Komat-Kamit Seperti Hana
Tadi siang
saya mengikuti kebaktian Jumat siang. Teman yang membawakan Firman
meminta kita membaca kisah Hana berdoa meminta anak dalam 1 Samuel
1:1-28.
Jadi, Hana bernazar dan setiap hari berdoa di Bait Allah meminta anak. Saking seriusnya berdoa, dia tidak sadar sedang diperhatikan Imam Eli. Sang Imam menyangka perempuan yang sudah bertahun-tahun merindukan bayi dalam rumahnya itu "mabuk". Soalnya, bibirnya komat-kamit tanpa suara.
"Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN," Hana menjelaskan pada Imam Eli.
Jadi, Hana bernazar dan setiap hari berdoa di Bait Allah meminta anak. Saking seriusnya berdoa, dia tidak sadar sedang diperhatikan Imam Eli. Sang Imam menyangka perempuan yang sudah bertahun-tahun merindukan bayi dalam rumahnya itu "mabuk". Soalnya, bibirnya komat-kamit tanpa suara.
"Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN," Hana menjelaskan pada Imam Eli.
“Pergilah
dengan selamat, Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau
minta dari pada-Nya,” kata Imam Eli.
Hana yang tadinya bermuka muram, pulang dengan wajah ceria. Dan, singkat kata
dia hamil dan melahirkan Samuel yang berarti “aku telah memintanya
dari Tuhan.”
Dan, setelah
habis masa menyapih, Hana menepati nazarnya, dan menyerahkan Samuel
anaknya kepada Allah dalam pengasuhan Nabi Eli.
Temanku yang
berkaca mata ini juga membacakan kisah tentang Ricardo Izecson “Kaka”
dos Santos Leite, pemain sepakbola Brasil, yang kecelakaan dan sakit
parah. Dalam penderitaannya, anak seorang penginjil besar di Negeri
Sombrero itu bernazar jika dia sembuh, dia akan menyerahkan semua
hidupnya untuk Tuhan.
Satu tahun
kemudian, seperti Hana, Kaka sembuh secara ajaib dan bahkan masuk
dalam tim nasional saat Tim Samba merebut Piala Dunia 2002. Dia
menepati nazarnya dengan memakai kaus putih bertuliskan “I Belong
to Jesus” setiap memasukkan gol atau meraih kemenangan.
Ketika
ditanya seorang wartawan, dia mengatakan, “semua kemenangan itu
datang dari Yesus.” Kaos “I Belong to Jesus” juga menjadi tren
bagi sejumlah pemain Brasil dan pemain internasional lainnya.
Kedua kisah
ini, terutama Hana, benar-benar mengingatkanku.
Saya baru
sadar bahwa saya mungkin seperti Hana yang beberapa hari terakhir
keranjingan ke gereja untuk misa dan berdoa. Mungkin bagi beberapa
teman saya seperti perempuan “mabuk”. Setiap hari misa :-)
Saya juga
belum mendapatkan apa yang saya minta. Tapi, wajah saya juga tidak
muram-muram amat :-) Malah aku selalu pulang dengan pengetahuan yang
baru, dengan sukacita yang lain dari hari kemarin, dan pengalaman
akan Yesus yang tidak sama dari waktu ke waktu.
Jadi,
seperti Hana, saya masih komat-kamit meminta pada Tuhan.
Tapi, yang
menarik dalam nazar dan doaku, bahwa, Tuhan benar-benar membantuku
agar saya bisa misa setiap hari. Selain waktu yang longar, saya
bahkan dibawa ke gereja yang jam misanya pas sehinga saya tidak
sampai absen untuk misa harian :-). Bahkan, ketika saya pergi, saya
pasti pulang beberapa menit sebelum saya berjalan kaki ke gereja.
Memang saya
tidak memakai kaus “I Belong to Jesus”. Tetapi, saya harus bisa
bilang bahwa memang “I Belong to Jesus”, karena begitu yang
terjadi.