Michael W. Smith Si Penggila Jesus
Tak ada yang mampu menebak rencana Tuhan. Michael Whitaker Smith juga begitu. Sejak bocah, kelahiran 7 Oktober 1957 ini bercita-cita menjadi atlet bisbol profesional. Tapi, sekarang, dia malah menjadi pemimpin pujian, worshiping leader, yang terkenal. Hidupnya lebih banyak diberikan pada Tuhan melalui pujian dan penyembahan.
Setelah sekitar 20 tahun berkecimpung di dunia musik gereja, Michael telah menghasilkan 16 album, sepuluh buku, dan meraih Dove--penghargaan musik Gospel Amerika-- dan Grammy Awards. Lagu-lagu musisi yang lahir di Kenova, West Virginia, Amerika Serikat, memberi inspirasi bagi banyak orang. Seorang remaja berusia 15 tahun misalnya, menulis surat elektronik yang mengatakan, CD Michael bertajuk Live the Life membantu ayahnya pulih dari kecanduan obat-obatan dan depresi. Musik yang sama juga membawa perubahan besar bagi kehidupan anak baru gede ini. "Tuhan bisa mengangkat seseorang yang lemah hanya dengan sebuah lagu sederhana dan hidup seseorang berubah selamanya. Benar-benar luar biasa," kata dia.
Tidak ada yang luar biasa di masa kanak-kanak Michael. Seperti anak-anak Amerika pada umumnya, dia menyukai bisbol. Michael kecil juga aktif dalam kegiatan gereja keluarganya dan bermain piano. Kecintaannya pada musik sudah tampak sejak masih ingusan. Dia mulai menulis lagu pertamanya pada usia lima tahun.
Cintanya pada Yesus juga mulai tumbuh sejak kecil. Dia memutuskan untuk menyerahkan seluruh hidupnya pada Yesus Kristus di usia 10 tahun. Memasuki usia remaja, Michael semakin menggemari Yesus. "Saya menggilai Yesus," ujar dia. Di masa-masa itu, Michael mengenakan kalung berliontin kayu salib gede dan membawa Alkitab ukuran besar. Dia belajar Kitab Suci tiga sampai empat kali seminggu. Tak pernah absen ke gereja di hari Minggu pagi serta pada Sabtu dan Rabu malam. Semua dilakukan bukan karena paksaan, tapi karena keinginan sendiri.
Perangai Michael rada berubah memasuki SMU. Dia mulai berbohong demi berbagai kesenangan khas anak muda. Minuman keras dan obat terlarang mewarnai kehidupannya. Itu adalah saat-saat yang paling tidak bisa dibanggakan. Memalukan bahkan. Namun, orang tuanya Paul and Barbara Smith tetap percaya padanya. Cinta mereka tak pernah luntur. "Saya tidak akan menjadi seperti sekarang jika bukan karena cinta tak terbatas orang tua saya," ucap peraih gelar doktor musik kehormatan dari Alderson-Broaddus College di Philippi, West Virginia, pada 1992.
Musik membuat Michael lupa segala-galanya. Bangku Universitas Marshall di West Virginia cuma dicicipi selama setahun. Pada 1982, Michael menjadi pemain keyboard mengiringi artis muda yang lagi naik daun saat itu, Amy Grant. Setahun kemudian, manajer Amy, Mike Blanton dan Dan Harrell mengontrak Michael dan memproduksi album perdananya Michael W. Smith Project dalam label Reunion. Michael membuat semua musiknya dan istrinya Debbie Smith yang menulis seluruh liriknya. Pada saat yang sama Michael terus ikut tur bersama Amy sebagai artis pembuka.
Tuhan adalah segala-galanya bagi Michael. Kehadiran Tuhan benar-benar dirasakan saat penyembahan. Perasaan sukacita itu dirasakan pertama kali ketika memasuki Gereja Belmont di Nashville, Tennessee, 21 tahun lampau. Waktu itu sebagai anak kecil, dia seperti melompat masuk ke hadirat Tuhan dan menyadari dirinya dibasuh. Michael benar-benar merasakan berdoa dalam roh dan kebenaran. Saat itulah dia menyadari bahwa penyembahan adalah bagian dari panggilan hidupnya. Don Finto, pastor senior di Belmont, mengatakan, "Kamu adalah pemimpin pujian." "Saya tahu," kata dia, waktu itu.
Michael adalah ayah dari Ryan, Whitney, Tyler, Emily, dan Anna. Penyembahan sudah menjadi bagian dari kehidupan dia dan keluarganya. Aksi nyata penyembahan dalam rumahnya adalah dengan melayani anak-anaknya. "Tuhan memberi anak-anak yang luar biasa untuk dilayani," kata pria yang sedang berusaha lebih banyak bicara saat memimpin worshiping.
Dengan Debbie, istrinya, Michael berusaha tidak pernah menyimpan kemarahan hingga matahari terbit. Jika berselisih pendapat, dia tak dapat tidur. Meski bukan kesalahannya, "Saya selalu mengaku. Ini salah saya." Semua itu dilakukan agar garis komunikasi mereka tetap terbuka.
Dari semua penghargaan yang diterima. Entah sebagai musisi, pengusaha yang juga penyanyi, penulis buku, direktur eksekutif perusahaan rekaman, pemimpin sebuah gereja lokal, dan pendiri tempat penampungan anak-anak jalanan di Rocktown, dia hanya ingin diingat dalam satu kalimat. "Sebagai manusia yang takut akan Tuhan, yang mencintai istri dan anak-anaknya dengan baik." (Dari berbagai sumber)
Tak ada yang mampu menebak rencana Tuhan. Michael Whitaker Smith juga begitu. Sejak bocah, kelahiran 7 Oktober 1957 ini bercita-cita menjadi atlet bisbol profesional. Tapi, sekarang, dia malah menjadi pemimpin pujian, worshiping leader, yang terkenal. Hidupnya lebih banyak diberikan pada Tuhan melalui pujian dan penyembahan.
Setelah sekitar 20 tahun berkecimpung di dunia musik gereja, Michael telah menghasilkan 16 album, sepuluh buku, dan meraih Dove--penghargaan musik Gospel Amerika-- dan Grammy Awards. Lagu-lagu musisi yang lahir di Kenova, West Virginia, Amerika Serikat, memberi inspirasi bagi banyak orang. Seorang remaja berusia 15 tahun misalnya, menulis surat elektronik yang mengatakan, CD Michael bertajuk Live the Life membantu ayahnya pulih dari kecanduan obat-obatan dan depresi. Musik yang sama juga membawa perubahan besar bagi kehidupan anak baru gede ini. "Tuhan bisa mengangkat seseorang yang lemah hanya dengan sebuah lagu sederhana dan hidup seseorang berubah selamanya. Benar-benar luar biasa," kata dia.
Tidak ada yang luar biasa di masa kanak-kanak Michael. Seperti anak-anak Amerika pada umumnya, dia menyukai bisbol. Michael kecil juga aktif dalam kegiatan gereja keluarganya dan bermain piano. Kecintaannya pada musik sudah tampak sejak masih ingusan. Dia mulai menulis lagu pertamanya pada usia lima tahun.
Cintanya pada Yesus juga mulai tumbuh sejak kecil. Dia memutuskan untuk menyerahkan seluruh hidupnya pada Yesus Kristus di usia 10 tahun. Memasuki usia remaja, Michael semakin menggemari Yesus. "Saya menggilai Yesus," ujar dia. Di masa-masa itu, Michael mengenakan kalung berliontin kayu salib gede dan membawa Alkitab ukuran besar. Dia belajar Kitab Suci tiga sampai empat kali seminggu. Tak pernah absen ke gereja di hari Minggu pagi serta pada Sabtu dan Rabu malam. Semua dilakukan bukan karena paksaan, tapi karena keinginan sendiri.
Perangai Michael rada berubah memasuki SMU. Dia mulai berbohong demi berbagai kesenangan khas anak muda. Minuman keras dan obat terlarang mewarnai kehidupannya. Itu adalah saat-saat yang paling tidak bisa dibanggakan. Memalukan bahkan. Namun, orang tuanya Paul and Barbara Smith tetap percaya padanya. Cinta mereka tak pernah luntur. "Saya tidak akan menjadi seperti sekarang jika bukan karena cinta tak terbatas orang tua saya," ucap peraih gelar doktor musik kehormatan dari Alderson-Broaddus College di Philippi, West Virginia, pada 1992.
Musik membuat Michael lupa segala-galanya. Bangku Universitas Marshall di West Virginia cuma dicicipi selama setahun. Pada 1982, Michael menjadi pemain keyboard mengiringi artis muda yang lagi naik daun saat itu, Amy Grant. Setahun kemudian, manajer Amy, Mike Blanton dan Dan Harrell mengontrak Michael dan memproduksi album perdananya Michael W. Smith Project dalam label Reunion. Michael membuat semua musiknya dan istrinya Debbie Smith yang menulis seluruh liriknya. Pada saat yang sama Michael terus ikut tur bersama Amy sebagai artis pembuka.
Tuhan adalah segala-galanya bagi Michael. Kehadiran Tuhan benar-benar dirasakan saat penyembahan. Perasaan sukacita itu dirasakan pertama kali ketika memasuki Gereja Belmont di Nashville, Tennessee, 21 tahun lampau. Waktu itu sebagai anak kecil, dia seperti melompat masuk ke hadirat Tuhan dan menyadari dirinya dibasuh. Michael benar-benar merasakan berdoa dalam roh dan kebenaran. Saat itulah dia menyadari bahwa penyembahan adalah bagian dari panggilan hidupnya. Don Finto, pastor senior di Belmont, mengatakan, "Kamu adalah pemimpin pujian." "Saya tahu," kata dia, waktu itu.
Michael adalah ayah dari Ryan, Whitney, Tyler, Emily, dan Anna. Penyembahan sudah menjadi bagian dari kehidupan dia dan keluarganya. Aksi nyata penyembahan dalam rumahnya adalah dengan melayani anak-anaknya. "Tuhan memberi anak-anak yang luar biasa untuk dilayani," kata pria yang sedang berusaha lebih banyak bicara saat memimpin worshiping.
Dengan Debbie, istrinya, Michael berusaha tidak pernah menyimpan kemarahan hingga matahari terbit. Jika berselisih pendapat, dia tak dapat tidur. Meski bukan kesalahannya, "Saya selalu mengaku. Ini salah saya." Semua itu dilakukan agar garis komunikasi mereka tetap terbuka.
Dari semua penghargaan yang diterima. Entah sebagai musisi, pengusaha yang juga penyanyi, penulis buku, direktur eksekutif perusahaan rekaman, pemimpin sebuah gereja lokal, dan pendiri tempat penampungan anak-anak jalanan di Rocktown, dia hanya ingin diingat dalam satu kalimat. "Sebagai manusia yang takut akan Tuhan, yang mencintai istri dan anak-anaknya dengan baik." (Dari berbagai sumber)