<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6496619\x26blogName\x3d-::+L+O+V+E+will+S+E+T+you+F+R+E+E::\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tinneke.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tinneke.blogspot.com/\x26vt\x3d-6149671454343776068', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Friday, July 16, 2004
Meniru Moses

Aku tersadar oleh ciuman lembut di pipi kiri. Tapi kelopak mataku belum rela berkembang. Aku memang mengantuk berat sehabis shift malam. Aku baru tidur pukul 02.00 WIB dan cuma tidur dua jam setengah... Sekarang pipi kananku yang dicium.

Tanpa melihat pun aku tahu itu pasti Moses, keponakanku. Usianya lima tahun. Namun, mataku tetap pada posisi semula. Meski aku tahu Moses sedang memandangiku. Tak lama kemudian dia pergi. Mataku menganga kecil. Ampun! Moses masuk lewat jendela kamar.

Aku kembali terlelap. Gedebuk di dekat jendela kembali menyedot seperempat kesadaranku. Moses lagi. Hati-hati dia mendekatiku. Pelan-pelan bocah taman kanak-kanak itu tidur berbantal perutku. Tangan mungilnya memegang tangan kananku. Tak berapa lama dia pergi. Aku cuma melihat dia sekilas dan merem lagi.

"Moses, Moses. Yuk main lagi!" Teriakan kencang itu kembali membangunkanku. "Moses!" Sekarang kor cempreng dua tiga bocah itu lebih nyaring. Sumber bunyinya sangat dekat dari arah jendela. Duh. Kali ini, aku terbangun. Moses tidur di sampingku. Ngos-ngosan dan berkeringat. "Tidur ya," kata Moses tersenyum setengah bertanya. Aku menciumnya dan menyuruh dia pergi, bermain dengan teman-temannya. Sebelum menemui temannya Moses meminta agar aku tidak menutup jendela. "Nanti kepanasan," kata dia. Padahal, aku tahu pasti dia akan masuk lagi.

Aksi Moses membuat rencana melunasi jam tidur di rumah Abangku buyar. Padahal, Abangku sengaja meminta aku tidur dan berangkat kerja lagi dari rumahnya. Tapi, bagaimana bisa tidur, Moses berkali-kali merusak jam lelapku.

Sebenarnya bukan itu yang benar-benar membunuh semangat tidurku. Aku tahu Moses hanya ingin memastikan bahwa aku tidur nyaman di rumahnya. Dia melakukan itu justru pada saat aku tertidur. Aku sangat yakin dia tidak bermaksud membangunkanku.

Moses kecilku. Cara dia menemuiku di tengah berbagai kesenangan kanak-kanaknya benar-benar membuat aku merasa dicintai dengan tulus. Tanpa alasan.

Kepergian Moses membuat aku merenung. Moses mengingatkan aku pada hubunganku dengan Tuhan. Aku ingin meniru Moses. Berapa banyak sih anak-anak yang mau meninggalkan permainan dan teman-temannya?

Aku ingin seperti Moses. Meninggalkan permainan. Melupakan teman-teman. Kabur sejenak dari jam-jam produktif. Berlari sebentar dari kesibukan. Menyelinap dari berbagai kesenangan untuk bertemu Tuhan.

Selama ini aku lebih sering memanggil Tuhan saat menghadapi masalah. Berlutut di kaki Tuhan cuma di masa-masa sulit. Datang ke Tuhan semata-mata karena membutuhkan pertolongan. Bahkan, tak jarang saya menjalankan proyek "cari muka" dengan novena dan pantang. Pokoknya mendekati Tuhan dengan berbagai motif. Kebanyakan semuanya demi diriku.

Aku ingin meniru cara Moses. Menunjukkan kasih dengan menarik diri dari segala kesenangan. Aku ingin terus-terusan menemui Tuhan. Hanya ingin berdekatan. Berdiam dalam sukacita. Merasakan kasih Tuhan lebih dalam dan lebih dalam lagi. Tidak untuk minta ini atau itu. Cuma menunjukkan bahwa aku benar-benar mengasihi Tuhan. Dan, Tuhan merasa dicintai. Itu saja.

Bedanya, mungkin Moses tidak sadar bahwa aku mengetahui semua ulahnya. Dia pikir aku tidur. Sebaliknya, Tuhan tidak pernah mengantuk dan pura-pura tidak melihat aku. Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri; Engkau mengerti pikiranku dari jauh; Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kau maklumi. (Mazmur 139: 1-3)


0 Comments :

Post a Comment

home

my book
It's my first book!
messages
Name :
Web URL :
Message :


archives
February 2004
March 2004
April 2004
May 2004
June 2004
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
December 2007
January 2008
February 2008
May 2008
July 2008
August 2008
November 2008
January 2009
February 2009
March 2009
August 2009
October 2009
April 2011
June 2011
July 2011
November 2011
December 2011
April 2012
June 2012
November 2013
December 2014

links
Detik
Desa-Pelangi
Tempo
Kompas
Liputan6
Journey
Christian Women

resources
Tagboard
Blogger
Google
SXC
HTML
Haloscan
Gettyimages

hit counter
Free Web Counter

BlogFam Community