari tangan. Saat menunjuk dengan jari telunjuk, ada tiga jari lain yang mengarah pada kita. Mungkin hari ini kita membicarakan orang lain. Besok, bisa jadi ada tiga atau empat orang yang membicarakan tentang diri kita. Maukah kita dipermalukan?
Puji Tuhan, sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kita sedang bergosip. Sebab, Roh Kudus akan mengingatkan kita dengan perasaan tidak enak saat membicarakan hal-hal yang tidak sesuai. Amsal 4:22 menyatakan, "Janganlah sekali-kali mengucapkan sesuatu yang tidak benar. Jauhkanlah ucapan-ucapan dusta dan kata-kata yang dimaksud untuk menyesatkan orang." [Terjemahan bahasa Indonesia sehari-hari]. Mendengar gosip juga sia-sia. Sebab, menyimak guncingan sama jeleknya dengan menyebarkan kata-kata negatif tentang seseorang. Amsal 26:22 mengatakan, fitnah itu enak rasanya; orang suka menelannya."
Semua orang bisa berdiskusi panjang lebar tanpa menyakiti orang lain. Salah satu caranya adalah berpikir positif tentang apapun. Seperti nasihat Rasul Paulus kepada umat di Filipi 4:8. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Jika pembicaraan mulai menjurus ke gosip, kita bisa mengalihkan dengan menanyakan keadaan pribadi orang yang sedang berbicara. Tanyakan keadaan keluarga, sekolah, karier atau apa saja tentang dirinya. Biasanya, kerumunan akan bubar sendiri. Sebab, jarang ada orang yang betah berlama-lama mendengar seseorang menceritakan dirinya sendiri. Kalau usaha ini tak manjur, kenapa kita tidak meninggalkan acara rumpi itu. Selesai kan.
Filipi 4:8 bisa menjadi rambu-rambu kita saat berbincang dengan siapa saja. Kita harus berusaha agar berbicara tentang hal-hal yang baik saja. Jika benar-benar tidak bisa, ingat pesan Oma: "Lebih baik diam daripada berbicara yang tidak jelas juntrungannya."